Andai Manchester City Lolos dari Sanksi UEFA

Andai Manchester City Lolos dari Sanksi UEFA

Badai pasti berlalu. Barangkali itu yang ada di benak penggemar Manchester City usai Badai Ciara menghantam sebagian besar wilayah Britania sehingga menunda laga versus West Ham United (10/2/2020). Barangkali pula, frasa tersebut masih menuai harapan penggawa maupun pendukung The Citizens untuk tetap bisa bersaing dengan Liverpool di Liga Primer Inggris.

Tragisnya, badai tak kunjung selesai. Malah semakin kencang menerjang Stadion Etihad dan menggoyahkan seluruh elemen yang terkait dengan klub. Badai ganas ini sendiri datang dari induk organisasi sepakbola Eropa, UEFA.

Kabar burung perihal City yang cerdik mengakali skema Financial Fair Play (FFP) memang telah lama beredar. Namun, pembuktian itu baru terealisasi pada pertengahan Februari 2020. Bocoran dokumen via Football Leaks mengawali semuanya. Media Jerman, Der Spiegel, lantas merilis kabar tersebut ke publik dan membuat UEFA punya dasar kuat untuk menjatuhkan sanksi berat kepada tim yang dimiliki Syeikh Mansour bin Zayed Al Nahyan tersebut.

Melalui investigasi yang dilakukan oleh Adjudicatory Chamber of UEFA’s Club Finansial Control Body (CFCB), City dianggap bikin laporan abal-abal dengan melebihkan angka pendapatan sponsor pada rentang 2012 sampai 2016 yang lalu supaya neraca keuangan klub tampak seimbang. Pasalnya, pada periode itu pula, Syeikh Mansour menghamburkan duit hampir 700 juta Euro demi mendatangkan sederet pesepakbola kelas wahid semisal Kevin De Bruyne, Fernandinho, Ilkay Guendogan, Nicolas Otamendi hingga Leroy Sane ke Stadion Etihad guna menjadi amunisi andalan bagi sang pelatih, Pep Guardiola.

Nominal selangit yang digelontorkan City pada waktu itu disiasati dengan akal bulus lewat laporan keuangan yang penuh tipu daya, utamanya terkait pemasukan dari pihak sponsor. The Citizens sendiri disponsori oleh maskapai asal Uni Emirat Arab, Etihad Airways, yang dimiliki oleh keluarga Al Nahyan (keluarga dari Syeikh Mansour).

Kecurangan itu membuat UEFA naik pitam. Badai sanksi yang mereka lemparkan pun tak tanggung-tanggung. Rival sekota Manchester United ini dihukum larangan tampil di kejuaraan antarklub Eropa, baik Liga Champions maupun Liga Europa, selama dua musim yakni 2020/2021 dan 2021/2022. Di luar itu, kesebelasan dengan warna khas biru muda ini wajib membayar denda sebesar 30 juta Euro. Jumlah yang seharusnya bisa digunakan untuk mendatangkan pemain di bursa transfer musim panas.

Imbas badai yang menerpa kapal City berakibat pada sejumlah hal, terutama urusan finansial dan kemungkinan eksodus para pemain. Apabila upaya banding mereka ditolak oleh Court of Arbitration for Sport (CAS), maka ambyar sudah klub yang berdiri pada tahun 1880 dengan nama St. Marks’s (West Gordon) tersebut.

BACA JUGA:  Soal Pengaruh Brexit Terhadap Sepak Bola Inggris

Hal yang paling dikhawatirkan adalah eksodusnya para penggawa hebat yang selama ini beraksi di atas rumput Stadion Etihad. Sergio Aguero, De Bruyne, Ederson, Gabriel Jesus, Aymeric Laporte, Riyad Mahrez, Bernardo Silva, David Silva sampai Raheem Sterling digadang-gadang siap dicaplok tim lain yang tak kalah mapan dengan kubu Manchester Biru. Lagi pula, kesebelasan mana yang ogah memiliki sosok-sosok dengan kualitas top seperti mereka di dalam skuadnya?

Aguero yang kontraknya sisa semusim bisa saja memutuskan pergi dari kota Manchester supaya tetap merasakan atmosfer Liga Champions. De Bruyne santer dikaitkan dengan rival di Liga Primer Inggris, Liverpool, serta raksasa Spanyol, Real Madrid. Pun dengan Leroy Sane, duo Silva, dan Sterling yang kabarnya mengirimkan kode siap angkat kaki dari Stadion Etihad bila City dijatuhi hukuman.

Walau secara gamblang menyatakan kalau dirinya akan tetap menduduki jabatan pelatih City kecuali dipecat oleh pihak klub, para suporter tetap cemas perihal masa depan Guardiola. Siapapun tahu, memiliki pelatih sekaliber dirinya adalah privilese dan kehilangan bekas juru taktik Barcelona itu dapat mengubah nasib The Citizens. Terlebih, klub top asal Italia, Juventus, dikabarkan siap menjadi pelabuhan anyar Guardiola.

