Setelah solat subuh, saya melakukan jogging di jalan kampung yang gelap, sepi dan hening. Udara pagi yang segar berhembus dan membuat saya berlari semakin kencang.
Namun tak berselang lama, seorang loper koran tampak di depan mata seraya menawarkan koran jualannya. Saya berhenti berlari dan membeli satu koran darinya yakni Kedaulatan Rakyat.
Perusahaan media cetak yang satu ini didirikan oleh HM. Samawi dan Martono Wonohito. Kedaulatan Rakyat merupakan surat kabar lawas dan legendaris karena terbit sejak 27 September 1945 silam.
Kedaulatan Rakyat tercatat dalam sejarah sebagai salah satu koran pertama setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang masih terbit hingga kini.
Saya mulai membaca dari headline koran tersebut hingga berujung ke bagian rubrik olahraga yang berada di halaman 16 atau terakhir. Pada halaman itu, bacaan saya terhenti.
Terdapat satu artikel yang berjudul “Jadwal Timnas Indonesia Mundur”. Isinya berupa informasi tentang Kualifikasi Piala Dunia 2022 yang dijalani oleh timnas Garuda.
Seharusnya, jadwal pertandingan timnas adalah bulan Maret dan April kemarin. Namun akibat pandemi Corona, jadwal itu digeser ke bulan Oktober dan November.
Anak asuh Shin Tae-yong masih menyisakan tiga pertandingan lagi yakni kontra Thailand di Bangkok (8/10), menjamu Uni Emirat Arab (UEA) di Jakarta (13/10), dan bertamu ke Hanoi buat bertemu Vietnam (12/11).
Mengingat performa Indonesia di laga sebelumnya kurang prima lantaran selalu keok, peluang lolos ke Piala Dunia 2022 memang sudah tertutup.
Akan tetapi, tiga pertandingan tadi masih punya peran untuk keberlangsungan mimpi Indonesia ke Piala Asia 2023.
Ya, babak kualifikasi Piala Dunia 2022 dan kualifikasi Piala Asia 2023 memang dijadikan satu rangkaian oleh Konfederasi Sepakbola Asia (AFC).
Dengan poin nol saat ini, harapan Indonesia ke Piala Asia 2023 bisa terwujud jika mereka sukses memenangkan tiga partai tersisa dan berhasil finis di posisi empat klasemen akhir Grup G. Maka tiket ke babak kualifikasi ketiga atau playoff Piala Asia 2023 bakal aman di genggaman.
Meski belum menjamin keikutsertaan di putaran final, tapi setidaknya Indonesia punya kans lebih untuk mewujudkan itu.
Selama ini, mungkin karena memang bercermin pada ketidakmampuannya bersaing, Indonesia selalu menargetkan tampil baik dan bahkan juara di Piala AFF.
Seolah-olah tampil di Piala Dunia dibiarkan saja jadi mimpi tak pasti. Pun dengan Piala Asia, dibiarkan berlalu karena kepayahan berduel dengan negara-negara lain di Benua Kuning. Rasanya, Indonesia semakin mirip katak dalam tempurung.
Padahal, selagi menargetkan performa brilian di Piala AFF seraya menyudahi paceklik prestasi yang sudah berumur tiga dekade, Indonesia juga wajib memiliki sasaran yang lebih tinggi.
Bermain di Piala Asia tentu salah satunya. Terlebih, timnas Garuda sudah absen dari turnamen empat tahunan itu semenjak 2007 lalu.
Tak perlu memasang target yang kelewat muluk, beraksi secara apik (kendati rontok di penyisihan grup), merupakan hal yang cukup bagus bagi Indonesia.
Jujur saja, melihat sepakbola Indonesia yang makin tertatih bikin saya geleng-geleng kepala. Betapa payahnya kita di bidang yang satu ini.
Padahal, dahulu kita dipandang sebagai salah satu kekuatan yang hebat dan penuh potensi. Namun kini, level kita hanyalah Kamboja, Laos, dan Timor Leste.
Tatkala negara-negara seperti Filipina, Malaysia, Thailand, dan Vietnam, melaju kencang meningkatkan kualitasnya agar sanggup bersaing di level yang lebih tinggi, kita masih sebatas sibuk mencari tempat pemusatan latihan timnas.
Misi meneruskan perjuangan ke babak kualifikasi Piala Asia 2023 memang berat. Apalagi sempat muncul perselisihan internal di antara federasi sepakbola Indonesia, PSSI, dengan pelatih timnas, Shin.
Sepakbola Indonesia pun terasa semakin runyam dan gelap. Publik penggila olahraga sebelas lawan sebelas ini seakan dipaksa untuk melenyapkan harapan-harapan baiknya. Ah, menyebalkan sekali.
Meski begitu, saya tetap ingin dan tentu saja berharap, Indonesia bisa tampil apik di tiga partai sisa babak kualifikasi Piala Dunia 2022/Piala Asia 2023.
Thailand, UEA serta Vietnam memang bukan lawan yang enteng. Namun ketika usaha keras dan sikap pantang menyerah serta seluruh jiwa raga telah dikorbankan demi melihat Bumi Pertiwi tersenyum bangga, saya rasa semua kemustahilan dapat dipatahkan.
Maka menyiapkan armada terbaik sembari menyudahi aneka konflik internal di PSSI jadi syarat mutlak bertiupnya angin harapan.
Piala AFF boleh jadi kejuaraan di mana kita memasang target tertinggi buat berprestasi. Namun menjangkau ajang yang levelnya lebih tinggi semisal Piala Asia juga sebuah keharusan sebagai bukti pengembangan sepakbola di Indonesia memang berjalan.
Jika ambisi ke sana tak ada, maka kita takkan pernah jadi apa-apa sebab nyaman berkubang di lumpur ketidakmampuan. Sekadar bermimpi jadi kampiun Piala AFF pun tak pantas.
“Setiap ada kemustahilan yang dipatahkan, sesungguhnya di situ ada kemungkinan yang terus dihidupkan.”
Ayo, Indonesia. Tunjukkan kemampuanmu. Jawab harapan kami yang selama ini tak kenal lelah mendukungmu.