Barcelona dan FC Bayern merupakan contoh tim yang mengutilisasi half-space sebagai salah satu ruang strategis dalam shifting/switching-play dan transisi menyerang. Kebetulan, keduanya pernah dan sedang diarsiteki oleh orang yang sama, yaitu Josep “Pep” Guardiola. Dalam fase build-up kedua Bayern, Robben dan Ribery banyak terlihat mengisi offensive half-space. Dari ruang tersebut keduanya mengontrol permainan baik melalui switching ke flank atau half-space ke half-space.
Dalam bentuk awal pertahanannya, secara umum, struktur posisional Bayern, seperti yang telah dibahas di atas, memperlihatkan usaha untuk mempertahankan ball-oriented shifting-nya dengan tetap mengokupansi 4 (3+1) ruang terdekat untuk menjaga konektivitas horizontal. Gol pertama Bayern menghadapi Shakhtar Donetsk (UCL 2014/2015) bisa menjadi studi kasus untuk konsep ini.
Dalam sebuah high-up pressing di sisi kiri Shakhtar, Mario Gotze dan Thomas Muller menjadi dua presser di half-space kiri Shakhtar di dalam kotak penalti. Arjen Robben bertindak sebagai pressing-support dan menempati half-space kiri Shakhtar di luar kotak penalti, sekaligus berjaga terhadap umpan yang mungkin diberikan pada Taras Stepanenko. Bentuk pressing ini memaksa Vyacheslav Shevchuk melepaskan umpan jauh ke middle third yang pada akhirnya dipotong oleh Jerome Boateng.
Dalam pressing-nya, Bayern mengokupansi 3 (+1) ruang strategis berbeda sebagai ruang utama dalam menjaga kompaksi, yaitu flank kanan, half-space kanan, dan center. “+1” ruang adalah half-space kiri yang diawasi oleh David Alaba, berjaga-jaga bila Shakhtar melepaskan bola silang ke area kiri Bayern, yang merupakan wilayah yang “dibiarkan” terbuka. Setelah Boateng berhasil memotong clearance yang dilakukan oleh Shevchuk, situasinya menjadi seperti diagram di bawah.
Angka-angka menunjukan urutan sirkulasi bola dan pergerakan tanpa bola pemain-pemain Bayern. Pergerakan Ribery, Robben, dan Gotze bermuara pada half-space. Ketiganya masuk ke dalam kotak penalti melalui half-space yang terbuka akibat bantuan off the movement yang dilakukan Muller (ditandai oleh angka 3) yang bergerak ke sisi sayap secara gradual, sesaat setelah Lahm mengontrol umpan Boateng.
Di pertandingan yang berkesudahan dengan skor 7-0 bagi Bayern, Shakhtar bermain sangat dalam (deep). Bentuk pertahanan seperti ini dimanfaatkan oleh Bayern dengan mengunakan Robben dan Ribery untuk mengokupansi half-space dalam build up fase dua dan tiga. Keduanya mengisi half-space dan menyebar umpan serta melakukan pertukaran pergerakan posisi dengan pemain lain.
Pada pertandingan menghadapi Shakhtar, struktur posisi di lini tengah Bayern, dalam build-up fase dua dan tiga, memperlihatkan penilaian penting Pep terhadap half-space sebagai bagian dari area penghubung sekaligus area kontrol. Keuntungan mendaya gunakan half-space adalah mereka mampu membangun blokade di center ketika sedang dalam fase menyerang.
Struktrnya seperti ini. Di lini tengah, Bastian Schweinsteiger berdiri lebih dalam, menjadi no. 6 memberikan covering terhadap Robben-Ribery yang ada di depannya. Dalam fase kedua dan ketiga serangan, center (hanya) menjadi area penghubung antara lini belakang dan lini di depannya. Sebatas itu. Area pengontrol diambil alih oleh half-space. Kontrol ditunjukan oleh cara bermain Robben-Ribery yang menjadi pusat umpan untuk kemudian dari mereka sirkulasi berikutnya ditentukan. Begitu dalamnya Shakhtar memainkan blok pertahanan mereka, memberikan kesempatan sangat banyak bagi dua pemain ini untuk mengontrol permainan dari half-space.