Dari sisi keuntungan, seperti dilansir dari Forbes, City terancam kehilangan hampir 11 persen dari total pendapatan mereka musim lalu. Duit sekitar 295 juta dolar AS atau sekitar 4 triliun rupiah bakal hilang dari kantong Syeikh Mansour. Namun, urusan finansial kemungkinan tidak akan terlalu menggoncang kapal The Citizens. Musababnya, sang pemilik bukan figur kaleng-kaleng perihal duit. Terkait kasus ini saja, keluarga penguasa Abu Dhabi tersebut dikabarkan bakal menyewa pengacara top dunia dengan jumlah puluhan serta bayaran selangit guna mementahkan keputusan UEFA via proses banding.

Bagaimanapun juga, masih ada harapan bagi City agar lepas dari sanksi. Seperti Chelsea yang awalnya dilarang membeli pemain baru di dua bursa transfer musim ini, akhirnya beroleh diskon usai melakukan banding ke CAS. Pada bursa transfer musim dingin kemarin, The Blues sudah diizinkan untuk membeli penggawa anyar. Sayangnya, momen itu tak dimanfaatkan dengan baik oleh tim asuhan Frank Lampard.

Sesungguhnya, City punya akademi yang mumpuni. Di kompetisi usia muda, akademi The Citizens merupakan salah satu penantang serius akademi Chelsea belakangan ini. Tak heran kalau beberapa nama jebolan akademi City telah diberi menit bermain baik di Liga Primer Inggris, Piala FA sampai Piala Liga musim ini seperti Ardian Bernabe, Phil Foden, Eric Garcia, dan Taylor Harwood-Bellis. Andai nama-nama senior memutuskan pergi, maka nama-nama di atas bisa menjadi pilar baru City per musim mendatang.

BACA JUGA:  Antonio Conte dan Neraka Britania

Arkian, The Citizens belum kehilangan kans bersaing dengan klub besar lainnya di Inggris. Pundi-pundi uang Syeikh Mansour seoah tiada habisnya dan dapat digunakan untuk meminang siapa saja agar datang atau tetap bermain di Stadion Etihad. Tawaran gaji selangit boleh jadi lebih menggiurkan ketimbang gengsi bermain di Liga Champions. Namun sepakbola tak melulu soal duit, kebahagiaan di atas lapangan lebih berharga dari itu semua.

Ada pemain yang bahagia karena beroleh kesempatan mencicipi Liga Champions. Ada pula yang menyungging senyum sebab loyal terhadap satu klub saja, tak peduli badai apapun yang datang menerjang. Bukankah itu juga yang membuat Vincent Kompany ditahbiskan sebagai legenda City?

Lolos dari hukuman

Mengingat City masih punya kesempatan untuk banding, maka kubu manajemen hingga suporter bisa menyemai harap bahwa The Citizens lolos dari hukuman UEFA. Apalagi sudah cukup banyak kesebelasan yang lenggang kangkung usai CAS mengetuk palu.

Andai proses banding ke CAS berjalan mulus dan keputusannya memihak The Citizens, jangan terkejut kalau di bursa transfer pemain musim depan mereka akan kembali menghambur-hamburkan uang demi merekrut sejumlah figur incaran demi melanggengkan ambisi.

Seperti dilansir banyak media Eropa, City membidik beberapa nama potensial semisal Ben Chilwell (Leicester City), Yan Couto (Curitiba), Merih Demiral (Juventus), Bruno Dias (Benfica), Lautaro Martinez dan Milan Skriniar (Internazionale Milano) sampai Mikel Oyarzabal (Real Sociedad) guna memperkuat armadanya sekaligus meremajakan skuad.

Harga jual pemain-pemain yang disebut di atas tidaklah murah. Namun dengan bebasnya mereka dari hukuman UEFA serta isi dompet yang tak pernah habis, layaknya operasi mereka selama ini, City diyakini takkan ragu buat merogoh kocek dalam-dalam untuk mengamankan jasa para buruan. Uang senilai puluhan atau bahkan ratusan juta Euro dapat ditransfer seketika ke rekening tujuan. Mereka akan berperilaku seperti anak kecil yang rela menghabiskan duit jajan untuk membeli kudapan, es atau permen demi membahagiakan hati.

Alih-alih kepayahan mengarungi kompetisi, ada kemungkinan performa City malah kian eksepsional di musim mendatang. Bukan sekadar cara membuktikan diri bahwa mereka masih kesebelasan tangguh, tapi juga membalas segala dendam dan rasa kecewa yang dirasakan di musim 2019/2020 lewat dominasi paten.

Komentar
Andi Ilham Badawi, penikmat sepak bola dari pinggiran. Sering berkicau di akun twitter @bedeweib