Enam Catatan Penting dari Liga Inggris Sepanjang Tahun 2015

Kita mungkin masih akan memperdebatkan embel-embel Premier League yang disebut-sebut sebagai liga terbaik di dunia. Namun, jika mengatakan liga ini merupakan liga  paling seru di dunia, saya rasa hampir semua orang akan setuju terhadap argumen tersebut. Banyak kemudian hal-hal yang tak terduga mampu menjadi nyata di Liga Inggris.

Tahun 2015, nyatanya adalah tahun penuh kejutan lainnya bagi Premier League. Jika kita kembali ke awal Januari, tentu kita takkan menyangka bahwa Leicester City akan menjadi merajai paruh pertama musim 2015/2016, atau bahkan Chelsea, sang juara dengan parkir bus yang termasyhurnya akan berada di papan bawah, 11 bulan kemudian. Atau mungkin, akan lebih logis Eden Hazard, Sergio Aguero, atau Harry Kane yang merajai tangga top skor Premier League dibandingkan Jamie Vardy.

Namun nyatanya, hal itu benar-benar terjadi saat ini. Membuktikan bahwa apa saja mampu terjadi di Premier League. Bahwa tak salah kontrak liga ini dihargai lima miliar poundsterling lebih oleh SkySports. Dan selain kisah tersebut, penulis akan membawa Anda menuju mesin waktu untuk mengingat kembali hal-hal yang menarik terjadi di Liga Inggris sepanjang tahun 2015 ini.

1. Kebangkitan pemain Inggris

Selama bertahun-tahun, Premier League dikenal sebagai liga yang asing untuk pemain Inggris. Chairman FA, Greg Dyke, yang dikutip oleh The Telegraph menyatakan bahwa hanya 35% dari seluruh pemain di Premier League yang berasal dari Inggris. Hal ini sendiri terjadi karena citra pemain Inggris itu sendiri yang seringkali digambarkan layaknya makanan cepat saji: mahal, namun tak banyak manfaat.

Meski demikian, tahun ini sendiri adalah tahun yang mungkin akan menjadi tahun yang cerah bagi pemain Inggris. Keengganan tersebut mulai bergeser, dan bahkan pemain Inggris tak sedikit yang malah menjadi andalan di klubnya.

Mulai dari bomber muda nan fantastis Harry Kane, atau idola semua orang saat ini, Jamie Vardy. Keduanya mampu mencuri perhatian pencinta Liga Inggris karena pencapaiannya.

Tak berhenti di situ, ada Jack Butland, pesaing kuat Joe Hart di timnas Inggris saat ini. Ada pula Delle Ali (Tottenham Hotspur), Jack Grealish (Aston Villa), James Ward-Prowse (Southampton), pemuda-pemuda yang pelan-pelan tapi pasti mampu menunjukkan performa yang menjanjikan.

Bahkan, ada remaja macam Reece Oxford (West Ham United) yang mencuri perhatian di usia yang baru 16 tahun akibat debutnya yang impresif, ataupun Joe Gomez, remaja berusia 18 tahun yang bermain untuk Liverpool, yang sempat menggeser posisi Alberto Moreno di skuat The Reds.

2. Pemain bintang yang berguguran

Nothing lasts forever, bahkan bintang di langit pun akan jatuh pula ke bumi pada akhirnya. Musim ini, nampaknya menjadi anomali dari performa impresif Wayne Rooney selama bertahun-tahun berkostum Setan Merah. Meski telah menyamai rekor Sir Bobby Charlton di timnas Inggris dengan total 50 gol, namun di liga ia hanya mampu mencatatkan dua gol.

Namun Rooney tak sendiri. Pemain veteran seperti Rio Ferdinand, Steven Gerrard, atau bahkan Robin van Persie memiliki musim yang tak kalah buruknya pada akhir masa mereka di Liga Inggris musim 2014/2015.

BACA JUGA:  Depok United FC Hadir: Saatnya Pembinaan Usia Muda Berjenjang Berjalan

Rio Ferdinand, gagal mengantarkan Queens Park Rangers (QPR) lolos dari zona degradasi. Steven Gerrard, sang kapten fastastik, hanya bermain 45 menit detik di derby terakhirnya melawan Manchester United di Anfield, dan mengakhiri musim terakhirnya berseragam si merah dengan kekalahan 6-1 melawan Stoke City. Sementara Robin van Persie, hanya mampu duduk di bangku cadangan dan dibekukan oleh Louis van Gaal hingga pada akhirnya memutuskan pindah di jendela transfer musim panas tahun ini.

Keempat bintang itu tak cukup menjadi contoh? Anda bisa coba mencari ulasan mengenai Eden Hazard musim ini.

3. Falcao yang gagal tapi masih dipercaya

Saya mengingat bagaimana teman saya, seorang fans Manchester United, menyombongkan diri atas kedatangan Radamel Falcao ke Old Trafford dengan status pinjaman pada tahun 2014.

Namun setelahnya, memang tak pernah lagi saya dengar ucapan teman yang membanggakan Falcao mengenai musimnya di Manchester United. Bahkan, saya rasa mungkin ia lupa bahwa Falcao sempat berseragam Setan Merah.

Falcao jelas tak mampu lagi kembali ke masa-masa ia di Atletico Madrid ataupun Porto. Di Manchester United, ia hanya mampu mencetak empat gol. Dan hal yang lebih menggelikan lagi, saat Chelsea yang ketika itu masih ditukangi Jose Mourinho berupaya untuk mengembalikan performa Falcao seperti saat di Atleti.

Maka, pemberitaan saat kedatangan Falcao ke Chelsea saat itu begitu menghebohkan. Banyak yang menggembor-gemborkan ia akan kembali menjadi bintang dan terpengaruh oleh optimisme manajer Chelsea saat itu, Jose Mourinho. Ia menjadi harapan atas kebutuhan striker di tim London Biru tersebut.

