Terhitung mulai akhir Agustus 2015, Bali United yang diarsiteki coach Indra Sjafri mengikuti kejuaraan Piala Presiden. Sejauh ini, Bali United telah menyelesaikan tiga pertandingan di fase grup sekaligus lolos ke perempat final sebagai juara grup. Mereka berhasil mencetak tujugh gol dan kemasukan tiga gol. Dari sisi teknis, banyak hal menarik yang bisa dipelajari dari Bali United. Artikel ini mengajak anda lebih dekat dengan Bali United dan taktik yang mereka terapkan.
Formasi dan susunan pemain
Formasi dasar yang dipakai oleh coach indra berbasis pada 4-3-3 dengan kombinasi 4-1-4-1/4-3-2-1 ketika Bali United dalam fase bertahan. Di lini depan, tiga penyerang Bali United menjalankan tugas yang menarik terhadap taktik menyerang tim. Kerap kali terlihat penyerang sayap Bali United turun ke bawah, ke area no. 8 atau 10 untuk menjemput bola ketika Bali United berada dalam fase kedua build-up (membangun serangan). Pertukaran posisi antara dua penyerang sayap juga jadi bagian taktik, Sultan Samma yang beroperasi di kiri bergerak ke kanan dan sebaliknya Bayu Gatra yang posisi awalnya di kanan bergeser ke kiri. Wilayah kerja ketiga pemain terdepan pun sangat berdekatan, dikarenakan dua penyerang sayap banyak mengokupansi half-space di sepertiga akhir pertahanan maupun pertengahan lawan.
Saat Bali United berada dalam fase pertama dan kedua build-up, gelandang tengah berperan sebagai titik awal sirkulasi dan progresi. Dalam artian ketiganya difungsikan sebagai katalis antara lini belakang dan lini di depan. Lebih spesifik bisa anda lihat ketika Bali United berada dalam build-up fase pertama. Tugas gelandang tengah adalah menerima bola untuk kemudian mengalirkannya ke sayap atau langsung ke lini depan. Fungsi lain adalah sebagai titik switching ketika Bali United berniat memindahkan (switching) area permainan dari satu sisi ke sisi lain yang berseberangan. Fadil Sausu, Hendra Sandi, dan Sandi Sute menjadi pemain reguler di lini ini.
Di belakang, coach Indra mencoba untuk memainkan kedua bek sayapnya semodern mungkin. Saat Bali United berada dalam fase pertama, bila memungkinkan, kedua bek sayap bergerak ke depan, berada di flank dan sejajar dengan lini tengah. Orientasi gerak vertikal mereka adalah bola dan posisi penyerang sayap di depannya. Tujuan mendorong bek sayap naik ke depan dalam fase build-up adalah sebagai usaha untuk meregangkan kompaksi lawan, memberikan kesempatan pada penyerang sayap untuk bergerak lebih ke tengah, dan meminimalisasi akses pressing yang mungkin didapatkan lawan melalui kedua sisi lapangan (walau pun taktik pressing seperti ini belum jamak di Indonesia), kalau dua bek sayap berposisi terlalu dalam. Ricky Fajrin dan Endra Permana merupakan dua bek sayap yang mengapit dua bek tengah, yaitu Bobby Satria dan Wahyu Kristanto (sebelum akhirnya, karena cedera, digantikan oleh Syaeful Anwar).
Skema sirkulasi dan progresi bola
Dalam build-up fase pertama, bola diarahkan kepada bek tengah. Tetapi, bila memungkinkan, bola akan langsung diberikan ke lini tengah, yang ikut turun menjemput bola di sepertiga awal. Pemain tengah yang bertugas menjemput bola dari deep-area menjadi tugas Fadil. Bila posisi Fadil kurang strategis, satu gelandang tengah lainnya yang akan menggantikannya. Dari Fadi, l bola disirkulasi sejenak, ia akan melakukan kombinasi umpan pendek dengan Hendra Sandi atau Sute. Bila memang memungkinkan, bola akan diarahkan langsung ke area depan untuk menjangkau lini depan Bali United.
Dari lini tengah, fase build-up masuk ke fase kedua. Dalam fase ini, bila bola diarahkan ke sisi sayap, salah satu penyerang sayap, gelandang tengah terdekat, dan bek sayap membentuk satu formasi mini untuk mencoba kombinasi umpan pendek-cepat dalam usaha mereka membuka celah bagi third-man run. Salah satu contohnya adalah kombinasi antara Ricky Fajrin, Sandi Sute, dan Sultan Samma dalam pertandingan menghadapi Mitra Kukar.
