Serie A Italia 1990-2000: Sebuah Era Renaisans Dalam Sepak Bola

Salah satu periode penting di dunia dan memiliki andil pada perkembangan peradaban adalah Renaisans. Era yang lahir di Kota Firenze, Italia, tersebut merupakan sebuah periode gerakan kemajuan yang menandai peralihan dari abad pertengahan (middle age) ke abad modern.

Renaisans dimulai dari abad ke-14 hingga penghujung abad 16. Pemicu kelahiran Renaisans berawal dari sikap monopolitis kalangan religius berupa aturan dan kontrol yang membatasi gerak masyarakat.

Melihat situasi tersebut, kalangan borjuis dan humanis merencanakan revolusi, sebuah gerakan kebudayaan untuk mendobrak cara berpikir dalam hal seni, politik, dan kesusastraan.

Gerakan tersebut tidak serta-merta mendapatkan respons positif. Benturan pemikiran kalangan religius dan pembaharuan bisa dilihat dari pandangan Galileo soal teori Heliosentris dari Copernicus bahwa Matahari sebagai pusat tata surya. Sementara kalangan religius menafsir bahwa bumi adalah pusat tata surya sesuai Alkitab.

***

Di Italia, negara di mana Renaisans berawal, ada suatu periode “zaman keemasan” yang pernah lahir kembali, namun tidak (lagi) dalam galeri pertunjukan, forum diskusi, atau perpustakaan.

Renaisans  yang dimaksud terasa di atas lapangan persegi berukuran 105 x 68. Tidak lagi dari jemari dan kuas-kuas Leonardo Da Vinci, tapi lahir dari lengkungan sepakan kaki Alessandro Del Piero.

Jika periode Renaisans berjalan hampir 2 abad lamanya, maka kejayaan sepak bola Italia terjadi dalam retang periode yang lebih singkat. Dimulai sejak akhir periode 1980-an atau awal 1990 hingga awal tahun 2000. Apa yang membuat sepak bola Italia dekade 90-an begitu mendominasi?

Setidaknya ada beberapa faktor yang menjadi alasan bangkitnya sepak bola Italia.

Silvio Berlusconi mengakuisisi AC Milan

Tertanggal 10 Februari 1986, Silvio Berlusconi resmi mengakuisisi AC Milan dari pemilik sebelumnya, Francesco Farina. Keputusannya membeli AC Milan tidak cuma membuat Milanisti kepalang senang sebab terhindar dari kebangkrutan, namun sekaligus  menandai dimulainya era industri dalam sepakbola, yang itu berarti mengangkat merek Serie A secara umum.

BACA JUGA:  PSS-PSIS: Dari Tribun Maguwoharjo

Trio Belanda, Jurgen Klinsmann, hingga Diego Maradona

Industri sepak bola konon dimulai saat Silvio Berlusconi melakukan pembelian 3 pilar tim nasional Belanda, yaitu Ruud Gullit, Frank Rijkaard, dan Marco Van Basten. Sementara itu, Internazionale Milano tak mau kalah dengan mendaratkan trio Jerman, yaitu Jurgen Klinsmann, Andreas Brehme, Lothar Matthàus.

Dari selatan Italia, di kota Naples, dua tahun sebelum trio Belanda diangkut helikopter dan didaratkan di kompleks latihan Milanello oleh Berlusconi, pemain fenomenal dari Argentina, Diego Armando Maradona, menancapkan dominasinya.

Piala Dunia 1990

Italia terpilih sebagai tuan rumah Piala Dunia untuk kedua kalinya setelah tahun 1938. Dengan seluruh perhatian dunia tercurahkan ke negeri pizza tersebut, infrastruktur dan sarana prasarana seperti kompleks latihan dan stadion dibangun atau direnovasi ulang.

Sebetulnya, masih ada banyak faktor yang memengaruhi  kejayaaan Liga Italia termasuk larangan keikutsertaan tim-tim sepak bola asal Inggris di kompetisi Eropa selama lima tahun pasca-Tragedi Heysel.

Kejayaan itu dapat kita lihat dari dominasi klub Italia pada partisipasi mereka di kejuaraan Eropa. Kalau mau dihitung, pada periode akhir 80-an sampai awal 2000-an, setidaknya sepuluh kali tim Italia menjadi finalis Liga Champions dengan 4 musim di antaranya keluar sebagai juara.

AC Milan di bawah komando Arrigo Sacchi dan Fabio Capello menguasai Eropa termasuk menjungkalkan pasukan Johan Cruyff di Spiros Louis Stadium (Yunani) pada tahun 1994.

Juventus, di bawah kendali Marcello Lippi juga sempat mendominasi Eropa setelah tiga kali secara konsekutif mampu manginjakkan kaki di final liga Champions. Pada tahun 2002, Milan dan Juventus bersua di partai final, menciptakan all Italian final pertama di liga Champions.

Di Eropa League, kompetisi kasta kedua Eropa, dominasi klub serie A lebih dahsyat lagi. Tercatat, klub-klub Italia sepuluh kali keluar sebagai finalis, 4 kali menciptakan all Italian final, dan 8 kali keluar sebagai juara.

BACA JUGA:  Andrea Pirlo: Separuh Mimpi Si Pengatur Serangan

Bisa dibayangkan bagaimana begitu dominannya klub-klub Serie A.

Individu-individu lokal yang hebat juga lahir di era ini. Mulai dari Francesco Totti, Roberto Baggio, Paolo Maldini, Alessandro Del Piero, hingga Filippo Inzaghi. Ditambah lagi pemain asing dengan nama besar semacam Zinedine Zidane, Gabriel Batistuta, Ronaldo, dan George Weah membuat Serie A makin semarak.

Renaisans di Eropa melahirkan banyak tokoh besar seperti Leonardo Da Vinci, Michealangelo, hingga Niccollo Machiavelli yang karya dan buah pemikiran mereka masih dapat kita nikmati sampai saat ini.

Bahkan, Renaisans juga memicu beragam peristiwa penting yang memberi dampak signifikan pada perkembangan ilmu pengetahuan. Dampak yang mengglobal dan mengubah wajah dunia. Sebuah era penting dalam roda zaman.

Serie A dekade 90-an juga tak kalah penting. Semaraknya menularkan gairah perkembangan sepak bola. Pengaruh para tokoh yang berkarier di Liga Italia terasa sampai saat ini. Bahkan, tak salah apabila dikatakan Serie A merupakan pemantik zaman baru dalam sejarah sepak bola dunia.

 

Komentar
Bangunkan saya jika sudah berada di depan Mol Antonelliana, atau saat terdampar di perairan Venezia. Penulis bisa dihubungi melalui akun Twitter @vchmn22.