Belakangan ini bursa transfer sedang dihebohkan oleh pergerakan transfer yang sangat progresif yang ditunjukkan oleh beberapa klub asal Chinese Super League (CSL). Pemain Eropa yang berhasil didatangkan antara lain adalah Gervinho, Ramires, Fredy Guarin, Jackson Martinez dan yang terbaru Alex Teixiera.
Ini jelas bukan sebuah kebetulan semata, jelas ada maksud di balik ini semua. Maksudnya adalah untuk meningkatkan pamor Liga Super Cina sekaligus sebagai ajang promosi Cina sebagai kiblat sepak bola Asia yang baru dengan cara berinvestasi mendatangkan pemain-pemain top Eropa.
Bursa transfer di CSL baru akan berakhir pada 27 Februari nanti maka masih banyak kesempatan untuk mendatangkan pemain top Eropa lainnya. Kabarnya Falcao, Ronaldinho, Hulk, Yaya Toure dan Oscar yang akan didatangkan. Untuk dua nama terakhir rencana nya akan dibeli oleh Jiangsu Suning sedangkan Hulk akan coba didaratkan oleh Shanghai Senhua.
Dengan kedatangan Alex Teixiera yang bermahar 50 juta euro, menjadikan CSL menyamai pengeluaran BPL pada bursa transfer paruh musim ini yang berkisar 251 juta euro.
Selain menaikkan pamor CSL pada dunia, rasa-rasanya perlu juga untuk memperkenalkan Cina sebagai negara dengan kultur sepak bola yang semakin bergairah. Cina harus diperkenalkan kepada publik dunia agar tak kalah pamor dengan Jepang atau Korea Selatan sebagai destinasi utama para klub top Eropa melakukan pertandingan persahabatan atau tur pramusim. Dan hal itu sudah dilakukan oleh taipan Cina bernama Chen Yangsheng.
Pada tanggal 20 Januari 2016, Chen Yangsheng bersama dengan Rastar Group berhasil mengakuisisi saham RCD Espanyol sebanyak 45,1%. Hal ini menjadikan Chen Yangsheng sebagai pemilik saham mayoritas klub dan presiden baru RCD menggantikan Joan Collet.
Chen datang tidak sendirian, ia turut membonceng Rastar Group yang merupakan perusahaan asal Guangdong, Cina, yang bergerak di beberapa bidang. Salah satunya adalah bidang otomotif.
Rastar Group berperan penting sebagai kendaraan Chen untuk mengambilalih RCD Espanyol, motif akuisisi ini pun akibat dari krisis ekonomi. Dan karena krisis ekonomi yang lemah pula Chen Yangsheng menitikberatkan pembenahan klub dari sektor finansial sebagai titik utama.
Butuh kekuasaan yang absolut guna menyokong kebijakan-kebijakan orde tersebut agar bisa terus eksis, Chen bersama dengan Rastar Group mencoba untuk mengambil saham klub yang masih bisa diakuisisi untuk membuat mereka semakin berkuasa.
Namun hal itu terbentur oleh tradisi klub yang mengikat. Klub tidak diperbolehkan menjual 35% saham klub yang tersisa karena berhubungan dengan tradisi Sarria.
Selain itu untuk memperpanjang eksistensi rezim bentukan Chen, ia juga merombak ulang jajaran direksi RCD Espanyol sebelumnya dan memilih kroni-kroninya yang sudah bekerja sama di Rastar Group.
Chen Yangsheng seolah-olah lebih percaya bekerja dengan orang-orang dengan kelompoknya sendiri. Tercatat dari direksi yang baru dibentuk ini hanya terdapat tiga orang lokal. Sisanya ya orang Rastar Group semua.
Rastar Group juga akan segera menjadi sponsor utama pada jersey RCD Espanyol musim ini. Sebelumnya Espanyol sempat berkali-kali ganti sponsor.
Pola pikir Chen yang memang sarat motif ekonomi nampaknya cocok dengan kondisi finansial RCD Espanyol yang sedang sekarat. Hal itu membuat para jajaran direksi klub seolah-olah percaya bahwa Chen dan Rastar Group bisa membawa klub ini lebih tercerahkan dari sebelumnya. Chen Yangsheng dan Rastar Group seolah-olah sebagai apostel (pembawa ajaran baru, red.) pencerahan dari Tiongkok.
Selain latar belakang Chen yang merupakan seorang pengusaha, dalam sebuah wawancara dengan Mundo Deportivo, dia pernah berujar bahwa tujuan utama setelah mengakuisisi RCD Espanyol yang pertama adalah menstabilkan kondisi finansial klub, setelah itu baru membawa klub ini ke tingkat internasional.
Chen lebih senang menjadikan klub ini menjadi lahan bisnis dan mengumpulkan pundi-pundi kekayaan terlebih dahulu daripada membangun langsung kejayaan klub.
Karena alasan finansial pula yang menjadikan para jajaran direksi RCD Espanyol berani menanggalkan identitas klub dari tanah lahir sendiri untuk diserahkan kepada pihak asing yang mempunyai kuasa. Lalu apa bedanya dengan klub-klub di CSL sana? Hanya berbeda tempat saja kan. Pemegang kuasa itu Cina dan boneka-nya itu Eropa.
Ini juga sebuah pencapaian agung yang patut dibanggakan oleh Cina. Ini membuktikan bahwa uang Tiongkok bukan hanya bisa mendikte pemain tapi juga bisa mendikte pasar.
Namun sebuah degradasi bagi Kota Barcelona yang tak ubahnya seperti tanah koloni. FC Barcelona dikuasai oleh Qatar Sport Invesment (QSI) dan RCD Espanyol berada di bawah kendali Rastar Group.
Lalu selanjutnya apa lagi yang akan engkau perbuat, Mr. Chen?