Terkadang, Bali United melakukannya dengan dua pemain. Pemain pertama memberikan umpan pada rekan kedua, untuk kemudian pemain pertama yang melakukan deep-run. Situasi ini sering kali terjadi bila penyerang sayap Bali United berada di center atau half-space, sementara satu rekannya berada di flank, dan ada celah vertikal di sisi sayap lawan. Sering kali celah vertikal ini justru diciptakan sendiri oleh lawan. Saat bertanding menghadapi Mitra Kukar, Sultan kombinasi satu-dua Sultan dan Rizky bisa menjadi contoh.
Ada hal lain yang harus diperhatikan lawan. Ketika Bali United dalam fase kedua (menuju fase ketiga), Lerby Eliandry, striker Bali United, sering melibatkan dirinya dalam build-up. Yang paling berpotensi bahaya adalah ketika keterlibatan Lerby terjadi saat bola disirkulasi di sekitar half-space atau center dan Bali United sedang berusaha memanfaatkan celah vertikal di intermediate pertahanan lawan. Intermediate pertahanan adalah wilayah di depan para bek.
Bali United terkadang menggunkaan penyerang sayap untuk menjemput bola dan terkadang menggunakan Lerby, yang area drop-deep areanya sering kali jauh hingga ke sepertiga-tengah yang membuat posisinya sedikit di bawah dua penyerang sayap. Dalam sepak bola peran ini dikenal sebagai false 9. Yang berpotensi bahaya dari skema di atas adalah, ketika bola diumpan ke area tersebut dan tidak ada perlindungan yang cukup dari gelandang, karena selalu ada tendensi dari bek untuk maju dan menutup ruang kerja si penerima bola. Perhatikan panah bergaris putus pada Hendra, itu merupakan indikasi pergerakannya bila ia memanfaatkan celah yang ditinggalkan bek tengah yang mem-press Lerby. Bagaimana bila Lerby atau Sultan berhasil memberikan umpan pada Hendra? Di sanalah potensi bahaya yang dimaksud.
Dalam pertandingan menghadapi Mitra Kukar, akses Bali United ke celah antara lini belakang dan tengah, baik di flank maupun zona 5 berkurang karena baiknya Mitra Kukar melindungi area tersebut, terutama tentunya ketika Mitra Kukar berhasil menjaga kompaksi mereka. Keberhasilan melindungi area tersebut (mengurangi okupansi Bali United di area tersebut), pada gilirannya, mengurangi ancaman Bali United yang banyak berusaha mengeksploitasi half-space dan center lawan.
Dari fase kedua, Bali United masuk ke dalam fase ketiga permainan atau fase penciptaan peluang. Ada hal menarik dari peralihan antara fase kedua ke fase tiga permainan Bali United. Ada indikasi sangat kuat bahwa coach Indra mempelajari juago de posicion. Ia memainkan taktik overloadin untuk mengisolasi satu area dan menghajar area lain. Dalam buku Pep’s Confidential, Pep Guardiola mengatakan :
“You overload on one side and draw them in so that they leave the other side weak.” – Pep Guardiola –
Taktik menyerang coach Indra mengejahwantahkan apa yang disampaikan oleh Pep. Ia sering kali menempatkan 3, 4, atau 5 pemain untuk membentuk mini-overloading area, lalu melalukan kombinasi umpan pendek Bali United mencoba membuka akses masuk ke kotak penalti lawan, apakah melalui half-space atau flank terdekat. Bila tidak memungkinkan, Bali United akan melakukan switch ke sisi lain lapangan. Terkadang ke half-space jauh atau flank jauh. Skema yang identik seperti ini dengan mudah anda temui dalam cara bermain Borussia Dortmund-nya Thomas Tuchel dan FC Bayern-nya Pep Guardiola.
Fase menyerang keempat, adalah fase eksekusi. Dalam fase ini, secara garis besar, ada dua jenis eksekusi yang terlihat. Yang pertama, eksekusi dari dalam kotak penalti yang sering kali dilakukan oleh tiga pemain terdepan Bali United. Yang kedua, eksekusi tendangan jarak jauh sebagai alternatif yang dilakukan dalam kesempatan tertentu, misalnya keberhasilan Bali United melakukan recovery (memenangkan second-ball) di depan area penalti lawan. Hendra Sandi, Sandi Sute, atau Fadil Sausu sering kali menjadi eksekutor skema ini.
