Lionel Messi, Iker Casillas, Fernando Torres dan bahkan Dani Parejo pun awalnya hanya berstatus wonderkid yang jarang diperhitungkan oleh khalayak penikmat sepak bola pada awalnya, namun perlahan tapi pasti nama-nama di atas menjelma sebagai pemain yang menjadi alasan kuat kenapa fans tiap minggu rutin datang mengunjungi Camp Nou, Estadio Santiago Bernabeu, Estadio Vicente Calderon dan Estadio Mestalla.
Status wonderkid bisa dianalogikan sebagai pisau bermata dua, baik dan buruknya semua tergantung sang pemain itu sendiri. Apabila sang pemain bisa menunjukkan kepada pelatih bahwa ia memang layak mendapat jatah bermain dan satu tempat reguler di tim utama, maka status wonderkid tersebut bisa meningkatkan kepercayaan diri (confidence) sang pemain
Apabila tidak? Bisa jadi pemain frustasi karena terus berada di bench yang sangat menghambat perkembangan karir sepak bolanya.
Wonderkid memang diidentikan sebagai pemain yang masih berusia sangat muda (kami di Fandom menetapkan usia di bawah 21 tahun), mempunyai prospek cerah untuk jangka waktu yang lama (biasa dibuktikan dengan menit bermain), skill olah bola yang ciamik dan catatan statistik lainnya.
Setiap liga top Eropa tentu punya pemain muda berbakatnya masing-masing. Inilah lima wonderkid La Liga.
1. Marco Asensio Willemsen
Sebelum berbicara panjang mengenai pemain yang satu ini, Asensio sudah mampu membuat penikmat sepak bola Spanyol mengenyeritkan dahi karena kontroversinyanya. Ketika masih bermain di Real Mallorca ia yang merupakan fans dari Lionel Messi berkali-kali sempat menyatakan ingin bermain untuk FC Barcelona, namun tak disangka-sangka justru pada 1 Juli 2015 lalu memutuskan untuk pindah ke rival abadi El Barca, Real Madrid.
Kesampingkan kontroversi yang dibuat pemuda ini, kita mulai berbicara mengenai kemampuan olah bolanya. Memasuki musim 2015/2016, Marco tidak mendapatkan menit bermain dan tempat di tim utama, berbanding terbalik dengan musim sebelumnya.
Akhirnya manajemen El Real memutuskan untuk meminjamkan Marco kepada RCD Espanyol (berada di wilayah otonom yang sama dengan FC Barcelona) dengan mahar 3,5 juta euro. Di sinilah kemudian Marco menjelma sebagai salah satu pemain muda yang siap menjanjikan.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan 589 menit bermain yang sudah dikumpulkan pemain kelahiran Palma de Mallorca, 21 Januari 1996 sejauh ini. Marco pun membuktikan bahwa kepercayaan yang diberikan kepadanya tak ia sia-siakan, kesempatan itu pun ia buktikan dengan catatan enam assists sejauh ini, tak heran sejauh ini Marco menjadi pemain dengan jumlah assists terbanyak untuk Espanyol.
Marco rajin menciptakan peluang (chances), dari 17 peluang yang sudah dihasilkan Marco, empat di antaranya mampu diproyeksikan dengan baik dan 13 lainnya berujung menjadi key passes. Selain itu tingkat akurasi umpan (passing) yang baik juga mendukung kemampuan Marco dalam menghasilkan assists, akurasi umpan (passing) Marco paling tinggi di antara rekan tim lain (85%) dengan 190 berhasil dihantarkan dengan baik.
Bahkan capaian Marco musim ini untuk urusan assists lebih baik dari musim lalu, musim lalu ia hanya menciptakan empat umpan berbuah gol saja. Bermain 259 menit lebih sedikit dari musim lalu tetap saja tak bisa membendung kreativitas Marco dalam mencipatakan assists.
Kemampuan inilah yang memaksa coach Sergio Gonzales lebih memercayakan posisi gelandang serang kepadanya ketimbang Salva Sevilla yang sudah memasuki usia 31 tahun, sebuah awal yang baik untuk bekal pemain yang belum memutuskan membela timnas mana, Spanyol atau Belanda, di rimba La Liga musim ini.
2. Jose Maria Gimenez de Vargas
Pendukung Atletico Madrid di pinggir sungai Manzaranes sudah pasti mengenal sosok Jose Maria Gimenez de Vargas. Pria kelahiran Toledo, 25 Januari 1995 ini didatangkan ke ibukota Spanyol pada musim 2013/14 dengan mahar 900 ribu euro dari Danubio FC, klub asal ibukota Uruguay, Montevedio yang berdiri sejak 1932.
