Tangan Besi Galtier

Christophe Galtier
Pelatih PSG, Christophe Galtier. (monitorindonesia.com)

Tangan besi Galtier adalah harapan baru Nasser Al-Khelaifi untuk membawa Paris Saint-Germain berjaya di Eropa. Christophe Galtier juga berharap sama, agar nasib Thomas Tuchel dan Mauricio Pochettino tak menimpanya. Ambisi PSG musim ini sangat besar. Berbekal skuad bintang, apakah Galtier mampu membawa trofi Si Kuping Besar ke Parc des Princes?

Galtier memulai laga perdana di Ligue 1 2022/2023 dengan hasil meyakinkan, lima gol tanpa balas atas Clermont Foot. Messi dan Neymar menjadi bintang utama lewat chemistry mereka. Hasil itu adalah buah dari restrukturisasi formasi PSG di bawah tangannya. Galtier mengembalikan Messi sebagai false 9 dengan peran nomor 10 yang biasa ia mainkan saat di Barcelona.

Berkat itu, fluiditas lini serang PSG terasa lebih mematikan dan padu. Galtier dikenal dengan pakem 4-4-2 nya selama menukangi tim Liga Prancis. Hal itu yang ia terapkan saat melatih LOSC Lille pada 2020/2021 dan sukses mematahkan dominasi PSG yang menduduki singgasana Ligue 1 selama tiga tahun terakhir.

Bersama PSG, Galtier menerapkan formasi yang berbeda. Ia menggunakan pakem 3-4-3 selama 3 pertandingan awal PSG di Ligue 1 2022/2023. Hasilnya terbilang sangat memuaskan, Kylian Mbappe, dkk. berhasil menyapu bersih semua laga dengan kemenangan serta skor yang cukup mencolok.

Profil Galtier cocok dengan misi baru sang presiden klub yang ingin mengakhiri era flashy bling-bling dan ingin membangun tim dengan semangat kolektif di bawah pelatih baru mereka. Nama Galtier mungkin tak semewah Zinedine Zidane yang santer dikabarkan merapat ke PSG, namun kapabilitasnya dapat diuji untuk mengangkat performa Les Parisiens.

Rapor Galtier selama di Ligue 1 sungguh menjanjikan. Sebagai pemain, ia sudah kenyang pengalaman selama membela Marseille, Lille, Toulouse, Angers, hingga Nimes medio 1985 – 1997. Galtier memulai karier kepelatihannya saat menjadi asisten pelatih di Marseille pada 1999/2000 setelah gantung sepatu di usia 33 tahun.

BACA JUGA:  Through Pass: Pembelah Pertahanan yang Nyaris Punah?

Sebagai pelatih kepala, klub pertama yang ia tangani adalah Saint Etienne selama 8 musim sebelum pindah menahkodai Lille dan OGC Nice musim lalu. Galtier dengan tangan besinya mampu menggembleng setiap pemain di dalam skuad untuk mengerahkan kemampuan terbaik bagi tim.

Ia sukses mengubah skuad yang berjuang dari zona degradasi menjadi tim peraih gelar juara. Selain gelar juara Ligue 1 untuk Lille, Galtier mempersembahkan trofi Piala Liga Prancis bagi Saint Etienne setelah puasa gelar selama 32 tahun lamanya. Menukangi PSG memang bukan hal mudah baginya. Namun, dengan ketegasan dan semangat kolektif Galtier, fans PSG patut menyematkan harapan kepada pria 55 tahun tersebut.

Barangkali Galtier adalah jawaban atas mentoknya prestasi PSG di kompetisi Eropa. Tugas utama Galtier adalah menghilangkan sekat yang tercipta akibat kebijakan transfer para mega bintang di skuad PSG. Saat ini, tiap elemen klub menaruh kepercayaan untuk Galtier. Bisakah Galtier mendatangkan kejayaan Eropa untuk Les Parisiens?

Komentar