Kekuatan serangan
Salah satu kekuatan dari formasi menyerang coach Indra adalah narrow-nya (rapat) jarak antara pemain-pemainnya dalam membentuk formasi mini lokal. Ini jadi salah satu alasan 3 pemain terdepan mampu mengaplikasikan skema deep-running. Di sisi lain, kerapatan jarak antar pemain ini juga mendukung kebutuhan Bali United untuk overload area-area tertentu.
Kekuatan lainnya, adalah pergerakan pemain-pemain Bali United yang sangat rajin melakukan pertukaran posisi. Gol ketiga Bali United tadi merupakan contoh. Dari keterlibatan pemain-pemain Bali United dalam build-up, baik dua penyerang sayap mau pun ketiga gelandang tengahnya sering kali bergantian mengisi area no. 8 untuk membantu build-up. Pertukaran-pertukaran posisi seperti ini merupakan hal positif, karena bisa menyamarkan pergerakan menyerang Bali United.
Kedua penyerang sayap Bali United juga termasuk bagus dalam situasi 1v1. Manajer lawan harus memastikan, (1) pemain-pemainnya tidak “menyediakan” ruang (seperti pemain belakang yang terlalu cepat lakukan pressing intens) bagi Bayu Gatra atau Sultan Samma. (2) menciptakan superioritas jumlah untuk melindungi 3 area horizontal terdekat untuk membendung Bayu atau Sultan serta mengurangi aliran umpan pendek di antara pemain-pemain Bali United dalam formasi lokal yang mereka bentuk.
Pergerakan gelandang tengah Bali United juga memegang peranan dalam build-up Bali United di area depan. Seperti yang dijelasakan di atas, dua no. 8 Bali United rajin ikut bermain melebar ke half-space dekat dengan flank untuk membantu usaha Bali United membuka ruang di sisi pinggir atau tengah pertahanan lawan. Kedua no. 8, Hendra dan Sute, Bali United memiliki cara bermain yang mirip tetapi di beberapa situasi menyerang, Sute tampak lebih vertikal ketimbang Hendra Sandi.
Fadil sebagai deep lying midfielder Bali United memegang peranan besar bagi progresi Bali United dari deep-area ke area depan. Bila Fadil bisa dikawal dengan tepat, misalnya oleh no. 9 atau no. 10 lawan, progresi Bali United akan terganggu (contoh Danny Welbeck mengawal Xabi Alonso di partai UEFA Champions League 2013), karena hal tersebut berpotensi memancing pemain di depannya untuk turun dalam kondisi yang sebenarnya tidak dikehendaki. Taktik ini patut dicoba oleh lawan Bali United berikutnya.
Di sisi lain, coach Indra juga berhasil memanfaatkan konsep inverted-winger yang bermain dengan “kaki yang salah”. Anda perhatikan orientasi dribbling Sultan Samma. Sultan yang bermain sebagai penyerang sayap kiri, saat melakukan dribble, akan makin berbahaya bila ia mendapatkan ruang gerak ke kanan. Karena ia memiliki kekuatan kaki kanan yang baik. Dengan bergerak ke kanan ia lebih bisa memanfaatkan kaki dalam kanan untuk melakukan tendangan atau umpan yang lebih terkontrol. Ini kenapa Sultan banyak sekali bergerak horizontal maupun diagonal ke kanan. Karena visinya lebih maksimal saat ia mengobservasi ruang di kanannya.
Karena baiknya Bali United dalam memainkan penguasaan bola demi kepentingan progresi ke area lawan, usaha menghambat progresi merupakan langkah awal yang penting. Beberapa alternatif bisa dicoba, bergantung pada pemahaman tiap manajer dalam memaksimalkan kekuatan timnya. Sebagai salah satu alternatif, bentuk di bawah bisa membatasi sirkulasi bola serta progresi Bali United.
Yang bisa disempurnakan
Dalam skema sirkulasi dan progresi bola Bali United, peran bek sayap dan gelandang tengah adalah membantu membentuk overloading di sekitar flank dan half-space, terutama sekali saat Bali United memasuki sepertiga akhir pertahanan lawan, dengan bek sayap berada di posisi terluar. Tetapi dalam beberapa situasi, bek sayap Bali United telat/tidak bergerak naik, sehingga menghambat efisiensi progresi. Pergerakan jauh ke depan oleh dua bek sayap ini penting, terutama bila coach Indra ingin memaksimalkan okupansi ruang tengah oleh kedua penyerang sayapnya. Dengan memaksimalkan gerak vertikal bek sayap, efeknya akan sangat positif terhadap usaha Bali United dalam melakukan penetrasi atau membuka lebih banyak ruang.