Blokade di center yang dimaksud adalah okupansi 5 pemain Bayern di sekitar middle third yang berdekatan dengan garis tengah lapangan. Robben dan Ribery berada di lapis terluar blokade, di half-space, dan Holger Badstuber serta Jerome Boateng berada di lapis terdalam blokade sebagai bek tengah, yang juga mengokupansi half-space. Basti berperan sebagai no. 6 yang berdiri di tengah-tengah blokade ini. Kapan pun Shakhtar berniat melakukan serangan balik melalui area tengah dan sekitarnya, Bayern memiliki 5 pemain dengan kompaksi yang terjaga dalam menanggulangi ancaman awal serangan balik.
Sepak bola modern di mana kompaksi (dengan ball-oriented shifting-nya) begitu diagungkan dan menjadi bagian penting dari strategi bertahan, pada akhirnya membantu memberikan akses bola dan perlindungan terhadap area krusial yang lebih baik pada tim bertahan. Sementara bagi tim penyerang, memaksakan diri menembus blokade solid dengan tingkat kompaksi yang tinggi bukan hanya akan memakan banyak tenaga, tetapi juga, sekaligus, menguras mental. Merespon hal ini, salah satu jalan yang ditempuh oleh tim penyerang adalah melayani ball-oriented shifting dengan menciptakan overloading di satu area build-up untuk kemudian melakukan switching yang cepat ke area lain. Switching ini bisa dilakukan baik melalui umpan pendek cepat maupun melalui sebuah umpan panjang yang mampu menjangkau wilayah yang berseberangan.
Switching-play kebanyakan dilakukan dari sisi lapangan satu ke sisi lapangan di seberangnya. Dalam fase ini ada beberapa opsi wilayah sebagai area umpan dilepaskan. Kita ambil satu contoh, saat bola di-build-up di flank kiri dan tim penyerang sedang berusaha melakukan switch ke sisi kanan jauh. Beberapa opsi yang bisa diambil, adalah:
- Lakukan umpan diagonal yang langsung dilakukan langsung dari sisi terluar kiri ke sisi terluar kanan. Cara ini memiliki tingkat kesulitan paling tinggi, akibat jauhnya jarak antara flank ke flank ditambah banyaknya pemain lawan yang memenuhi area tengah dan half-space. Pada gilirannya, faktor-faktor ini membuat tingkat akurasi umpan menjadi rendah.
- Lakukan umpan pendek ke half-space terdekat untuk kemudian lakukan switch-play ke sisi flank Dengan cara ini, jauhnya lintasan berkurang dan akurasi keberhasilan meningkat.
- Lakukan umpan pendek sirkulasi bertahap, dari flank kiri, ke half-space terdekat, ke center, untuk kemudian lakukan umpan diagonal ke flank
- Dari opsi ketiga di atas, tim penyerang melakukan satu sirkulasi horizontal lagi ke half-space kanan sebelum bola diarahkan ke flank
Empat opsi yang tersebut di atas, memiliki karakteristik tersendiri, dengan keuntungan dan kerugian masing-masing. Opsi pertama memiliki kemungkinan akurasi rendah dengan kesulitan tertinggi. Opsi kedua merupakan opsi yang lebih banyak ditempuh. Kenapa? Karena kemungkinan tingkat keberhasilannya yang lebih besar. Melalui half-space terdekat, Bayern dan Dortmund banyak melakukan switching play. Skenario yang paling sering terjadi, adalah bola disirkulasi oleh dua sampai empat pemain, untuk kemudian diarahkan ke half-space terdekat permainan lalu dipindahkan ke sisi seberang. Pada saat bola disirkulasi di flank untuk kemudian di-switch dari half-space terdekat, secara psikologis, kebanyakan fokus lawan masih berada ke sisi di mana bola berada. Apalagi oleh tim yang memainkan zonal-marking yang berorientasi pada space (ruang). Sehingga, bila ditinjau dari faktor waktu yang ditempuh dan pertimbangan psikologis seperti yang tersebut di atas, switch-play dari half-space terdekat ke flank terjauh menjadi sangat logis.
