Dampak Relative Age Dalam Kompetisi Sepak Bola Junior

Dalam kompetisi sepak bola junior, anak-anak biasanya dikelompokkan berdasarkan kategori usia tertentu. Misalnya ada kelompok usia U-17, U-19 dan seterusnya.

Harapannya adalah terjadi kompetisi yang lebih adil dan semua anak bisa memiliki kesempatan untuk berprestasi. Dan sejak tahun 1997, FIFA menetapkan tanggal 1 Januari sebagai batas awal bagi setiap anak untuk bisa masuk dalam kelompok umur tertentu.

Meskipun pengelompokkan usia untuk kompetisi ini secara umum baik, namun ketika dicermati lebih jauh, ternyata tetap memberi pengaruh yang berbeda antara anak-anak yang lahir berdekatan dengan cut-off date (1 Januari) dengan anak-anak yang lahir di paruh kedua apalagi di kuartal terakhir pada tahun tersebut (Oktober-Desember).

Hal ini biasa dikenal sebagai relative age effect yang menyatakan bahwa mereka yang tanggal lahirnya berdekatan dengan cut-off date memiliki kesempatan untuk sukses lebih besar. Ada dua alasannya.

Pertama karena mereka sudah lebih dulu mendapat kesempatan untuk berlatih dan yang kedua karena menurut sejumlah penelitian, pada usia-usia muda, pertumbuhan kognitif, fisik dan emosional anak berkembang sangat cepat. Selisih usia 3-6 bulan saja sudah bisa terlihat perbedaan yang cukup signifikan.

Fenomena ini sempat disinggung Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers: The Story of Success (2008). Ia memaparkan sejumlah data dari beberapa cabang olahraga yang menunjukkan bahwa dengan adanya relative age tersebut, pada umumnya anak-anak yang lebih sukses di kompetisi junior adalah mereka yang lahir berdekatan dengan cut-off date.

Anak-anak kelahiran Januari-Maret memiliki keuntungan dibandingkan dengan mereka yang lahir di kuartal empat, baik dari sisi lamanya latihan maupun beberapa keunggulan lain yang terkait dengan tumbuh kembang seorang anak.

Hal ini terkonfirmasi oleh sejumlah penelitian akademis lainnya, seperti misalnya yang dilakukan oleh University College Cork, Irlandia. Mereka melakukan observasi terhadap data jumlah pemain U-21 dari 38 negara Eropa pada periode Mei 2007-Juni 2009 (total 2081 pemain).

BACA JUGA:  Melihat Proyek Masa Depan Manchester United

Dari data tersebut ditemukan bahwa ada 34,7% (724 orang) pemain yang lahir pada kurun waktu Januari-Maret dan hanya 15,9% (335 pemain) yang lahir pada kuartal akhir (Oktober-Desember).

Helsen, Winckel serta Williams dari Katholieke Universiteit Leuven dan Liverpool John Moores University juga menghasilkan temuan serupa. Mereka menyatakan bahwa pada kelompok umur U-15, U-16, U-17 dan U-18 lebih banyak diisi oleh pemain-pemain kelahiran Januari-Maret daripada mereka yang lahir antara Oktober-Desember.

Data yang mereka kumpulkan adalah data pada musim 1999/2000 dari berbagai negara seperti Belgia, Denmark, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol dan Swedia.

Penulis sendiri sempat melakukan riset kecil-kecilan terhadap sejumlah kompetisi sepak bola usia muda yang digelar tahun ini. Pertama, dari perhelatan Piala Dunia U-20 FIFA di Selandia Baru.

Sang juara, Serbia, memboyong 14 pemain kelahiran Januari-April dan hanya 2 pemain yang tanggal lahirnya ada di antara September-Desember.

Lalu yang berikutnya, menyimak data kelahiran partisipan kejuaraan UEFA U-19 di Yunani yang diikuti delapan negara. Terdapat 69 pemain yang lahir antara bulan Januari-April dan hanya 22 pemain kelahiran September hingga Desember.

Dan terakhir, dari data semifinalis Piala Dunia U-17 2015, yaitu Nigeria, Mali, Belgia dan Mexico. Pola yang sama juga ditemukan. Ada 47 pemain kelahiran Januari-April dan 17 orang saja yang lahir di bulan September-Desember.

Sejumlah solusi coba ditawarkan oleh para peneliti untuk mengurangi dampak relative age effect ini. Misalnya, cut-off date dirotasi atau diubah setiap tahun sehingga memberi kesempatan pada setiap anak untuk memiliki keunggulan dalam hal senioritas.

Ide berikutnya adalah untuk memperkecil rentang kelompok usia dalam kompetisi (misalnya satu tahun saja, tidak dua tahun). Hal lain yang juga perlu dilakukan adalah merubah pola pikir para pelatih tim junior untuk tidak melakukan seleksi pemain hanya berdasarkan kondisi fisik seperti tinggi badan tetapi juga kemampuan teknis dan taktikal.

BACA JUGA:  Lapangan Ngebul: dari Bambang Pamungkas hingga Bayu Pradana

 

NB: Kepada adik-adik pembaca artikel ini yang lahirnya di akhir tahun diharapkan tidak putus asa dan tetap semangat berlatih. Jangan seperti saya yang patah arang dalam mengejar karier sepak bola hanya karena lahir di bulan Oktober dan akhirnya fokus untuk menjadi penonton sepak bola.

 

Komentar
Penggemar FC Bayern sejak mereka belum menjadi treble winners. Penulis buku Bayern, Kami Adalah Kami. Bram bisa disapa melalui akun twitter @brammykidz