Seharusnya, tidak boleh ada siapapun yang merasa lebih besar dari klub. Cristiano Ronaldo menyedot semua perhatian yang seharusnya tertuju pada performa Manchester United saat memenangkan laga kontra Tottenham Hotspur. Pemegang nomor 7 di United tersebut terlihat menuju ruang ganti tanpa sebab di menit 89. Ia meninggalkan segenap skuad yang masih berkeringat di lapangan dan suporter yang memenuhi Old Trafford. Erik ten Hag sudah barang pasti tak suka dengan sikapnya. Mengingatkan kembali sikap serupa sang mega bintang saat laga pramusim lalu menghadapi Rayo Vallecano.
Ten Hag belum mau berkomentar pasca laga, ia akan menyelesaikan permasalahan attitude itu keesokan harinya. Pada kasus saat pramusim lalu, ia menyoroti perginya sejumlah pemain saat laga masih berjalan dengan mengatakan “Saya tentu tidak memaafkan ini. Ini tidak dapat diterima oleh siapapun. Kami adalah sebuah tim dan anda harus bertahan sampai akhir.” Ten Hag jelas dikenal sebagai pelatih yang tegas dan tanpa pandang bulu. Ia mengutamakan kolektivitas tim alih-alih bergantung pada beberapa sosok, terutama seorang pemain bintang.
Hal ini juga ia pertegas pasca laga kontra Spurs, saat Ten Hag memuji kualitas skuadnya malam itu. 11 pemain menyerang dan 11 pemain bertahan adalah aksi dan sikap yang ia harapkan dari segenap pemain agar cocok dengan filosofinya. United terbukti efektif dalam keduanya. Setan Merah piawai melakukan kedua transisi menyerang-bertahan, dengan dua gol kemenangan lahir di babak kedua dari Fred dan Bruno Fernandes.
Sejak pertama kali mendarat di Manchester, Ten Hag secara berulang dan lugas selalu menekankan bahwa ia akan memberikan kesempatan, hak, dan kewajiban yang sama terhadap para pemain. Maka sikap dan pendekatan yang ia ambil sekarang dengan tidak memainkan Ronaldo merupakan sebuah keputusan berdasar demi menjaga stabilitas tim. Ten Hag terkesan tidak terlalu ambil pusing dengan sikap kurang berkenan yang ditunjukkan oleh pemain asal Portugal itu.
Ia pasti akan menyelesaikannya, namun tak perlu dengan kegaduhan yang mengganggu momentum tim.
Ten Hag juga memaklumi jika Ronaldo akan marah sebab tak dimainkan dalam sebuah laga. Namun hal itu juga tidak bisa dijadikan pembenaran bagi sang pemain untuk melengos sebelum laga berakhir. Sebuah cuplikan pasca laga versus Everton di pekan sebelumnya juga sempat muncul asumsi bahwa Dalot saat itu memberi tahu Ronaldo untuk lebih dulu menghampiri para suporter yang datang ke Goodison Park sebelum pergi ke ruang ganti.
Sikap Ronaldo sebagai pemain bintang terus menjadi sorotan. Aksinya semalam tentu terakumulasi dengan sikap-sikap negatif sebelumnya yang memperkuat kemungkinan pindah klub saat bursa transfer Januari mendatang.
Ronaldo juga telah diberikan banyak kesempatan, namun ia tak kunjung menunjukkan kemampuan terbaiknya. Sentuhannya terasa hilang bersama dengan memudarnya insting tajam yang musim lalu masih gacor dengan 18 gol di Premier League.
Usai mencetak gol ke-700 di level klub, semua orang kembali berharap bahwa itu akan menjadi momentum, membuka kran golnya yang tersendat. Barangkali hal itu juga yang membuat Ronaldo ngambek. Dengan catatan hattrick-nya kontra Spurs musim lalu dan ambisi mencetak gol lebih banyak lagi, ia merasa pantas untuk dimainkan.
Sementara dari sisi sang juru taktik, sebelum laga Ten Hag telah menjelaskan bahwa ia butuh 11 orang pertama dengan stamina kuat serta dalam kondisi bugar. Ten Hag mengantisipasi bagaimana Spurs ala Conte solid di belakang serta memiliki serangan balik mematikan.
Maka ia membutuhkan pemain dengan kaki-kaki cepat yang siap menyerang dan bertahan sekaligus. Ditambah, Marcus Rashford juga dalam kondisi sehat usai sakit di akhir pekan sebelumnya. Dengan tiga pemain terdepan yang diisi Rashford, Sancho, dan Antony, lini serang United bergerak lebih dinamis untuk mengembangkan permainan.
Ten Hag sangat menghargai kolektivitas tim. Sepanjang karier kepelatihannya baik saat di Go Ahead Eagles, FC Utrecht, dan Ajax Amsterdam, tak ada satupun pemain bintang masuk ke dalam timnya. Untuk itu, ia sangat tepat bagi Manchester United yang selama satu dekade ke belakang selalu bergantung hanya ke beberapa sosok tanpa sistem permainan yang jelas. Pelatih asal Belanda itu menerapkan dengan benar sebuah prinsip bahwa “Tidak ada pemain yang lebih besar dari klub”.