Son Heung-Min Menatap Masa Depan Cerah di Inggris

Son Heung-Min ditransfer dari Bayer Leverkusen oleh Tottenham Hotspurs dengan banderol 22 juta poundsterling atau setara dengan 30 juta euro. Banderol mahal yang membuatnya kini tercatat sebagai pemain Asia termahal setelah sebelumnya menjadi milik Hidetoshi Nakata yang dibeli seharga 26 juta euro oleh Parma dari AS Roma lebih dari satu dekade lalu.

Sebelumnya, dia juga mencatatkan rekor sebagai rekrutan termahal sepanjang sejarah Bayer Leverkusen saat dibeli dari Hamburger SV dengan banderol 10 juta euro pada Juni 2013. Dua kali proses transfer yang mencatatkan rekor ini jelas menunjukkan kualitasnya.

Sinisme yang menyertai Son Heung-Min

Tapi, sinisme tetap menyertai kepindahan pemain yang akrab disapa Sonny ini. Tottenham bukan klub besar di Inggris meski dalam beberapa musim terakhir ini kerap melakukan jual beli pemain mahal. Spurs bukan klub yang langganan Liga Champion, juga bukan penantang serius juara Liga Inggris.

Meski belum pernah juara Bundesliga, Leverkusen adalah penghuni papan atas Liga Jerman yang rutin berlaga di Liga Champion. Panggung sepak bola termegah yang semua pemain ingin merasakan atmosfirnya, kecuali mungkin Radamel Falcao.

Kepindahannya meninggalkan kekecewaan di benak mantan pelatihnya, Roger Schmidt, juga direktur olahraga Leverkusen Rudi Voller. Hakan Calhanoglu bahkan menyebut keputusannya pindah ke Inggris adalah kekeliruan. Semua orang kemudian menuding bahwa ayahnya, Son Woong-Jung merupakan sosok yang menekan Son untuk hijrah ke Inggris, yang diklaim memiliki liga terbaik di dunia.

Itu semua belum termasuk fakta bahwa pemain bintang yang coba didatangkan oleh Spurs dengan harga mahal pasca-kepindahan Gareth Bale bisa dikatakan gagal. Ada dua pemain yang dibeli dengan harga lebih dari 20 juta poundsterling yang kesulitan bersinar. Mereka adalah Roberto Soldado dan Erik Lamela. Mauricio Pocchetino sendiri mendatangkan Son salah satunya agar dia bisa memberi yang terbaik di posisi yang biasa diperankan oleh Lamela, sebagai pemain no. 10.

Son-naldo terbiasa bekerja keras dan menerima tantangan

Namun, pemuda kelahiran Chuncheon 8 Juli 1992 ini adalah sosok yang terbiasa dengan tantangan dan bekerja keras untuk mencapai titik kesuksesan. Sinisme yang menyertainya, perlahan akan disingkirkan dengan penampilan memukau di atas lapangan.

BACA JUGA:  Keraguan Antonio Conte

Di Bayer Leverkusen dia biasa bermain di sayap kiri. Dia juga handal jika bermain di sisi kanan. Kedua kakinya sama baiknya, ini berkat latihan yang baik sejak usia dini. Itu semua berkat Son Woong-Jung, ayah sekaligus pelatih pertamanya, yang juga merupakan pelatih sepak bola di Korea Selatan.

Selama di bawah arahan Roger Schmidt, Heung-Min mampu mencetak 21 gol dari 62 pertandingan. Musim lalu di Bundesliga dia bermain dalam 30 pertandingan dengan mencetak 11 gol, juga memberi dua umpan yang berbuah gol dan 37 umpan kunci yang menghasilkan peluang serta jadi permulaan gol rekannya.

Mampu mengkreasi peluang, kaki kanan dan kiri yang sama baiknya, dan produktif mencetak gol. Tak salah jika kemudian rekan setimnya memanggilnya “Son-naldo” merujuk pada Cristiano Ronaldo yang punya karakteristik bermain mirip dengannya. CR7 sendiri bagi Son Heung-Min merupakan sosok panutan. Pesepak bola yang menjelma menjadi pemain super penantang utama “sang alien” Lionel Messi yang bisa pada puncak permainan berkat kerja keras dan kedisiplinan tingkat tinggi.

