Laga tensi tinggi dan perseteruan antar kedua pelatih tersaji saat duel Chelsea versus Tottenham Hotspurs di Stamford Bridge. Keputusan kontroversial Anthony Taylor, sang wasit yang beralih lahan kerja dari penjara ke lapangan hijau, menjadi pemicunya.
Laga selesai, Thomas Tuchel ingin agar wasit utama pertandingan tersebut, Anthony Taylor tak lagi memimpin pertandingan yang melibatkan Chelsea. Sementara di sisi lawan, Antonio Conte secara tegas tak ingin berkomentar terhadap keputusan mutlak wasit di lapangan.
Pemandangan yang wajar ketika salah satu tim diuntungkan dan satu yang lain mengalami kerugian saat pertandingan berlangsung. Namun bagi Chelsea, Anthony Taylor adalah sebuah dosa besar. Fans The Blues langsung membuat petisi untuk melarang Anthony Taylor memimpin laga Chelsea pasca kejadian tersebut.
Anthony Taylor memang dikenal sebagai wasit elit yang kejam dan murah kartu. Eks manajer Arsenal, Arsene Wenger pernah menyebutnya “keras kepala” setelah laga pembuka Premier League 2013/2014 berakhir untuk kemenangan Aston Villa atas Arsenal dengan skor 3-1. Kala itu, Taylor memberikan hadiah dua penalti ke kubu The Villans.
Anthony Taylor merupakan seorang wasit profesional kelahiran Wythenshawe, Manchester pada 1978 silam. Sebelum mendapat status sebagai “wasit elit” yang memimpin pertandingan-pertandingan penting, Taylor memulai kariernya sebagai pengadil lapangan saat menjadi wasit non-liga di Northern Premier League dan Conference North pada 2002 – 2006.
Mulai musim 2006/2007, Taylor didapuk sebagai wasit Football League dan debut di laga League Two antara Wrexham dan Peterborough United yang berkesudahan imbang tanpa gol.
Empat tahun kemudian, Taylor diangkat menjadi wasit Premier League dan untuk kali pertama memimpin pertandingan di liga paling bergengsi di dunia tersebut. Penampilan perdananya saat memimpin laga Fulham kontra Portsmouth pada Februari 2010.
Kariernya terus menanjak berkat kepemimpinan tegas di lapangan hijau. Pada 2013, wasit yang berada di bawah naungan Cheshire Football Association itu mendapat lisensi FIFA untuk memimpin laga internasional.
Ia juga merupakan wasit yang berperan penting dalam penanganan kejadian kolapsnya Christian Eriksen di pertandingan Denmark versus Finlandia pada Euro 2020 lalu. Taylor cekatan menghentikan laga dan memanggil tim medis setelah melihat Eriksen terjatuh.
Taylor juga merupakan wasit kedua yang berkesempatan memimpin dua laga final Piala FA pada 2017 dan 2020 setelah Arthur Kinsgcott melakukannya pada 1901. Prestasi untuk memimpin laga-laga krusial tak diraihnya dengan mudah.
Ketegasan dan kesigapannya memimpin laga berasal dari kebiasaan Taylor yang merupakan eks sipir penjara pria kelas A di Strangeways, Manchester yang terkenal keras dan kejam. Dalam sebuah wawancara, Taylor angkat bicara soal imej tegas yang disandangnya.
Menurutnya, bukan persoalan berapa banyak kartu yang dikeluarkan dari saku, melainkan tentang bagaimana ia mencoba menghentikan hal-hal buruk di lapangan dengan cara yang pro aktif. Jam terbang di penjara membuatnya terampil dalam aspek komunikasi dan manajemen situasi. Ia pandai mengendalikan diri dan individu lain dalam situasi yang sulit.
Chris Foy, yang juga merupakan wasit elit Premier League sekaligus mentornya mengamini hal tersebut, bahwa ketegasan sekaligus ketenangan Taylor terbentuk dari penjara tempat ia dulu bekerja.