Kabar mengejutkan lahir dari Samarinda ketika pelatih berkebangsaan Argentina, Mario Gomez, mengundurkan diri dari Borneo FC.
Banyak yang bertanya-tanya apa alasan Gomez meninggalkan klub berjuluk Pesut Etam tersebut. Pasalnya, Terens Puhiri baru saja menjalani dua laga di Liga 1 musim 2021/2022 ketika itu.
Keputusan mundur Gomez beserta dua asistennya membuat manajemen Borneo naik pitam. Mereka menganggap sang pelatih tidak profesional.
Usai kepergian Gomez, Borneo ditangani oleh Ahmad Amiruddin sebagai pelatih interim. Nahas, performa Pesut Etam terbilang stagnan bersama Ahmad.
Dalam lima pertandingan, mereka bermain imbang empat kali dan sekali keok. Posisi mereka pun merosot di papan klasemen.
Enggan melihat timnya terjun bebas, manajemen bergerak cepat. Nama Risto Vidakovic akhirnya dipilih sebagai kepala pelatih baru.
Lelaki berpostur 183 sentimeter tersebut adalah bekas pelatih Ceres Negros (Filipina) dan Maziya (Maladewa).
Manajemen berkeyakinan kalau Vidakovic merupakan sosok yang tepat untuk menakhodai Terens dan kolega.
Alhasil, misi bangkit serta tampil apik pun diletakkan di pundak pelatih berumur 52 tahun itu.
Berdasarkan data Transfermarkt, skuad Borneo memiliki market value 70,83 miliar Rupiah atau tertinggi keempat dari seluruh partisipan Liga 1.
Presensi Hendro Siswanto, Boaz Solossa, Wawan Febrianto, Paulo Sitanggang, Terens, sampai M. Rifad Marasabessy menjadi gambaran meratanya skuad lokal Pesut Etam.
Sementara penggawa asing semisal Nuriddin Davronov, Javlon Guseynov, Jonathan Bustos, dan Francisco Wagsley Torres Filho memiliki kemampuan yang tak boleh diremehkan.
Hal itu seperti pembuktian ambisi besar manajemen untuk membawa Pesut Etam berbicara lebih lantang di kasta tertinggi persepakbolaan nasional.
Maka terseok-seoknya Borneo menjadi pemandangan yang ingin segera dibuang jauh-jauh dari pandangan.
Vidakovic melakoni debutnya pada laga Borneo kontra PSM (22/10). Terasa manis, Pesut Etam sanggup mencatatkan kemenangan dalam laga tersebut.
Sayangnya, dua laga berikutnya melawan Bhayangkara FC dan PSS berujung kekalahan.
Akan tetapi, bukan Vidakovic namanya kalau membiarkan anak asuhnya terjerembab terus menerus.
Pelan tapi pasti, ia mengubah Borneo menjadi kesebelasan yang solid. Hasilnya pun ciamik. Terens dan kawan-kawan meraih lima kemenangan beruntun.
PSIS, Persipura, Persela, Persija, dan Persiraja mampu ditaklukkan. Kesuksesan itu sendiri mengatrol posisi mereka secara perlahan ke tujuh besar.
Walau sempat takluk dari Arema FC, Borneo lalu tampil spartan ketika bermain imbang dengan Madura United kemarin (14/12).
Pasalnya, saat itu mereka sempat tertinggal 2-0 sebelum akhirnya mampu menyamakan kedudukan bahkan saat merumput dengan 10 orang saja setelah Gusleynov diganjar kartu kuning kedua. Luar biasa!
Terkait Vidakovic, ada benang merah di antara klub lamanya, Ceres Negros (kini sudah berubah nama menjadi United City) dengan Borneo yakni sama-sama didukung kekuatan finansial mumpuni walau peta persaingan di Filipina dan Indonesia berbeda.
Tatkala diresmikan sebagai pelatih anyar dan melakoni wawancara, Vidakovic pun mengakui bahwa Borneo punya potensi eksepsional.
“Saya rasa kami memiliki tim dan pemain yang bagus. Secara teknis, kami harus memperbaiki beberapa permasalahan taktik. Kami perlu bekerja keras dan butuh waktu untuk itu.”
Bersama Vidakovic, Borneo tak lagi bermain dengan mengandalkan kecepatan pemain-pemain sayapnya. Ia lebih suka melihat anak asuhnya berani menguasai permainan serta mengandalkan umpan satu-dua.
Bahkan di saat menghadapi tim-tim yang di atas kertas lebih diunggulkan, Pesut Etam tak kehilangan corak bermain yang khas gubahan Vidakovic.
Identitas sebagai pelatih dan tim yang mengandalkan possesion based football tampaknya bakal semakin dikukuhkan di musim ini.
Walau begitu, masih ada kendala dalam permainan Terens dan kawan-kawan. Borneo punya mekanisme bangun serangan pendek yang rapi, tetapi mereka masih kebingungan dalam urusan menggerakkan bola dan pemain di dekat kotak penalti lawan atau area sepertiga akhir lapangan. Persoalan penyelesaian pun masih jadi batu sandungan.
Kendala itu bukan tidak mungkin akan mengganggu laju Borneo. Jika Borneo melawan tim yang sangat efektif saat menyerang, mereka berpotensi kebobolan lebih banyak kendati punya peluang mencetak gol lebih banyak.
Rasanya sangat menarik untuk melihat bagaimana kiprah Borneo di sisa musim ini. Terlebih akan ada jendela transfer paruh musim yang bisa dimanfaatkan klub asal Kalimantan Timur ini buat memperkuat armada.
Siapa tahu, mimpi merusak hegemoni tim-tim mapan, utamanya yang berasal dari Pulau Jawa, bisa mereka wujudkan pada musim ini sebelum di kemudian hari menyasar target yang lebih tinggi lagi.