The Curious Case of Xherdan Shaqiri

The Curious Case of Benjamin Button, merupakan sebuah film yang rilis pada 2008, diangkat dari novel berjudul sama karya F. Scott Fitzgerald. Film ini menceritakan tentang seorang pria bernama Benjamin Button yang diperankan oleh Brad Pitt, di mana Benjamin Button mengalami ages in reverse secara fisik, dirinya menjadi muda secara fisik seiring dengan bertambahnya usia.

Tujuh tahun berselang, terjadi kasus reverse yang hampir serupa. Tepat pada 11 Agustus 2015, winger lincah asal Xherdan Shaqiri resmi mendarat di Stoke City dari Inter Milan dengan biaya transfer sebesar 12 Juta poundsterling.

Xherdan Shaqiri, namanya mulai mencuat pada tahun 2011 tepatnya pada pertandingan babak penyisihan grup Liga Champion yang mempertemukan timnya kala itu FC Basel mempermalukan raksasa Inggris, Manchester United di kandangnya sendiri, Old Trafford. Shaqiri bermain sangat memukau dalam pertandingan yang berkesudahan 1-2 tersebut dengan mencatatkan dua assist.

Shaqiri merupakan talenta generasi baru Swiss yang didominasi oleh keturunan para imigran yang berdatangan ke negara netral tersebut pasca-perang dingin. Bersama Granit Xhaka, Joseph Drmic dan Haris Seferovic menjadi wajah baru sepak bola Swiss.

Setelah menghabiskan sepuluh tahun di tim tersukses Swiss, FC Basel, mulai dari level akademi hingga tim senior, dengan catatan manis memersembahkan tiga gelar liga Swiss tiga tahun beruntun. Pada pertengahan musim Shaqiri yang kala itu masih masih berusia 20 tahun mengumumkan dirinya akan bermain untuk FC Bayern Muenchen pada musim selanjutnya yaitu 2012-2013.

Di Die Roten –julukan FC Bayern— Shaqiri merasakan nikmatnya sebuah kejayaan. Bahkan pada musim pertamanya di Jerman, dirinya termasuk dalam bagian tim yang meraih sixplet, juara Bundesliga, DFB Pokal, DFL Supercup, Liga Champion, UEFA Super Cup, serta Piala Dunia Antarklub pada tahun 2013. Sebuah catatan yang mentereng bagi seorang pesepak bola muda yang bahkan berasal dari negara yang bukan terkenal karena sepak bolanya.

Setelah rentetan cedera dan kalah bersaing dengan Franck Ribery dan Arjen Robben, dirinya memutuskan pindah ke Italia pada transfer musim dingin musim lalu. Di FC Internazionale dirinya mencatatkan total 20 penampilan dengan menghasilkan tiga gol. Setelah isu panas transfer yang menyebutkan bahwa pemain berjuluk Messi dari Alpen akan pindah ke tanah Inggris, tim papan tengah Stoke City, menjadi pilihan selanjutnya dalam petualangan karir seorang Xherdan Shaqiri.

Banyak pihak mempertanyakan keputusan Shaqiri tersebut, padahal di saat yang bersamaan dua tim asal Merseyside, Liverpool dan Everton menunjukan minat kepada pemain kelahiran 10 Oktober 1991 ini. Alih alih pindah ke tim yang lebih baik setelah dirinya gagal di Italia, Shaqiri malah memilih hijrah ke tim papan tengah.

Xherdan Shaqiri, namanya mulai mencuat pada tahun 2011 saat babak penyisihan grup Liga Champion yang mempertemukan timnya kala itu FC Basel mempermalukan Manchester United di Old Trafford.

Fenomena ini hampir mirip dengan yang dialami oleh Benjamin Button, akan tetapi yang dialami Shaqiri justru reverse akan karir sepak bolanya. Apabila Benjamin Button dari berfisik ringkih seperti orang tua menjadi segar seperti pemuda. Shaqiri terus menerus hijrah ke “tim yang lebih kecil”. Padahal apabila yang terjadi sebaliknya, jenjang karir Shaqiri sangatlah menakjubkan. Mari kita putar balik jalan kehidupan Xherdan Shaqiri.

Setelah bermain dengan impresif di tim asal Inggris, Stoke City. Xherdan Shaqiri dipinang Internazionale. Di tanah Italia, Shaqiri mencuri perhatian raksasa Jerman, FC Bayern. Shaqiri tidak membutuhkan waktu lama untuk menjadi idola di Allianz Arena karena kecepatan dan kelihainnya dalam menggiring bola. Setelah tahun tahun hebat dan gelar juara, termasuk sixplet dengan memenangkan semua kejuaraan dalam satu musim, Xherdan Shaqiri memutuskan untuk pulang ke Swiss, membela FC Basel.

Terlihat lebih menakjubkan bukan? Dibanding kenyataan yang terjadi sebaliknya.

Tidak ada yang tahu alasan sebenarnya mengapa pemain keturunan Albania ini memilih hijrah ke Britannia Stadium –kandang Stoke City— dibandingkan tim lain. Meskipun dalam wawancara perkenalannya Shaqiri menyebutkan dirinya membutuhkan tantangan baru, di mana alasan ini merupakan alasan “formalitas” yang sering dinyatakan oleh seorang pemain kala hijrah ke klub baru.

Xherdan Shaqiri, From Sixplet winners to cold and windy night at Stoke

Komentar

This website uses cookies.