Setelah start buruk dengan kekalahan 2-6 atas Inggris di laga pembuka, Iran akhirnya meraih hasil positif atas Wales di laga kedua Piala Dunia 2022 Qatar. Laga secara dramatis berkesudahan 2-0 untuk kemenangan Tim Melli atas The Dragons lewat gol di menit-menit akhir. Pasca peluit panjang, para pemain Iran melakukan selebrasi dengan menjunjung tinggi sang pelatih, Carlos Queiroz. Kepercayaan penggawa terhadap taktik pelatih berkebangsaan Portugal tersebut sukses membuka peluang Iran lolos ke 16 besar.
Sebelum kartu merah Wesley Hennesey di menit 86, Iran sudah memberikan perlawanan berarti. Formasi 4-4-1-1 Iran dengan strategi man marking dan counter attack mampu menyuguhkan laga kejutan lain dan memperkuat daya saing negara Asia di panggung dunia. Meski demikian, Queiroz dalam sesi post match press conference tak mau berpuas diri.
“Ini hanya sebuah kemenangan, tiga poin. Kita belum menyelesaikan pekerjaan,” tegasnya kepada publik. Queiroz baru saja ditunjuk sebagai pelatih Iran pada September lalu, kurang lebih berjarak 3 bulan untuk melakukan persiapan menuju Qatar. Namun, namanya sudah dikenal publik sepakbola Iran sejak lama dan sosoknya sudah tak asing lagi dalam sepakbola dunia.
Dalam dua edisi Piala Dunia sebelumnya, Iran selalu mempercayakan skuad ke sosok Carlos Queiroz. Di masa lampau, Queiroz sempat digadang-gadang sebagai suksesor jangka panjang Sir Alex Ferguson di Manchester United. Ia sempat menemani Fergie sebagai asisten pelatih di masa-masa kejayaan United medio 2000-an. Tepatnya satu musim pada 2002/2003 dan kembali lagi ke Old Trafford periode 2004-2008.
Iran tossed coach Carlos Queiroz in the air after their late win against Wales ❤️ pic.twitter.com/nUbAe0RcRh
— ESPN FC (@ESPNFC) November 25, 2022
Awal musim 2001/2002, Ferguson sempat mengumumkan akan pensiun di akhir musim. Namun pada Februari 2002 ia berubah pikiran. Queiroz sempat meninggalkan United untuk menjadi pelatih Real Madrid pada musim 2003/2004. Tapi, ia gagal di Spanyol sehingga kembali ke pangkuan Setan Merah. Saat menjalani periode kedua bersama United, Queiroz mendapat restu dan kepercayaan Ferguson untuk menjadi suksesornya.
Dalam sebuah wawancara dengan majalah Visao asal Portugal pada 2005, Ferguson menjawab pertanyaan terkait siapa yang menjadi penerusnya, “Bisakah dia menjadi manajer berikutnya? Kenapa tidak? Dia tahu bagaimana caranya meraih itu, dia memiliki pengalaman, memiliki masa depan cerah, dan itu yang dibutuhkan,” jawabnya.
Ferguson menemukan Queiroz dari testimoni banyak orang tentangnya, termasuk legenda sepakbola Portugal, Luis Figo. Kala itu, Queiroz menjabat sebagai manajer Afrika Selatan dan pernah berkecimpung sebagai pelatih Portugal dari skuad kelompok umur hingga level senior.
Periode keduanya sebagai tangan kanan Ferguson bertepatan dengan jebloknya performa United di tengah kebangkitan Chelsea bersama Jose Mourinho. Queiroz diyakini memiliki pengaruh kuat terhadap Ferguson pada aspek taktikal. Ferguson amat yakin bahwa sosoknya saat itu dapat menjadi jawaban untuk membantu United membawa pulang trofi Champions League ketiga dengan pemikiran taktis dan perspektif permainan “Eropa” yang kental.
Queiroz juga menjadi sosok kunci di balik kedatangan Anderson dan Nani. Pengetahuan dan pengalamannya di sepakbola Portugal sukses menangkap potensi kedua pemain tersebut untuk didatangkan ke Old Trafford. Ferguson bersama Queiroz akhirnya berhasil memenangi Champions League di Moskow pada 2008 silam, sekaligus menjadi musim terakhir Queiroz bersama Setan Merah.
“Dia telah memainkan peran penting dalam membangun dan menyatukan skuad yang terdiri dari pemain luar biasa di klub,” puji Ferguson terhadap asistennya. Ia bahkan melanjutkan sanjungannya dengan menyebut Queiroz sebagai “salah satu pelatih terbaik di dunia” saat itu.
Sejak Queiroz datang, sepakbola yang dimainkan United mengalami perubahan berkat pengaruh dari Queiroz. United bertransformasi menjadi lebih atraktif dari era permainan yang disebut dengan “pre-Queiroz” yang merujuk pada sepakbola “british style“. Queiroz juga berperan besar dalam upaya membangun United dengan perpaduan Cristiano Ronaldo dan Wayne Rooney di lini depan.
https://twitter.com/TenHagBalI/status/1596113211941867525
Pada 2005, bersamaan dengan kedatangan Van der Sar, VIdic, dan Evra, United membuat keputusan besar melepas Roy Keane dari klub. Queiroz diyakini sebagai figur yang menjadi alasan utama Keane untuk hengkang. Menurut testimoni Keane, ia tak suka dengan taktik yang diterapkan sang asisten pelatih dan kurang sepakat dengan keputusan klub yang memberikan banyak tanggung jawab kepada Queiroz. Masa-masa itu juga menjadi penanda bagaimana Ferguson begitu mempercayai visi Queiroz untuk membawa United ke level selanjutnya, yakni menjuarai Eropa.
Akhir musim 2008, Queiroz akhirnya pergi. Ia ditunjuk sebagai pelatih Portugal untuk membawa negaranya mengarungi Kualifikasi Piala Dunia 2010 menggantikan Luiz Felipe Scolari. Ronaldo menyebut Queiroz sebagai “pilihan sempurna” waktu itu. Ia kemudian memimpin Portugal hingga akhirnya tersingkir di babak 16 besar Piala Dunia 2010 Afrika Selatan. Singkat cerita ia hijrah ke Iran. Periode pertama Queiroz bersama Iran terjadi pada 2011-2019 dan memimpin Iran di Piala Dunia 2014 dan Piala Dunia 2018.
Queiroz mengambil kendali penuh dalam penentuan skuad Timnas Iran berbekal kemampuannya sebagai rekruter handal selama di Manchester United. Queiroz mengubah preferensi pemilihan pemain tim nasional dengan mencari para pemain keturunan ke berbagai pelosok negeri. Kontraknya kemudian habis pada 2019 dan memutuskan melatih Kolombia, lalu Mesir sebelum kembali ke pinangan Iran. Performa Iran di edisi kali ini memang belum menjanjikan. Namun, Queiroz setidaknya punya harapan untuk membawa Iran lolos ke 16 besar.