Hal lain dalam progresi permainan Bali United yang bisa disempurnakan lagi, adalah okupansi yang mereka lakukan di intermediate pertahanan lawan. Ada kalanya, saat bola berada di center sepertiga-tengah lapangan serta intermediate pertahanan lawan terbuka, pemain-pemain Bali United tidak secara maksimal mengisinya. Terkadang hanya Lerby yang berada di dalamnya.
Pressing dan bentuk pertahanan
Kalau ada strategi sepak bola modern yang masih sangat unfamiliar di Indonesia, tidak lain tidak, adalah pressing. Yang perlu digarisbawahi dan cetak tebal, pressing bukan melulu soal mengejar lawan yang memegang bola dan menghajarnya untuk merebut bola. Cara merebut bola seperti itu juga termasuk pressing, lebih tepatnya pressing berintensitas tinggi sekali. Pressing adalah soal kontrol ruang. Bagaimana sebuah tim menempatkan pemain-pemainnya dalam struktur posisional yang spesifik demi tujuan “menghilangkan” ruang kerja bagi lawan.
Dalam bentuk pertahanannya Bali United memainkan pressing berdasarkan formasi dasar 4-1-4-1/4-3-2-1. Secara umum wilayah pressing Bali United dimulai dari sekitar sepertiga-tengah berdekatan dengan sepertiga akhir pertahanan lawan. Pressing dilakukan dalam intensitas rendah, yang tujuannya lebih kepada mengundang lawan untuk “keluar”. Intensitas pressing meningkat seiring progresi bola terhadap lapis pertama pressing Bali United yang dimulai oleh Lerby.
Dalam pressing gelombang pertama, Lerby mendapatkan pressing-support dari kedua no. 8 Bali United yang berdiri di belakangnya untuk menjaga/mempertahankan keberadaan pressing terhadap lini tengah lawan. Ketika lawan berhasil melewati pressing Lerby, kedua no. 8 ini yang berusaha memblok semua kemungkinan di center. Kedua penyerang sayap Bali United turun ke lini tengah, mengapit tiga gelandang tengah Bali United, dan sekaligus berjaga di sekitaran half-space atau flank. Bentuk awal pressing ini membuat pertahanan Bali United menjadi narrow. Ini mempersulit akses lawan ke center akibat tingkat kompaksi yang baik. Selain itu, padatnya formasi bertahan sering memaksa lawan memainkan bola panjang jauh ke depan.
Dari tengah, Dirga Lasut melepaskan umpan kepada Vendry Mofu. Segera setelah Vendry mendapatkan bola, tiga gelandang tengah Bali United menaikan intensitas pressing terhadap Vendry. Dari sisi sistem, bentuk pressing ini ideal, baik untuk menghentikan progresi Persija sekaligus menjebak Vendry dan merebut bola dari kakinya. Tetapi, Vendry berhasil keluar dari tekanan dan melakukan umpan balik kepada Dirga. Bola sempat disirkulasi sejenak di belakang, sebelum akhirnya pressing Lerby yang di-support oleh Hendra dan Sute memaksa Persija melambungkan bola jauh ke depan yang berhasil diambil alih oleh Syaeful.
Percobaan serangan balik Bali United gagal, karena umpan ke area no. 6 Persija berhasil dipotong. Tetapi, lagi-lagi, bentuk narrow Bali United ini sempat membuat Sultan nyaris berhasil melakukan counterpressing. Sayang kegagalan interception-nya dan kurangnya support di belakangnya membuat Persija berhasil mengamankan bola.
Dari bentuk pertahanan dan pressing Bali United, jelas terlihat ada potensi besar untuk melakukan pressing. Tetapi beberapa kekurangan pada positioning mengurangi konektivitas dan berdampak buruk terhadap kinerja pressing.
Isu kestabilan kompaksi selama 90 menit memang menjadi isu paling umum dalam ranah pertahanan. Di Bali United, isu ini kerap muncul terutama ketika mereka berada dalam bentuk pressing blok tinggi atau saat berada dalam fase transisi bertahan. Jarak yang terlalu besar antara lini belakang dan depan jadi masalah. Tetapi, ketika Bali United bertahan dalam blok rendah pun, yang mana seharusnya bentuk pertahanan sudah lebih settled, isu kompaksi masih terlihat.
Masalah kompaksi di celah vertikal ini terjadi, pertama karena kompaksi horizontal yang juga lemah. Dalam artikel half-space bagian 2 disebutkan bahayanya “memberikan” celah horizontal pada lawan, karena sama saja memberikan kesempatan bagi lawan untuk berprogres. Miss-positioning Sute dan Bayu melemahkan kompaksi horizontal. Kesalahan ini berujung pada keluarnya Bobby Satria dari posisinya untuk menutup celah vertikal. Di sini masalah lain muncul.