Kepergian Joao Miranda ke FC Internazionale musim ini merupakan sebuah berkah tersendiri bagi Gimenez, bagaimana tidak, musim ini ia menjadi pemain yang selalu bermain full untuk Atletico di semua kompetisi. Dari sepuluh laga yang sudah dimainkan Atletico musim ini (Liga dan Liga Champions), Gimenez hanya sekali absen sebagai starting eleven yaitu pada pertandingan melawan Getafe di jornada ke-5, sedangkan sisanya Gimenez bermain impresif.
Tak ayal sejauh ini ia tetap menjadi pilihan utama Diego Simeone untuk menemani Diego Godin di benteng pertahanan terakhir sebelum Jan Oblak, Jose Gimenez pun berhasil “mengalahkan” Stefan Savic yang musim lalu menjadi pilihan utama di Fiorentina dan seorang bocah bernama Lucas Fernandez yang berusia satu tahun lebih muda dari Gimenez.
Sejauh ini Gimenez telah mendapatkan 810 menit bermain, karakter keras dan pantang menyerah inilah yang menjadi senjata utama Gimenez. Ditopang oleh badan tinggi kekar dan potongan rambut yang agak macho secara tidak langsung dijadikan gertakan terhadap penyerang lawan. Bahkan jika saya berprofesi sebagai pelatih, saya tak segan-segan memasukkan nama Jose Gimenez dalam skuat impian saya.
Dengan cara bermain yang seperti itulah justru Gimenez mampu menunjukan kapabilitasnya sebagai seorang bek muda jempolan. Statistik menunjukkan untuk urusan tackle sejauh ini ia hanya gagal 6x dalam 16 kali percobaan.
Sedangkan untuk duel udara, Gimenez justru lebih mahir karena hanya gagal 4x dalam 19 percobaan, total untuk urusan merebut bola dari kaki lawan ia sudah melakukan 23 interceptions, 47 clearences dan 8 blocks.
Dengan catatan impresif ini bahkan hanya menghasilkan dua kartu kuning, padahal kita ketahui bersama bahwa posisi yang dimainkan Gimenez rawan sekali mendapatkan hukuman kartu. Peningkatan performa diakibatkan dengan peningkatan menit bermain secara signifikan dari musim lalu, musim lalu ia hanya bermain 90 menit sedangkan sekarang ia mampu bermain dalam 810 menit.
Dengan catatan ini pula Gimenez hanya rela berbagi tempat pada satu pertandingan dengan Savic di Liga melawan Getafe.
3. Alen Halilovic
Wonderkid ketiga berasal dari Balkan. Pria berkebangsaan Kroasia yang lahir di Dubrovnik, kota yang berbatasan langsung dengan Laut Adriatik. Pria itu bernama Alen Halilovic.
Merintis karir profesionalnya bersama Dinamo Zagreb, Alen mendapatkan pengalaman berharga di antaranya menjadi salah satu pemain termuda yang melakukan debut di Liga Champions pada usia 16 tahun.
Lalu pada musim 2014/2015 datang sebuah pinangan dari FC Barcelona dengan mahar 6,5 juta euro, awalnya ia diproyeksikan pada musim kedua untuk promosi secara otomatis ke tim senior namun kesempatan itu tak kunjung datang. Gerah terus bermain di divisi Segunda, akhirnya Halilovic dipinjamkan ke Sporting Gijon per 21 Agustus 2015 dengan harga 5 juta euro.
Di skuat asuhan Abelardo ia perlahan-lahan membuktikan bahwa FC Barcelona salah tak mengeksploitasinya, Alen menjelma menjadi salah satu pemuda paling menjanjikan di Liga BBVA musim ini bersama klub profesional pertama David Villa.
Kelincahan serta kecepatan yang dimiliki oleh Alen Halilovic merupakan senjata utama untuk menarik perhatian Jose Ramon Sandoval, belum lagi visi bermain, kemampuan melakukan set pieces dan akurasi passing yang baik menambah nilai plus dalam diri Alen.
Sejauh ini ia selalu mendapatkan satu tempat reguler dalam starting eleven Sporting Gijon. Dalam formasi 4-2-3-1, Alen mengisi pos gelandang serang (attacking midfielder) yang memang merupakan posisi aslinya. Alen kini telah membukukan 679 menit dan selalu menjadi starter dalam 8 jornada berturut-turut.
4. Daniel Ceballos Fernandez
Masih berkutik di wilayah otonom Andalusia, kali ini kita beralih ke kota Betis. Di sana terdapat klub bernama Real Betis Balompie di mana terdapat seorang wonderkid bernama Daniel Ceballos Fernandes atau biasa dipanggil Dani Ceballos. Pria kelahiran Sevilla 7 Agustus 1996 yang lalu ini, merupakan salah satu pemuda yang menjanjikan di La Liga musim ini.
Pemuda yang merupakan didikan asli akademi Real Betis ini berhasil mendapatkan kesempatan untuk bermain reguler bersama Rafael Van der Vaart. Sejauh ini Dani telah berhasil bermain dalam 357 menit.
