Pada tanggal 17 Juli 2020 kemarin, ada kabar yang mengejutkan bagi penggemar sepakbola di seluruh penjuru Bumi. Salah satu penggawa tim nasional Jerman saat menjuarai Piala Dunia 2014, Andre Schurrle, memutuskan pensiun dari dunia yang meroketkan namanya. Terlebih ia masih berada di usia emas pesepakbola yaitu 29 tahun.
Mundur ke momen enam tahun silam di final Piala Dunia 2014, publik tentu masih ingat kebuntuan yang terjadi di laga tersebut hingga babak perpanjangan waktu. Barangkali orang-orang sudah berpikir bahwa laga Jerman versus Argentina bakal disudahi dengan adu tendangan penalti.
Akan tetapi, lahir satu momen penting di menit ke-113. Mario Gotze berhasil mengoyak jala Sergio Romero dan membuat Die Mannschaft unggul 1-0. Skor itu sendiri bertahan sampai wasit meniup peluit panjang sehingga Jerman berhak atas gelar dunianya yang keempat.
Nama Gotze pasti sulit dilupakan dari momen tersebut. Namun perlu diketahui bahwa ada andil Schurrle dalam gol itu. Semuanya berawal dari usaha lelaki kelahiran Ludwigshafen menyisir sisi kanan pertahanan La Albiceleste hingga mampu mengirimkan umpan yang sanggup dikonversi Gotze.
Schurrle mengawali karier profesionalnya bersama FSV Mainz pada musim 2009/2010 silam. Kala itu, Schurrle diasuh oleh pelatih kenamaan yang sekarang menangani Paris Saint-Germain (PSG), Thomas Tuchel. Dua musim membela Mainz, ia sukses mencetak 20 gol dan 8 asis dari 68 pertandingan. Sebuah torehan yang kemudian menggoda manajemen Bayer Leverkusen untuk merekrutnya.
Dibanding Mainz, Leverkusen jelas lebih mapan dan Schurrle merasa bahwa ketertarikan Die Werkself patut dipertimbangkan secara matang. Lewat mahar senilai 6,5 juta Pound, ia resmi didaratkan Leverkusen ke Stadion BayArena di musim panas 2011.
Bersama Leverkusen, sinar penggemar Michael Ballack dan Raul Gonzalez ini makin terang benderang. Namanya makin melambung sebagai salah satu pemain dengan kapabilitas mumpuni. Sosok setinggi 184 sentimeter ini juga jadi langganan Die Mannschaft bareng figur semisal Thomas Muller dan Manuel Neuer.
Dua musim membela Die Werkself, Schurrle mampu menyarangkan 23 gol dan 16 asis dari 83 pertandingan di seluruh kompetisi yang ia ikuti. Catatan mempesona itu mengundang ketertarikan raksasa Inggris, Chelsea. Tepat di musim panas 2013, The Blues meminang lelaki kelahiran 6 November 1990 tersebut dengan kocek senilai 18 juta Pound.
Sayangnya, keputusan hijrah ke Negeri Ratu Elizabeth tidak berjalan apik. Dua musim bermukim di Stadion Stamford Bridge, Schurrle kurang mendapat kepercayaan. Berdasarkan data dari Transfermarkt, total ia hanya mengantongi 2.997 menit bermain. Torehan gol dan assist-nya juga tak sebaik sebelumnya, yaitu hanya mencetak 14 gol dan 3 assist dari 65 laga yang ia lakoni.
Dalam sebuah wawancara dengan Sport Bild pada tahun 2015, Schurrle mengatakan bahwa manajemen Chelsea dan pelatih saat itu, Jose Mourinho, coba meyakinkannya untuk bertahan selepas musim 2013/2014. Namun keinginannya buat lebih sering beraksi di atas lapangan hijau bikin Schurrle tak berpikir dua kali saat Wolfsburg memberi tawaran mudik di pertengahan musim 2014/2015. Apalagi pelatih timnas Jerman, Joachim Low, juga menyarankannya untuk pulang kampung.
Pilihan Schurrle tidak salah karena di musim 2014/2015, Die Wolfe sanggup keluar sebagai jawara Piala Jerman. Ia bersama nama-nama seperti Kevin De Bruyne, Bas Dost, dan Ivan Perisic juga mengantar klub yang berkandang di Stadion Volkswagen Arena itu mengakhiri musim di peringkat dua.
Binar Schurrle di tanah Jerman pun kembali. Ia jadi pilar penting tim asuhan Dieter Hecking. Satu setengah musim tampil oke dengan Wolfsburg membuat Borussia Dortmund kepincut. Juli 2016, Schurrle pun resmi hengkang ke Stadion Signal Iduna Park dan mengenakan baju kuning khas Die Schwarzgelben.
Nahasnya, karier Schurrle di sana malah meredup kendati ia bereuni dengan Tuchel. Gara-gara tak maksimalnya Schurrle selama berkostum Dortmund, pihak klub rela meminjamkannya ke Fulham di awal musim 2018/2019. Harapannya, sang pemain dapat mengembalikan performanya ke titik maksimal.
Alih-alih tampil eksepsional, Schurrle malah memperlihatkan degradasi performa. Walau sukses mengepak 6 gol dari 25 pertandingan, The Cottagers enggan mempermanenkannya. Alhasil, Schurrle pun pulang ke Dortmund setelah musim 2018/2019 berakhir.
Penampilan yang tak lagi menjanjikan, mendorong Dortmund untuk meminjamkan Schurrle ke kesebelasan lain pada musim 2019/2020. Jagoan Liga Primer Rusia, Spartak Moskow, akhirnya jadi persinggahan anyar winger berambut pirang ini. Ironis, ia malah kehilangan sentuhan dan tak jua mampu mencari jawaban atas penurunan performa yang dialami.
Sekembalinya ke Jerman, manajemen Dortmund langsung menemui Schurrle. Mereka kemudian menyudahi kontrak kerja lewat kesepakatan bersama. Momen itu pula yang mendorongnya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada dunia yang digelutinya selama ini.
Di level internasional, Schurrle sudah membela timnas Jerman sebanyak 57 kali dan membukukan 22 gol. Ia duduk sebagai pemain ke-21 dengan catatan gol terbaik bagi Die Mannschaft. Bahkan jika diruntut lebih jauh berdasarkan posisi main, Schurrle adalah winger kiri dengan jumlah gol terbanyak bagi timnas Jerman.
Sebagai seorang pesepakbola, popularitas Schurrle tak menyamai Lionel Messi atau Cristiano Ronaldo. Kemampuannya juga satu tingkat di bawah kedua nama tersebut. Namun bagaimanapun juga, Schurrle adalah pemain dengan kemampuan apik serta dedikasi luar biasa. Tak salah rasanya jika kita bertepuk tangan dan menyebutnya sebagai salah satu winger terbaik yang pernah ada dalam sejarah sepakbola dunia.