Namun, untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Alih-alih kembali, Falcao malah membuat Jose Mourinho kian pusing dengan persoalan lini depan (dan lini belakang) Chelsea yang kehilangan sentuhannya.

Dan saat ini, lagi-lagi ada manajer yang masih percaya terhadapnya. Guus Hiddink, sebagaimana yang dikabarkan oleh The Telegraph, optimis mampu mengembalikan old Falcao. Entah bagaimana caranya.

4. Parade pemberhentian manajer

Bukan Premier League namanya kalau tidak ada parade pemberhentian manajer. Liga ini memang menyajikan tekanan yang sangat tinggi, akibat dari ekspos media yang sangat luar biasa. Liga ini tak mentolerir kegagalan.

Bisa banyak alasannya manajemen memecat seorang pelatih. Mulai dari pengeluaran dana dan hasil yang tak seimbang, gagal menjaga konsistensi, hingga terancam di zona degradasi. Namun yang jelas, hal ini menggambarkan bagaimana Premier League tetaplah menjadi liga yang keras bagi manajer asal mana pun.

Parade pemberhentian manajer di Liga Inggris tahun ini dimulai oleh Nigel Pearson yang dipecat oleh Leicester City akibat perseturan dengan manajemen. Dilanjutkan oleh Dick Advocaat dan Sunderland yang memilih jalan masing-masing setelah tujuh bulan bekerja sama.

Berikutnya, figur-figur jenius seperti Brendan Rodgers dan Tim Sherwood, Garry Monk, hingga yang terpanas, Jose Mourinho ikut dalam klub dipecat 2015. Dan mungkin, Louis van Gaal akan menyusul tak lama lagi. Siapa yang tahu?

5. Tim non-unggulan yang melejit

BACA JUGA:  Menanti Kiprah Persebaya Bersama Azrul Ananda

Indahnya menjadi tim non-unggulan, Anda takkan diperhatikan saat kalah, namun bisa menjadi sangat mengejutkan dan menyenangkan saat menang. Hal itulah yang terjadi pada diri Leicester City. Finis di papan tengah musim lalu, musim ini mereka bertransformasi menjadi idola semua orang dengan merajai Liga Inggris.

Namun kebangkitan tim non-unggulan tentu bukan dominasi Leicester semata. Ada Watford, yang saat ini berada di peringkat 7 dengan Odion Inghalo sebagai salah satu rising star musim 2015/2016 ini.

Juga ada Newcastle United yang lagi-lagi selamat dari zona degradasi dan mulai menanjak setelah mengalahkan Liverpool di St, James Park 2-0 dan mengalahkan Tottenham 1-2 di White Hart Lane serta imbang melawan Aston Villa. Dengan musim yang terus berjalan, tak menutup kemungkinan nanti akan muncul tim-tim non-unggulan lainnya yang akan bangkit dan menjadi batu sandungan bagi tim-tim besar.

6. Parade pemecahan rekor

Rekor ada untuk dipecahkan, dan Jamie Vardy tahu betul akan hal tersebut. Sebelas gol dalam sebelas laga ia catatkan, melewati rekor Ruud van Nistelrooy dengan sepuluh gol dari sepuluh laga yang telah dipegangnya sejak musim 2002/2003.

Akibat dari hal ini, demam Vardy kemudian melanda seluruh dunia. Namanya bahkan disangkutpautkan dengan klub sebesar Real Madrid. Dan tak kalah lebih gila lagi, Vardy sendiri sampai ditawari akan dibuatkan film mengenai kisahnya yang sangat inspiratif tersebut.

Namun, hal tersebut bukanlah satu-satunya rekor yang dipecahkan di tahun ini. Sebelumnya, ada pertandingan Southampton melawan Aston Villa di akhir musim 2014/2015 di mana Sadio Mane berhasil mencuri perhatian. Ia berhasil melewati rekor hattrick tercepat di Premier League yang dipegang oleh Robbie Fowler.

Fowler mencatatkan rekor ini saat melawan Arsenal dengan mencetak trigol dalam 4 menit 32 detik, sementara Mane hanya butuh waktu 2 menit 56 detik. Akibat hal tersebut, eks-pemain Red Bulls Salsburg ini sempat dikaitkan oleh Manchester United di transfer musim panas lalu.

Mesut Ozil juga telah memecahkan rekor asis berturut-turut di mana dia memberi enam asis dalam enam pertandingan berturut-turut di liga. Kini, dia sudah mengoleksi 15 asis dan sedang mengejar pencapaian Thierry Henry, yang memegang rekor memberikan 20 asis dalam semusim. Rasanya, Ozil akan mampu memecahkan akhir musim nanti.

Tentu banyak kisah dan kenangan lainnya yang bersifat subjektif yang mungkin tak mampu dirangkum dalam catatan ini. Meski demikian, tahun 2015 benar-benar tahun yang sangat seru untuk dinikmati, banyak momen tak tertebak, dan mungkin ada di luar nalar yang kemudian mampu hadir secara nyata di layar kaca.

Tentu tahun depan akan sangat menarik bila Leicester menjuarai liga. Jamie Vardy hijrah ke Real Madrid. Atau bahkan mungkin saja Falcao tiba-tiba menggila dan menjadi idola bagi Premier League sebagaimana harapan Guus Hiddink.

Namun yang jelas, Liga Inggris tahun ini bisa menawarkan suatu hal yang sebenarnya sangat surealis menjadi sangat nyata di dunia sepak bola. Tentu akan sangat menarik menantikan hal-hal seru apalagi yang mampu terjadi di tahun depan.

 

Komentar