Museum Kecil untuk Alisson

Suatu hari di tahun 2016, seorang pemuda asal Brasil sedang sibuk mengemasi barang-barang pribadinya ke dalam koper besar. Nantinya, ia akan memboyong koper tersebut guna menyeberangi benua yang berbeda di mana rezekinya berasal dan mimpinya ingin diwujudkan. Pemuda itu adalah Alisson Ramses Becker.

Suami dari seorang dokter tersebut memutuskan untuk mengais rezeki di ibu kota Italia, Roma. Usai melakoni awal kariernya bareng Internacional Porto Alegre, Alisson sepakat untuk bergabung dengan AS Roma demi bertarung dengan para gladiator yang sudah lebih dahulu menghuni Coloseum di Trigoria.

Berusia 24 tahun ketika itu, Alisson merasa bahwa merantau ke luar Brasil adalah pilihan yang logis. Tak sekadar beroleh pundi-pundi lebih tebal, tapi juga membuktikan kemampuan paripurna yang ia miliki sebagai seorang penjaga gawang.

Alisson yakin bahwa dirinya mampu menjadi pelindung terakhir yang kuat serta tahan banting meski harus jadi deputi Wojciech Szczesny terlebih dahulu. Biaya yang wajib digelontorkan I Giallorossi pun hanya 8 juta euro. Sangat murah bagi pemain yang kemampuannya sangat ciamik.

Manakala Szczesny memilih hengkang ke Juventus, kesempatan Alisson untuk membuktikan diri di hadapan publik Stadion Olimpico pun terbuka lebar. Dirinya menjadi pilihan utama Roma di bawah mistar sepanjang musim 2017/2018.

Performa yang disuguhkan Alisson ternyata eksepsional. Termasuk saat mengukir rapor tak kebobolan di setiap laga kandang pada ajang Liga Champions sebelum akhirnya Liverpool menyudahi itu di babak semifinal.

Figur yang mendapuk Victor Valdes dan Manuel Neuer sebagai inspirasi ini, naik daun gara-gara kemampuan ciamiknya di bawah mistar. Refleks, penempatan posisi dan kelihaian membaca permainan bikin Alisson sanggup membuat berbagai penyelamatan seraya menghindarkan gawangnya dari kebobolan, bahkan lewat cara-cara yang sulit sekalipun. Di luar itu, sosok kelahiran Novo Hamburgo tersebut juga piawai mendistribusikan bola dan sering menjadi inisiator serangan Liverpool dari lini pertama.

BACA JUGA:  Kegagalan Transfer Jadon Sancho Pantas Ditangisi

Aksi bagusnya di Roma mengantar Alisson mematenkan posisi di tim nasional Brasil. Ia senantiasa jadi pilihan nomor satu Tite, pelatih tim Selecao, dibanding Ederson dan Santos.

Pada akhirnya, kesebelasan yang jatuh cinta setengah mati dengan sang kiper adalah Liverpool. Bermodal fulus senilai 72,5 juta euro (nilai transfer termahal sebelum dipecahkan Chelsea saat membeli Kepa Arrizabalaga dari Athletic Bilbao), Alisson pun resmi hijrah ke Stadion Anfield.

Keputusan The Reds rupanya tidak salah sebab kiper setinggi 191 sentimeter ini berhasil memamerkan penampilan yang memukau. Puasa gelar selama beberapa musim yang dialami klub yang berdiri tahun 1892 ini pun berakhir. Di musim 2018/2019 kemarin, Alisson sukses menyumbangkan trofi Liga Champions keenam sepanjang sejarah bagi Liverpool.

Tahun 2019 sendiri jadi momen yang sangat manis untuk Alisson karena selain memeluk titel Liga Champions, ia juga berhasil mengecup gelar Piala Dunia Antarklub 2019 (bersama Liverpool) serta Copa America 2019 (bareng Brasil).

Secara keseluruhan, Alisson sudah mengoleksi mengoleksi empat medali juara yakni Liga Champions, Piala Super Eropa (kendati ia tidak bermain di final), Piala Dunia Antarklub dan Copa America. Fantastisnya lagi, gelar-gelar itu ia lengkapi dengan beragam prestasi individu, mulai dari Kiper Terbaik Liga Champions musim 2018/2019, Sarung Tangan Emas Liga Primer Inggris 2018/2019, Sarung Tangan Emas Copa America 2019, Kiper Terbaik versi IFFHS 2019 sampai Kiper Terbaik FIFA 2019.

Asyiknya, kumpulan medali Alisson tampaknya bisa bertambah dalam waktu dekat. Bareng The Reds, Alisson melaju kencang di Liga Primer Inggris musim ini. Kemenangan tipis 1-0 atas Norwich City dini hari tadi (16/2) membuat Liverpool semakin kokoh di puncak klasemen dengan keunggulan 25 angka dari Manchester City (belum memainkan laga di pekan ke-26) yang menghuni posisi kedua.

BACA JUGA:  Inzaghi dan Memori Fantastis bagi Milanisti

Berkaca dari hal tersebut, pemain berusia 27 tahun yang pernah mendapat julukan O Goleiro Gato ini harus menyiapkan sebuah museum pribadi kecil untuk menyimpan sekaligus memamerkan prestasi mengilapnya sebagai pesepakbola profesional.

Lebih jauh, tak perlu ada keraguan buat mencatut Alisson sebagai salah satu kiper terbaik di dunia pada saat ini. Apa yang ia tunjukkan di lapangan dan apa yang ia peroleh dari sana merupakan hal yang tak bisa dibantah lagi.

Komentar
Mahasiswa jurusan teknik industri di salah satu perguruan tinggi negeri yang terletak di Yogyakarta. Bisa disapa di akun twitter @aveechena