Jauh sebelum bergabung dengan Leverkusen, Heung-Min sempat hampir gagal meraih mimpinya jadi pemain profesional. Dia dilepas oleh Hamburger SV saat masih berusia 16 tahu dengan alasan tak ada perkembangan berarti di akademi klub. Enam bulan tanpa klub jelas bukan sesuatu yang baik untuk seseorang yang sedang merintis karir. Butuh ketekunan hingga dia tetap dipanggil timnas kelompok umur 17 Korea Selatan.

Penampilan impresifnya di Piala Dunia U-17 dengan torehan tiga gol dan mengantarkan Korea Selatan melaju hingga ke perempat final mengubah pikiran tim pelatih Hamburg. Dia kembali ke akademi klub. Selanjutnya adalah sejarah penting baginya.

Tepat pada usia 18 tahun, dia menandatangani kontrak profesional pertamanya. Mencetak gol pertama di liga pada 30 Oktober 2010 melawan FC Koln yang menjadikannya sebagai pemain termuda Hamburg SV yang mencetak gol di Bundesliga. Rekor yang telah bertahan selama 39 tahun atas nama Manfred Kaltz pun kini berganti dengan ukiran nama Son Heung-Min.

Selama tiga musim di Hamburg dia bermain dalam 73 pertandingan Bundesliga dengan mencetak 20 gol. Catatan yang membuat Bayer Leverkusen tak ragu untuk menggelontorkan dana 10 juta euro baginya. Di sisi lain, kehadiran Son Heung-Min bagus untuk pemasaran di mana sponsor utama di jersey Bayer Leverkusen merupakan perusahaan Korea Selatan, LG.

BACA JUGA:  Menjadi Wasit ala Pierluigi Collina

Dampak instan kehadiran Son Heung-Min di Tottenham Hotspur

Jika di Bayer dia lebih sering bermain sebagai winger, di Tottenham tampaknya dia akan paten sebagai pemain no. 10 yang beroperasi di belakang penyerang utama, Harry Kane. Posisi yang akan membuatnya lebih leluasa dalam berkreasi sekaligus lebih sering terlibat dalam permainan.

Dalam dua pertandingan di liga selama 139 menit, Son Heung-Min selalu merasakan kemenangan ketika menang 0-1 atas tuan rumah Sunderland dan yang kedua 1-0 atas Crystal Palace. Di laga kedua itu dia jadi bintang lapangan. Bermain selama 78 menit, dia mencetak satu-satunya gol kemenangan. Oleh whoscored.com dia memperoleh rating 8,2, tertinggi di antara seluruh pemain Spurs.

Sebelumnya, dia sudah mencuri perhatian ketika mencetak dua gol dalam kemenangan 3-1 Tottenham atas FK Qarabag di ajang Europa League. Tiga pertandingan tiga gol. Jelas jadi awalan yang menjanjikan untuknnya mengarungi rimba Liga Inggris yang dikenal keras dan tak bersahabat bagi pemain anyar.

Pendukung Spurs pantas berharap banyak pada Son Heung-Min. Dampaknya instan, datang langsung menginspirasi tiga kemenangan pada tiga laga awal yang dilakoninya bersama Lilywhites. Tentu kita akan menantikan dia mencetak hattrick di Liga Inggris seperti tatkala Leverkusen menyerah 4-5 dari VfL Wolfsburg di kandang sendiri. Meski kalah, Son sempat menginspirasi timnya untuk menyamakan kedudukan setelah tertinggal tiga gol pada 30 menit awal pertandingan

Pemain yang disebut-sebut sebagai The Next Cha Bum Kun ini akan terus bekerja keras untuk mematenkan posisinya di tim utama. Juga meraih kemenangan dan memperbanyak statistik gol serta kreasi peluangnya. Dia kini adalah pemain Asia yang paling menjanjikan untuk bersinar di benua biru.

————-

*Siapa sajakah pesepak bola Asia yang berhasil merumput di Eropa? Anda dapat mencoba Fandom Trivia edisi Pesepak Bola Asia di Eropa.

 

Hattrick Son Heung-Min ketika Bayer Leverkusen vs Vfl Wolfsburg

Komentar
Akrab dengan dunia penulisan, penelitian, serta kajian populer. Pribadi yang tertarik untuk belajar berbagai hal baru ini juga menikmati segala seluk beluk sepak bola baik di tingkat lokal maupun internasional.