Kalau dalam grafik sebelumnya memperlihatkan bagaimana kesalahan positioning Sute dan Bayu melemahkan kompaksi horizontal, kali ini sikap ball-watching Sultan ikut membantu “memberikan” ruang bagi Vendry. Ball-watching merupakan isu pertahanan yang jamak terlihat dalam semua level sepak bola. Ball-watching adalah ketidaksadaran pemain karena “terlalu asyik” menyaksikan pergerakan bola sehingga lupa pada tugasnya sendiri.
Umpan ke intermediate pertahanan selalu memancing pressing dari bek lawan, ini sudah jadi hal lumrah di semua level. Dan ini pula yang terjadi dalam situasi di atas.
Kekuatan pertahanan
Salah satu kunci kekuatan pertahanan Bali United, seperti yang dijelakan di atas, adalah, bentuk narrow (menyempit) pada saat fase bertahan. Formasi narrow memberikan akses yang baik terhadap bola dan lawan, menyediakan kebutuhan akan overloading, dan perlindungan terhadap center. Bali United, sampai level tertentu, berhasil mengamankan center. Peran Lerby, sebagai no. 9, juga terlihat dalam fase bertahan Bali United. Kerap kali ia berperan sebagai defensive-striker yang turun sampai berdekatan dengan no. 8 Bali United sekaligus mentransformasi bentuk menjadi 4-1-4-1-0.
Kekuatan lain pertahanan Bali United, adalah Bobby Satria yang memiliki kemampuan yang baik saat bermain di intermediate pertahanan. Bobby paling sering menjadi bek tengah yang maju untuk menghentikan serangan lawan di intermediate pertahanannya. Ketika ia bergerak naik untuk melakukan pressing pada Ramdani Lestaluhu, Bobby melakukan shoulder-check dengan tepat. Dua kali ia menoleh ke kanan memastikan Bambang Pamungkas berada dalam jangkauan Syaeful Anwar. Setelah yakin keadaan aman, Bobby kemudian meninggalkan posnya untuk menghambat Ramdani.
Yang harus diperhatikan
Kompaksi Bali United sering kali terjaga di depan dan tengah, tetapi kurang stabil di belakang. Salah satu alternatif memperbaiki hal ini, adalah memastikan kehadiran penyerang sayap untuk ikut terlibat mengamankan zona 5 dan sekitar center di sepertiga pertahanan Bali United.
Isu kompaksi sejatinya tidak hanya terjadi di belakang. Terkadang, kompaksi di tengah pun ikut melemah. Melemahnya kompaksi di tengah, beberapa kali terjadi karena tingginya orientasi gerak vertikal kedua no. 8 Bali United. Saat mereka “keasyikan” bergerak naik lalu menerima serangan balik, saat itulah transisi bertahan Bali United dalam keadaan paling rentan.
Dalam pertandingan menghadapi Mitra Kukar, celah antara bek tengah dan bek sayap juga sering kali terlihat dan dimanfaatkan oleh Mitra Kukar untuk masuk. Di satu sisi, memaksa lawan bermain melebar adalah hal yang bagus bagi pertahanan. Tetapi kalau lantas lawan mendapatkan ruang yang terlalu besar di sisi sayap, tentu akan jadi hal yang berbahaya bagi pertahanan. Umpan direct ke area di belakang bek sayap melalui channel antara bek sayap dan bek tengah sering menciptakan situasi serang yang menjanjikan. Gol penyama kedudukan oleh Persita merupakan gol yang lahir dari skema ini. Sering kali, dengan covering yang cukup pun, kegagalan individualah yang membuat pemain lawan mampu memanfaatkan celah ini.
Kekuatan Bobby Satria dalam mempertahankan intermediate pertahanan bisa jadi bumerang bila coach Indra tidak menginstruksikan pemain-pemain alinnya untuk men-support besarnya inisiatif Bobby saat ia merasa perlu bergerak maju (meninggalkan rekan bek tengahnya) untuk melindungi intermediate-area.
Penutup
Secara umum, Bali United merupakan sebuah tim yang terorganisir. Banyak yang mengatakan ini dikarenakan oleh kontinuitas latihan yang terus mereka lakukan selama masa vakum. Calon lawan berikutnya adalah Arema. Akan menarik melihat bagaimana kedua tim bertanding, tetapi tidak kalah menarik untuk mengamati bagaimana Arema bermain untuk kemudian menerka-nerka bagaimana pertandingan antara keduanya akan berjalan.