Skenario di atas sering digunakan oleh Dortmund atau Bayern saat kedua tim tersebut melakukan switch-play. Tim merah mengokupansi area kiri dengan menggunakan 4-5 pemain. Hasilnya, tim merah berhasil membangun overloading 4v2 ketika bola disirkulasi di area tersebut. Dengan menempatkan 4 pemain yang dekat dengan bola, kemudian tim merah melakukan sirkulasi perlahan di kiri, saat itulah fokus perhatian tim kuning mengarah ke area tersebut. Bila bola di-switch dari kiri (katakan oleh LB atau LCM) kepada RAM, anda bisa melihat kecilnya ruang kerja yang dimiliki akibat penjagaan RCF dan RAM tim kuning. Bila bola diumpan oleh LCM kepada LCB, kemudian diteruskan kepada RCB atau RB, sebelum bola beralih ke flank terjauh, kepada RAM, besar kemungkinan tim kuning berhasil melakukan shifting-formation yang “bersih” dan berhasil menutup area kerja RAM, dikarenakan “banyaknya” waktu yang dimiliki tim bertahan untuk lakukan pergeseran (shifting) formasi.
Atas pertimbangan-pertimbangan ini, switch-play dari half-space terdekat menjadi sangat logis, karena saat bola diarahkan ke half-space terdekat, di kiri, tim kuning masih berada dalam “mode fokus ke kiri”. Dengan melakukan switch-play yang tepat (cara umpan dan kecepatan bola) dari half-space terdekat ke sisi yang berseberangan (kanan) akan menimbulkan “kekacauan fokus”, sehingga switch-play menjadi lebih sulit diantisipasi.
Bila peran half-space terdekat adalah sebagai area switch yang strategis, maka half-space jauh menjadi wilayah penghubung bagi sisi lapangan yang berada di dekatnya. Pada diagram terakhir di atas, RB tim merah menempati half-space kanan. Seperti yang dijelaskan di atas, half-space memiliki kedekatan ruang dengan center dan flank. Kedekatan ini memiliki pengaruh positif dalam kaitan antara half-space dengan switch-play. RB tim merah yang berada di half-space kanan, selain mampu “mengganjal” posisi LM tim kuning untuk tetap berada di center, keuntungan lainnya adalah ia sudah berada pada akses yang ideal untuk bergerak mendekati flank terjauh, bila RAM tim merah memerlukan dukungan untuk melakukan umpan pendek 1-2 dalam menghadapi pressing intens lawan.
Dari keuntungan yang dijelaskan di atas, kita bisa melihat betapa strategisnya half-space sebagai ruang penghubung, yang juga berarti ia mampu memberikan dukungan segera dengan berpindah ruang atau sebagai area switch. Half-space merupakan wilayah penghubung yang strategis karena letaknya yang dekat dan berada di antara flank dan center, sementara flank merupakan area penetrasi. Center sendiri merupakan wilayah kontrol dikarenakan oleh posisinya yang memang di tengah serta aksesnya ke 8 arah mata angin. Tetapi, dalam taraf tertentu, half-space bisa bertransformasi menjadi wilayah kontrol. Seperti yang ditunjukan oleh Robben-Ribery dalam pertandingan menghadapi Shakhtar Donetsk.
Penguasaan half-space dalam kaitannya untuk mempermudah switch-play memperlihatkan bahwa dengan menguasai half-space berarti anda juga berpotensi besar menguasai area tengah, dikarenakan kedekatan akses di antara keduanya. Blokade Bayern melalui okupansi half-space oleh Robben-Ribery, di-back up oleh Basti di no. 6 dan duo bek tengah di lapis paling belakang, memberikan fleksibilitas transisi bertahan (perpindahan dari fase menyerang ke fase bertahan) yang solid bagi Bayern.
