Dalam generasi emas Tim Nasional Belgia, Youri Tielemans mungkin hanya bayang-bayang dari sosok populer seperti Kevin De Bruyne, Eden Hazard, sampai Romelu Lukaku.
Bahkan dibanding Toby Alderweireld, Thibaut Courtois, dan Thomas Meunier, popularitas Tielemans masih jauh tertinggal.
Walau demikian, Tielemans adalah figur kunci di klub yang ia bela saat ini, Leicester City.
Kendati sosok semisal Kasper Schmeichel dan Jamie Vardy lebih dikenal sebagai andalan The Foxes, tetapi presensi Tielemans juga sangat krusial bagi juara bertahan Piala FA tersebut.
Tielemans sendiri tak begitu peduli dengan kemahsyuran. Baginya, hal terpenting adalah tampil prima untuk tim yang dirinya bela.
Andai tak menjadi pesepakbola, Tielemans barangkali sudah menjadi pejudo. Orang tuanya diketahui memiliki klub judo sekaligus guru di sana.
Saudara dan saudarinya bahkan mengikuti jejak sang ayah dan ibu dengan menggeluti judo. Ya, hanya dirinya saja yang tak mengekori.
Pada usia 5 tahun, sosok yang satu ini memilih untuk masuk ke akademi sepakbola salah satu kesebelasan top di negaranya, RSC Anderlecht.
Tielemans sadar bila kemampuannya sebagai pesepakbola cukup bagus. Namun tak pernah terpikirkan olehnya sampai bisa menjadi pemain profesional dan dipanggil Timnas.
Pada usia 16 tahun, dirinya beroleh kesempatan debut di tim utama klub dengan baju utama berwarna ungu tersebut.
Bersama Anderlecht, Tielemans berkembang menjadi gelandang yang cakap. Awalnya ia lebih banyak bermain sebagai gelandang bertahan.
Namun pelatih The Purple and White, Besnik Hasi, yang menyadari bahwa kemampuan Tielemans begitu lengkap, mendorongnya lebih ke depan untuk bermain lebih ofensif sebagai gelandang.
Peran tersebut rupanya cocok bagi sang pemain. Kemampuannya melepas umpan akurat serta tembakan jarak jauh Tielemans yang powerful bikin ia sangat berbahaya dari lini kedua.
Penampilan apiknya bersama Anderlecht lantas bikin klub Ligue 1, AS Monaco, kepincut.
Berbekal dana 25 juta Euro, Les Monegasques resmi meminangnya. Sayang, performa sosok setinggi 176 sentimeter ini kurang bersinar di Prancis.
Dua musim berseragam Monaco, ia dinilai flop. Majalah France Football bahkan mendapuknya sebagai salah satu pembelian terburuk.
Meski rapornya merah di Ligue 1, Leicester tetap berkenan memakai jasanya. Diawali dengan masa peminjaman per Januari 2019.
Di Inggris, Tielemans berhasil mengembalikan performanya ke titik puncak.
Usai menjalani masa peminjaman selama setengah musim, manajemen The Foxes rela mengucurkan dana 32 juta Poundsterling buat mempermanenkan Tielemans di Stadion King Power. Ia menandatangani kontrak selama empat musim.
Khusus pada musim ini, pemain bernomor punggung 8 ini sudah merumput dalam 11 partai Premier League dan menyumbang 3 gol dan 2 asis.
Esensi Tielemans di tubuh The Foxes terbukti dengan ia yang selalu bermain 90 menit. Brendan Rodgers betul-betul mengandalkannya sebagai dinamo permainan.
Kendati performanya cukup prima, tetapi belum sanggup membawa Leicester menembus 10 besar klasemen sementara.
Menurut WhoScored, figur yang punya darah Kongo ini kerap mengisi pos gelandang tengah dan tak jarang juga bermain sebagai gelandang bertahan.
Kemampuan melepas umpan yang dimiliki Tielemans sebagai gelandang terlihat dari rataan umpan yang menyentuh angka 57,9. Rasio umpan suksesnya pun menembus angka 83,5 persen. Catatan itu merupakan yang tertinggi di antara gelandang-gelandang Leicester.
Presensi Tielemans begitu krusial bagi Vardy yang diplot sebagai mesin gol. Dua asis yang dibuat pria kelahiran Sint-Peeters-Leeuw ini berbuah dua gol yang diciptakan sang ujung tombak.
Tatkala The Foxes mengalami kebuntuan, Tielemans dengan sepakannya acap menghadirkan perubahan.
Entah itu berupa gol cantik seperti laga melawan Manchester United atau justru tendangan geledek kala bertemu Brentford.
Gol melawan kesebelasan yang disebut terakhir bahkan sangat eksepsional karena menurut catatan Understat, angka harapan golnya (xG) cuma 0,1.
Menariknya, berdasarkan statistik Opta, empat dari sembilan gol yang sudah dibuat ayah dari Melina dan Leana tersebut sepanjang tahun 2021 berasal dari sepakan keras di luar kotak penalti.
Keberadaan pahlawan di final Piala FA 2020/2021 ini sangat esensial bagi Leicester. Kini manajemen berharap sang pemain mau segera menandatangi kontrak baru di Stadion King Power sebab durasi kerjanya akan berakhir musim panas 2023 nanti.
Di usia yang baru menembus 24 tahun, Tielemans punya banyak potensi untuk semakin meroket pada masa mendatang dan menjadi buruan banyak tim. Wajar bila klub was-was jika dirinya tidak segera memperpanjang masa kerjanya.
Rodgers sebagai pelatih amat memercayainya sebagai kunci permainan di sektor tengah. Pun dengan pendukung setia The Foxes yang saban pekan menunggu aksi-aksi gemilang Tielemans di atas lapangan hijau.
Kehilangan Tielemans bisa mengikis sisi kompetitif dari skuad Leicester saat ini. Mencari penggantinya pun takkan semudah membalikkan telapak tangan.
Akankah Tielemans bertahan atau ia justru ingin mencicipi tantangan baru bersama klub lain?