Tanpa Lionel Messi, Barcelona Tetap Bisa Berpesta

Kalau Anda mencintai sepak bola, sudah sewajarnya Anda menyukai Lionel Messi. Konon, yang tidak menyukai La Pulga adalah orang-orang yang terbagi dalam dua blok. Blok pertama adalah suporter Real Madrid dan blok satunya lagi adalah fans berat Cristiano Ronaldo.

Ketika beberapa waktu lalu, tepatnya saat laga Barcelona melawan Las Palmas, Messi mengalami cedera dan dipastikan absen dua bulan lebih, sontak pertanyaan pun mengapung, bisa apa Barcelona tanpa Lionel Messi?

Dalam treble yang dicapai Luis Enrique pada musim perdananya di Barcelona, peranan trio Messi, Suarez, dan Neymar (MSN) memang luar biasa. Lebih dari 120 gol yang dicetak hanya dalam satu musim. Angka statistik yang tentu saja tidak bisa dipandang sebelah mata dan mau tidak mau perlu diapresiasi lebih.

Makin padunya Messi dan Neymar didukung dengan suntikan luar biasa dalam wujud transfer Luis Suarez, membuat Blaugrana menciptakan trisula Amerika Latin yang menjadi poros menakutkan bagi tim-tim di dataran Eropa musim lalu.

Hampir semua nama tim-tim papan atas Eropa dilibas Barcelona selama Liga Champions Eropa musim 2014/2015. Dari Manchester City, Paris Saint Germain, Bayern Muenchen-nya Josep Guardiola yang mahsyur itu, hingga tim tangguh dari Italia, Juventus.

Peran Lionel Messi sangat signifikan dalam perjalanan musim lalu. Catatan 58 gol dibarengi dengan jumlah assist yang menyentuh angka 31. Lionel Messi bahkan mengungguli catatan assist seorang Mesut Ozil dalam lima musim terakhir.

Sebenarnya, kalau mau jujur, memang aneh membayangkan Barcelona bermain tanpa Lionel Messi. Saya terlanjur mempunyai stigma bahwa Messi adalah Barcelona dan sebaliknya. Mereka sudah melekat sebagai entitas. Menjadi satu kesatuan.

Pelatih boleh datang dan pergi, mulai dari Frank Rijkaard yang mengorbitkan Si Kutu dari La Masia, lalu Pep Guardiola yang membentuk Messi menjadi mesin tempur hebat dengan poros juego de posicion-nya, sampai ke beberapa penerus setelah Pep yaitu almarhum Tito Villanova, Gerardo Martino, sampai era Luis Enrique saat ini.

Hampir semua pelatih tersebut memberi porsi main yang stabil untuk Messi dan setiap musimnya, alumnus La Masia ini hampir selalu memenuhi bahkan melebihi ekspektasi yang dibebankan padanya.

Messi terlalu bersinar terang di Barcelona. Bahkan nama-nama seperti Alexis Sanchez dan Cesc Fabregas terlihat biasa saja di tim asal Catalan tersebut. Wajar kemudian orang-orang awam menyebut bocah asli Rosario, Argentina ini sebagai alien.

Ketika Messi dipastikan cedera, Barcelona sebenarnya tidak bisa dibilang bermain buruk, walau kalau diamati di beberapa laga, ketiadaan Lionel Messi di lapangan berpengaruh besar terhadap skema main dan fase build up yang dimainkan Blaugrana.

BACA JUGA:  Manchester United 1-0 Tottenham Hostpur: Pressing Red Devils Mempersulit Build-Up Lini Belakang Serta Penetrasi The Lilywhites

Sejak Messi cedera, Barcelona hanya menderita satu kekalahan saat bertandang ke markas Sevilla dengan skor tipis 2-1, jumlah kekalahan yang sama juga saat Messi belum terkena cedera, yaitu ketika secara luar biasa mereka dihajar Celta Vigo dengan skor akhir mencolok 4-1.

Lalu, apakah Lionel Messi, sang alien dari Rosario ini begitu dirindukan oleh Barcelona? Jawabannya bisa iya atau tidak. Tergantung dengan perspektif apa Anda melihatnya.

Si nomor 10 jelas dirindukan. Hanya seorang suporter sepak bola yang kurang waras yang tidak merindukan menonton Lionel Messi bermain dan menari-nari di lapangan. Dan Anda tidak perlu menjadi suporter Barcelona untuk mendukung dan mengidolai Lionel Messi secara sadar. Anda hanya perlu menjadi penikmat sepak bola sejati, yang mengapresiasi sepak bola sebagai sebuah kesenangan mutlak bukan melulu kemenangan dan gelar juara.

Menonton Lionel Messi adalah apa yang disebut Eduardo Galeano sebagai kesenangan yang didapat hanya dengan menonton sebuah pertandingan sepak bola. Anda bisa bahagia hanya dengan menonton Lionel Messi menggiring dan berlari dengan bola. Tapi tentu saja, mungkin, ini tidak berlaku untuk suporter Real Madrid dan Cristiano Ronaldo, ya?

