Tatkala mentas di Liga 2 pada sisa musim 2018 hingga musim 2019 yang lalu, Persis tidak bisa menggunakan Stadion Manahan di kota Solo, Jawa Tengah, untuk menggelar partai kandang. Pasalnya, stadion yang berdiri tahun 1998 tersebut sedang dalam masa pemugaran. Akibatnya, Laskar Sambernyawa harus mengungsi ke Stadion Wilis di kota Madiun, Jawa Timur, untuk menyelenggarakan laga kandang.
Seiring perpindahan itu, suara langkah kaki Pasoepati dan Surakartans pun agak senyap. Jarak, waktu tempuh, dan biaya jadi sejumlah poin yang membuat Persis tak mendapat dukungan maksimal saat berlaga. Sebenarnya, beberapa kali kelompok suporter Persis mengadakan lawatan ke Madiun, tapi jumlah mereka tak semasif kala merumput di Stadion Manahan.
Sebagai kesebelasan yang lahir, tumbuh dan berkembang di Solo, tentu basis suporter terbesar Persis adalah masyarakat kota Solo dan sekitarnya. Maka sudah seyogyanya Laskar Sambernyawa bermain di kotanya sendiri.
Beberapa waktu lalu, pendukung Persebaya yang dikenal dengan nama Bonek mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya agar mengizinkan Bajol Ijo bermain di kotanya sendiri walau Stadion Gelora Bung Tomo dan Stadion Gelora 10 November direnovasi. Sepasang stadion tersebut direnovasi sebagai persiapan menyambut gelaran Piala Dunia U-20 tahun 2021 mendatang di mana kota Surabaya menjadi salah satu tuan rumah.
Detail terkait bagaimana penggunaan tribun stadion dan lain-lain dibahas secara rinci. Alhasil, tercapailah kesepakatan di antara seluruh pihak, termasuk penyesuaian okupasi selama proses renovasi berjalan.
Pemugaran Stadion Manahan telah selesai dan arena berkapasitas 20 ribu pasang mata itu tampak semakin cantik serta megah. Maka menyaksikan Persis beraksi lagi di sana adalah hal yang paling diidam-idamkan para suporter.
Solo, layaknya Surabaya, juga terpilih sebagai salah satu kota penyelenggara Piala Dunia U-20 tahun 2021 nanti. Walau demikian, Persis tak boleh jadi tim musafir lagi. Tetap bermain di Solo merupakan hal yang haram ditawar.
Selama beberapa bulan terakhir, cukup banyak spanduk-spanduk dengan tulisan “Manahan atau Tidak Sama Sekali” yang terpampang di jalanan kota Solo. Spanduk tersebut dipasang oleh para pendukung Persis sebagai protes sekaligus curahan hati mereka agar klub kesayangannya tetap bermain di kotanya sendiri pada Liga 2 musim 2020 mendatang.
Sebelum spanduk “Manahan atau Tidak Sama Sekali”, suporter Persis sempat memasang spanduk dengan tulisan “Jangan Jauhkan Persis Dari Kota Solo” pada tahun 2018 silam. Bukti jikalau mereka sangat ingin menyaksikan Laskar Sambernyawa bermain lagi di rumah sendiri. Waktu satu setengah tahun menjadi musafir dirasa sudah lebih dari cukup.
Menyusul tim-tim bersejarah lain di Indonesia yang sedang berkompetisi di Liga 1 adalah impian yang sudah lama disemai Persis. Maka di musim 2020 nanti, mereka akan berusaha tampil dengan elok guna mewujudkan hal tersebut.
Selain memperkuat tim, bermain di hadapan publik sendiri juga dapat menghadirkan motivasi berlipat ganda. Atmosfer yang dirasakan pemain tentu berbeda karena para suporter menyesaki tribun demi memberi dukungan serta menyanyikan lagu penyemangat.
Harapan bahwa Laskar Sambernyawa bisa kembali merumput di Stadion Manahan kembali membuncah saat Jumat kemarin (31/1), Chief Executive Officer (CEO) Persis, Azmi Alqomar, menemui Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, guna meminta izin penggunaan stadion yang pernah jadi arena final Liga Indonesia musim 2006 antara Persik Kediri versus PSIS Semarang itu.
Beruntung, pertemuan itu berbuah manis karena Wali Kota Solo, memberi lampu hijau kepada Persis untuk kembali memakai Stadion Manahan. Namun Wali Kota Solo tersebut mengingatkan kepada semua pihak, terutama pendukung Persis, agar mau menjaga Stadion Manahan demi kebaikan bersama.
Kekhawatiran Pemkot Solo tentu beralasan. Citra suporter yang belum dewasa dan gemar berbuat onar masih nyata di kancah sepakbola nasional. Mereka jelas ogah melihat stadion yang baru saja dibenahi dengan biaya tidak sedikit, rusak akibat perilaku tak bertanggung jawab penonton. Padahal, Stadion Manahan disiapkan sedemikian rupa untuk beroleh perhatian dunia.
Kabar tersebut membangkitkan gairah suporter Persis untuk menyaksikan sang pujaan berlaga. Jangan kaget bila tribun Stadion Manahan bakal merah menyala seperti dahulu karena dijejali puluhan ribu suporter yang bakal mengerahkan segenap tenaga dan cintanya kepada Persis.
Bagi pendukung Persis, Stadion Manahan bukan sekadar lapangan sepakbola. Arena yang satu ini adalah rumah yang menghasilkan jutaan cerita dan kenangan. Saya pun percaya, mereka siap menjaganya seperti cara mereka menjaga cintanya kepada Laskar Sambernyawa.
Selamat datang kembali di Manahan, Persis.