West Ham United Menatap Benua Biru

Kamu pasti merasa ada yang berbeda saat melihat klasemen sementara Liga Primer Inggris. Tak ada nama Arsenal dan Liverpool di lima besar. Padahal mereka dianggap sebagai anggota The Big Five bersama Chelsea, Manchester City, dan Manchester United. Posisi mereka, untuk sementara, justru diduduki oleh Leicester City dan West Ham United.

Mengejutkan? Bisa jadi. Namun seperti itulah hakikat dari sepakbola, bahkan di kancah Liga Primer Inggris yang katanya bonafide itu.

Beberapa musim silam, kita disuguhi pertunjukan ajaib dengan kesuksesan Leicester menjuarai liga. Padahal materi skuad mereka ketika itu kalah mengilap dari tim-tim papan atas. Namun rejeki mengangkat piala memang sudah jadi kepunyaan tim besutan Claudio Ranieri.

Bicara tentang kejutan di musim ini, apa yang ditorehkan West Ham bisa dikatakan masuk ke dalam kategori tersebut. Siapa yang menduga anak asuh David Moyes bakal nyaman nangkring di lima besar?

Bukankah materi pemain mereka jauh di bawah Arsenal yang ditukangi Mikel Arteta maupun Liverpool-nya Jurgen Klopp?

Rapor The Hammers musim lalu pun kurang meyakinkan sebab finis di peringkat ke-16 alias mati-matian berjuang lolos dari jerat degradasi.

Performa West Ham yang impresif di bawah kendali Moyes tidak terlepas dari berbagai faktor. Salah satu yang patut diacungi jempol adalah keberhasilan transfer mereka.

Nama pertama yang layak dipuji adalah Tomas Soucek. Gelandang bertahan asal Republik Ceko yang direkrut via mahar 15 juta Pound dari Slavia Praha itu bermain sangat fantastis.

Sejak merumput dengan baju The Hammers, Soucek menjadi tandem Declan Rice sebagai poros ganda di lini tengah. Mereka punya peran krusial dalam fase bertahan maupun menyerang.

Khusus Soucek, ia juga punya naluri mencetak gol yang cukup tinggi. Hal ini terbukti dengan gelontoran 9 golnya sejauh ini di Liga Primer Inggris.

BACA JUGA:  Kisah Kejayaan New Balance Bersama Liverpool

Moyes paham betul dengan kelebihan yang dimiliki Soucek. Pemain berpostur 192 sentimeter tersebut dapat diandalkan pada situasi bola mati dengan gol sundulan yang menjadi keahliannya.

Sekilas, Soucek mengingatkan kita pada Marouane Fellaini saat Moyes masih menangani Everton.

Selain Soucek, ada Jarrod Bowen yang juga bersinar. Pemain asli Inggris ini diboyong dari Hull City pada Januari 2020 lalu. Setengah musim perdananya di London Timur, belum ada dampak signifikan yang dibuat Bowen.

Akan tetapi, segalanya berubah di musim 2020/2021. Dipercaya Moyes sebagai salah satu senjata di lini depan, ia sukses mengemas 8 gol sejauh ini.

Bowen bahkan disebut-sebut sebagai Arjen Robben versi murah meriah oleh banyak media Negeri Ratu Elizabeth.

Nama pembawa perubahan yang, mungkin, paling fenomenal untuk klub yang berkandang di Stadion Olympic London ini adalah Jesse Lingard.

Datang sebagai pemain pinjaman dari Manchester United, Lingard menjelma jadi salah satu figur protagonis The Hammers sejak awal tahun 2021.

Entah apa yang dilakukan Moyes terhadap Lingard, tetapi yang pasti performanya jauh lebih baik ketimbang saat memakai baju The Red Devils.

Hanya dari 10 penampilan di Liga Primer Inggris, Lingard berhasil mengukir 9 gol dan 3 asis. Ini benar-benar catatan yang sangat impresif!

Di West Ham, Lingard mendapat kebebasan untuk mengeksplorasi pertahanan musuh dan juga bergerak dinamis sesuka hati. Dirinya juga berperan sebagai inisiator serangan ketika menguasai bola.

Kemampuan individunya ia buktikan ketika menghadapi Wolverhampton Wanderers pada pekan ke-30 lalu. Lingard berhasil menciptakan gol solo run dari tengah lapangan dan melewati dua pemain The Wolves sekaligus.

Bicara soal permainan, Moyes mampu meracik timnya dengan sangat baik. Terutama dengan pakem 4-2-3-1 yang menjadi andalannya.

BACA JUGA:  Juventus 2-0 Sevilla: Kompaksi Pertahanan, Peran Penyerang, dan Paulo Dybala

Adapun opsi jika salah satu pemain inti mereka dilanda cedera, Moyes dapat mengubah formasi menjadi 3-5-2, 3-4-3 atau 5-4-1.

Fleksibilitas itu membuat The Hammers tak mudah ditebak lawan kendati cara menyerangnya memiliki ciri khas tersendiri. Ya, Moyes menyukai skema serangan balik kilat dengan sesekali melakukan umpan panjang yang efektif.

Selain itu, West Ham juga tak memiliki ketergantungan pada seorang pemain, utamanya dalam urusan mencetak gol.

Michail Antonio sebagai penyerang mendapat dukungan yang luar biasa dari Bowen, Lingard, Soucek, bahkan Craig Dawson.

Mesti diakui bahwa Moyes sukses membuat performa tim meningkat drastis. Musim lalu terseok-seok di papan bawah dan kini bersaing di papan atas.

Sebagai tim papan tengah-bawah, West Ham tak kelewat sering mentas di Eropa. Capaian terbaik mereka di Benua Biru adalah merengkuh trofi Piala Winners pada 1964/1965 silam.

Kini, dengan peluang lolos yang cukup besar ke Eropa, West Ham kudu menguatkan tekadnya untuk tampil semaksimal mungkin di sisa musim.

Moyes sendiri berharap jika musim ini mereka bisa finis setinggi-tingginya demi berlaga di Benua Biru.

“Saya berharap kami dapat lolos ke Eropa, lebih-lebih Liga Champions. Semua pemain memimpikannya”, terang Moyes seperti dikutip dari ligaolahraga.

Ayo ke Eropa, The Hammers!

Komentar
Pemuda penyuka sepakbola dan bersumpah setia kepada Manchester United. Bisa disapa di akun Twitter @Irfanafwandi.