Tapi, bisa jadi Messi juga tidak begitu dirindukan. Dalam laga terakhir Barcelona saat melawan BATE Borisov tengah pekan lalu (4/11), ada inovasi menarik yang dilakukan Luis Enrique dalam menerapkan formasinya selama Messi tidak bermain.

Kembalinya Dani Alves ke bek kanan, membuat Sergi Roberto dinaikkan menjadi gelandang tengah bersama Sergio Busquets dan Ivan Rakitic, mereka menopang Andres Iniesta sebagai playmaker di belakang duo penyerang, Luis Suarez dan Neymar. Nama terakhir bahkan sempat membuat empat gol saat Barcelona menghantam Rayo Vallecano dengan skor 5-2.

Mungkin, inovasi taktik yang beralih menjadi 4-3-1-2 disiasati oleh Lucho, sapaan akrab Luis Enrique, untuk digunakan sebagai rencana cadangan dalam menghadapi pertandingan selama Messi cedera. Hasilnya pun lumayan, Barcelona berhasil menang 3-0 atas BATE dan walaupun lawannya hanya sekelas BATE Borisov, setidaknya suporter Barcelona bisa tersenyum saat tim mereka mampu menunjukkan bahwa hidup terus berjalan dengan atau tanpa Messi.

Ketiadaan El Messias harusnya menjadi stimulus bagi beberapa pemain untuk tampil baik dan menjanjikan. Tentu saja bukan untuk menggeser Messi dan menempatkannya di bangku cadangan, memangnya Anda siapa berani bermain bagus dengan motivasi untuk meletakkan Messi di bangku cadangan daripada di lapangan?

BACA JUGA:  Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 3)

Tujuan bermain bagus dan stabil ini semata untuk memudahkan pelatih dan pemain Barcelona lainnya untuk terbiasa bermain dengan formasi yang tidak melibatkan Messi di dalamnya. Sergi Roberto bisa bermain lebih stabil di tengah dan Ivan Rakitic bisa lebih rajin melepaskan tendangan ke gawang ketika Messi tidak ada.

Nama-nama pemain muda seperti Munir El Haddadi dan Sandro Ramirez juga bisa dikedepankan apabila Lucho menerapkan formasi baku 4-3-3 dan membutuhkan satu penyerang guna melengkapi trisula di depan.

Lebih fleksibelnya pemain Barcelona dalam menerapkan formasi berbeda tanpa Messi mungkin menjadi indikator kenapa kemudian dengan atau tanpa Lionel Messi, pesta tetap bisa dilanjutkan. No Messi, still party.

Kerinduan akan Lionel Messi sebenarnya lebih bersifat subyektif dan relatif. Beberapa merindukan Messi karena sepak bola modern sudah penuh dengan intrik dan culasnya pemain dalam melakukan trik-trik diving atau bermain sandiwara di lapangan.

Lionel Messi, seingat dan setahu saya, hampir tidak pernah melakukan trik diving atau berpura-pura cedera dan melakukan sandiwara. Kecintaan Messi untuk bermain sepak bola membuat penikmat dan penonton seperti kita kemudian menjadi candu untuk terus dan terus menontonnya bermain.

Hari Anda yang berat dengan setumpuk tugas di kantor atau deadline tugas kampus yang meminta untuk dikerjakan, bisa menguap begitu saja ketika melihat Lionel Messi bermain.

Bayangkan solo runĀ­-nya ke gawang Getafe tahun 2007 lalu, atau trik manisnya saat membuat tersungkur seorang Jerome Boateng di semifinal Liga Champions musim lalu, juga gol spektakuler Messi ke gawang Atletico Bilbao di final Copa Del Rey yang masuk nominasi Puskas Award. Itu sekelumit keindahan yang ditawarkan La Pulga untuk kita bisa merindukannya bermain.

Dengan atau tanpa Messi, Barcelona memang harus tetap bermain dan dituntut menang. Lionel Messi bukan tidak tergantikan. Kelak akan ada sosok yang bisa mengisi lubang yang ditinggalkan Messi.

Nama yang paling dikedepankan tentu sosok Neymar. Neymar akan bisa menggantikan peran Messi di sentral permainan Barcelona untuk ke depannya, namun untuk menggantikan sepenuhnya Messi sebagai figur penting di sepak bola, rasa-rasanya masih sangat utopis, bukan?

Tapi setidaknya, lewat esai ini, mari kita coba sedikit berbaik hati me-manusia-kan kembali Lionel Messi. Mungkin dia butuh mengalami cedera untuk tahu rasanya menjadi manusia karena sudah terlalu lama betah menjadi alien.

 

Komentar
Penulis bisa dihubungi di akun @isidorusrio_ untuk berbincang perihal banyak hal, khususnya sepak bola.