Di sisi lain, dari segi transisi menyerang, kedekatan center dengan half-space juga mampu memberikan fleksibilitas yang bagus terhadap transisi menyerang tim anda. Transisi menyerang berarti perpindahan dari fase bertahan ke fase menyerang. Roger Schmidt merupakan salah satu manajer yang memainkan timnya dalam bentuk yang sangat narrow. Dalam fase bertahan, kedua gelandang sayapnya bergerak ke tengah, masuk ke half-space, bahkan sering kali masuk hingga ke center.
Keuntungannya, seperti yang dijelaskan di atas, bila Leverkusen berhasil merebut bola dan melancarkan serangan balik, gekandang sayap terjauh (dalam hal ini Hakan Calhanoglu), memiliki akses yang dekat dengan center. Perhatikan situasi berikutnya.
Perhatikan juga dua situasi berikut.
Perhatikan bentuk segitiga di antara angka 4, 5, dan Hakan. Penempatan posisi Hakan sejak dalam bentuk bertahan fase awal (dari half-space ke center), memberikan akses ruang yang bagus baginya dalam melakukan koneksi permainan dengan pemain-pemain di center. Dari situasi ini pula anda bisa melihat ada aspek diagonal umpan antara half-space dan center, seperti yang telah dibahas sebelumnya.
Kesimpulan
Sepak bola Eropa, contohnya Jerman dan Spanyol, telah menunjukan betapa half-space merupakan wilayah strategis yang memberikan banyak dampak positif terhadap proses permainan. Aspek diagonal dan kedekatannya dengan dua ruang horizontal yang berbeda karakter, memberikan banyak pilihan, mulai dari shifting/switching-play sampai fleksibilitas transisi menyerang dan transisi bertahan. Keuntungan lain, half-space (juga center) mampu menyediakan sudut pandang dan pilihan umpan ke 5+3 arah mata angin, sementara flank memiliki keterbatasan dengan hanya menyediakan 3 di antaranya.
Sepak bola tidak bisa menampik bahwa center merupakan wilayah penting karena keuntungan yang ditawarkannya sejak era sepak bola klasik. Tetapi dengan banyaknya opsi di half-space, pada akhirnya taktik sepak bola akan terus berevolusi demi mendapatkan keuntungan-keuntungan potensial yang ditawarkan oleh half-space. Memahami half-space bisa menjadi landasan awal perencanaan permainan bertahan dan menyerang yang menguntungkan bagi sebuah tim.
Pada satu sisi, tulisan ini ditujukan untuk memberikan pemahaman dasar tentang makna strategis half-space dalam sepak bola. Di sisi lain, karena apa yang telah disampaikan hanya merupakan bagian paling dasar, tulisan ini berharap bisa menjadi pembuka terhadap rilisan serupa lainnya yang lebih mendalam. Beberapa kajian, dari banyak pilihan, yang bisa menjadi alternatif (rilisan ke depannya), adalah kajian yang mempelajari perlunya individu dengan kemampuan spesifik yang sesuai untuk bermain di half-space, bagaimana melindungi half-space dalam konteks bertahan yang lebih spesifik, atau apa saja drill-drill yang bisa dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi “bermain di half-space”.
Terlepas dari kajian-kajian lain terkait half-space, terutama sekali yang bersifat teknikal, pada akhirnya, semua berujung pada satu hal, yaitu pemahaman yang lebih mendalam tentang arti strategis half-space dalam sepak bola sebagai bagian dari usaha memberikan dukungan terhadap kemajuan sepak bola nasional.
*Tulisan yang berkaitan:
- Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 1)
- Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 2)
- Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 3)
- Half-Space Sebagai Ruang Strategis Dalam Sepak Bola (Bagian 4)