Sebagai pemain yang berposisi sebagai gelandang tengah, ternyata Dani memiliki kemampuan bertahan dan menyerang sama baiknya. Untuk urusan membantu penyerangan, Dani ikut andil dalam menyumbang 1 assists dan menghasilkan tidang peluang sedangkan kemampuan bertahan nya tak bisa dianggap remeh karena presentase tackle per pertandingan Dani sama dengan Jose Gimenez dari Atletico, yakni melakukan 10 kali tekel sukses.
Pemain yang sempat didekati oleh beberapa klub Eropa seperti Real Madrid dan Chelsea ini berhasil menyingkirkan Javier Matilla untuk merebut satu tempat dalam starting eleven versi Pepe Mel.
Namun Dani sekarang mempunyai pekerjaan penting untuk mengurangi pelanggaran dan jumlah kartu kuning dan merah yaitu dengan cara bermain lebih hati-hati dan lebih cermat dalam mengambil sebuah keputusan.
5. Jose Luis Gaya Pelna
Hampir sama dengan kisah cinta Dani Ceballos dengan Real Betis-nya, kecintaan terhadap tanah kelahiran dibuktikan dengan performa menjanjikan untuk tim lokal pada usia yang terbilang muda.
Kali ini ada nama Jose Luis Gaya yang merupakan binaan asli akademi Valencia Mestalla, pemain kelahiran Pedreguer 25 Mei 1995 silam merupakan bek kiri dengan tipe bermain fullback yang identik dengan memiliki kemampuan bertahan dan menyerang sama baiknya.
Kilau dari Gaya sudah terendus oleh beberapa pemandu bakat sejak musim lalu, dan salah satu klub yang keukeuh untuk mendapatkan tanda tangannya adalah Real Madrid. Manajemen Real sudah sejak musim lalu melakukan pendekatan formal dan beberapa kali penawaran kepada agen Gaya namun selalu menemui jalan buntu.
Jelas saja Nuno Espirito Santo tak mau menjual salah satu pemain terbaiknya ini. Sejauh musim ini berlangsung saja Gaya telah membukukan 510 menit di lapangan bersama El Che. Mungkin hal tersebut bisa bertambah andai kata Gaya tidak mengalami cedera hamstring sejak 22 September lalu yang memaksa ia harus mangkir dalam dua pertandingan Liga melawan Granada dan Athletic Bilbao dan merupakan berkah tersendiri bagi Lucas Orban selaku pemain yang berposisi sama dengan Gaya.
Saat ini Gaya telah kembali siap ke habitat aslinya, sekembalinya dari cedera ia langsung menjadi starter dan langsung bermain penuh pada pertandingan melawan Malaga dalam lanjutan jornada ke-8 Liga BBVA musim ini.
Satu hal menarik bahwa kepercayaan dan resiko yang tinggi telah diperlihatkan oleh Nuno Espirito Santo terhadap Gaya, riskan sekali memainkan pemain yang baru saja sembuh dari cedera seperti itu tapi apa boleh buat kalau Gaya-lah yang memang pantas mengisi posisi bek kiri dalam winning team Valencia sejauh ini.
Cara bermain Gaya yang seperti fullback modern ini memang sedang digandrungi di kawasan Eropa. Tidak hanya bertahan, Gaya juga dituntut untuk membantu penyerangan. Dan terbukti kerja keras Gaya terwujud pada enam peluang yang dihasilkannya, biasanya peluang yang dihasilkan Gaya berasal dari penetrasi di sisi kanan pertahanan lawan, meskipun berbadan pendek Gaya ternyata hampir selalu memenangkan duel udara (4 berhasil dari 5 percobaan sejauh ini).
Jumlah interceptions pun pada setiap pertandingan pun terbilang tinggi dibanding Lucas Orban (1,5 per pertandingan), ternyata cedera yang sempat memaksanya absen tak menghalangi performa apik Gaya.
Statistiknya musim ini tak jauh berbeda dengan musim lalu dan Gaya konsisten memberikan penampilan terbaik dalam setiap pertandingan, untuk itulah mengapa ia selalu menjadi pilihan utama di posisi bek kiri El Che dalam dua musim ke belakang.
Para pemuda yang sudah disebutkan diibaratkan sebagai sebuah permata yang suatu saat bisa memiliki nilai ekonomis yang berdampak bagi beberapa pihak yang berkecimpung di dalamnya.
Jadi pada dasarnya, para wonderkid ini bisa berhasil atau tidak di masa yang akan datang tersebut bergantung kepada banyak pihak seperti pelatih, manajemen klub dan kehidupan di luar lapangan sang wonderkid karena pada dasarnya kembali lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tetap membutuhkan bantuan orang lain tak peduli seberapa kuat dan tangguh dirinya.