Penyerang Manchester United, Marcus Rashford, menjadi sorotan usai aksi sosialnya memberikan kupon makan gratis bagi anak-anak di Inggris selama pandemi Covid-19.
Karena ketulusannya itu, sampai-sampai ia diberi gelar Member of the British Empire (MBE) oleh kerajaan Inggris. Pujian demi pujian mengalir deras kepada Rashford, termasuk dari rival abadi United yakni fans Liverpool.
Hal ini menjadi menarik karena United dan Liverpool bagai minyak dan air, tak bisa menyatu. Baik di dalam maupun di luar lapangan, keduanya enggan melontarkan pujian meski salah satunya sedang berprestasi. Namun, Rashford hadir sebagai jembatan antara kota industri dan kota pelabuhan itu.
Media Inggris pun berbondong-bondong memberitakan pria 22 tahun tersebut. Kisah inspiratif nan mulia Rashford yang rela sebagian dari gajinya disumbangkan kepada anak-anak yang belum tentu semuanya ia kenal. Salah satu media yang berhasil mewawancarai Rashford secara eksklusif adalah The Sun.
Begitu artikel tersebut terbit, fans Liverpool yang semula mengagumi sisi kemanusiaan Rashford berbalik haluan. Beberapa di antaranya menyayangkan kesediaan sang pemain diwawancarai oleh The Sun. Diketahui, sebagian besar fans The Reds selalu mengganti huruf ‘u’ pada tulisan The Sun dengan tanda * sebagai bentuk pemboikotan.
Penuh Kontroversi
Semenjak hadir dari tahun 1964, The Sun diselimuti sejumlah polemik. Mereka dinilai sering mengesampingkan kode etik jurnalistik. Judul-judul bombastis berbau kontroversi juga kerap menjadi tajuk utama.
Salah satu kasusnya adalah berita The Sun mengenai tato senjata di kaki kanan Raheem Sterling dengan judul ‘Raheem Menembak Kakinya Sendiri’ atau berita gurem lainnya saat Sterling bepergian dengan mobil yang belum dicuci.
Kontroversi lainnya muncul saat The Sun mengabarkan tentang taruhan antara Alexis Sanchez dan Marcus Rojo sebesar 20 ribu Poundsterling perihal masa depan Jose Mourinho di Stadion Old Trafford.
Anehnya, sumber pernyataan di artikel itu berasal dari salah satu tangkapan layar chat Whatsapp (yang disebut-sebut) milik Alexis tanpa melakukan konfirmasi langsung kepada pemain Cile itu.
The Sun memang kerap memberikan informasi yang salah. Selain itu, media yang bermarkas di kota London ini juga dinilai menganut xenophobia alias ketidaksukaan terhadap orang yang berasal dari negara lain (non-Inggris) dan sangat membenci imigran.
Kebencian Fans Liverpool
Puncak polemik The Sun jatuh pada tahun 1989 ketika memberitakan pertandingan Liverpool vs Nottingham Forest dalam laga semifinal Piala FA. Penonton sesak memenuhi Stadion Hillsborough hingga meluber di area pelataran.
Karena gelombang penonton terus menerus berdatangan, salah satu petugas kepolisian Yorkshire yang bertugas di Stadion Hillsborough bernama David Duckenfield, membuka pintu gerbang ke tribun Leppings Lane.
Padahal tribun Lappings Lane sudah penuh orang. Nahasnya, penonton yang masuk ke tribun terlalu banyak. Akibatnya, tribun tersebut mengalami kelebihan kapasitas. Banyak dari mereka yang kemudian terjepit dan tak bisa bernapas.
Karena banyaknya massa, beberapa ada yang terinjak-injak. Akibatnya, 96 orang meninggal dunia dan 766 orang cidera. Ini disebut-sebut sebagai bencana terburuk dalam dunia olahraga.
Empat hari setelah kejadian itu, The Sun membuat fans Liverpool naik pitam. Hal itu disebabkan headline halaman depan The Sun yang bertajuk “The Truth”.
Artikel itu terbit dengan tiga sub judul yakni ‘Beberapa fans Liverpool mencopet harta benda korban’, ‘Beberapa fans Liverpool mengencingi Polisi’, dan ‘Beberapa fans Liverpool menghalangi petugas medis’. Dalam pemberitaan itu, disebutkan bahwa bencana di Stadion Hillsborough terjadi karena ulah fans Liverpool.
The Sun menarasikan fans The Reds turut memukul polisi yang hendak menyelamatkan korban. Media berhaluan sayap kanan ini juga menggambarkan sejumlah aksi pelecehan seksual terhadap korban perempuan.
Sebagian besar artikel-artikel itu berisi pernyataan inspektur polisi, Gordon Sykes, sejumlah polisi anonim dan anggota parlemen Sheffield dari Partai Konservatif, Hallam Irvine Patnick. Bahkan seorang polisi yang tidak ingin dicantumkan namanya menuduh sumber tragedi itu adalah fans Liverpool yang mabuk.
Artikel ini melukai hati fans Liverpool, terutama yang nyawa keluarga atau temannya harus melayang karena insiden itu. The Sun dianggap menyebarkan fitnah yang parahnya lagi malah memperkeruh suasana duka dari keluarga korban. Pihak yang paling dirugikan tentulah fans Liverpool sendiri.
Suporter Liverpool tak tinggal diam. Mereka melawan kebohongan The Sun dengan gerakan boikot yang berjalan lebih dari 30 tahun. Gerakan ini disebut-sebut jadi gerakan boikot terlama yang pernah ada di planet Bumi.
Aksi Boikot
Jika Anda berada di Liverpool, maka Anda akan sering melihat taksi berseliweran dengan tulisan serupa di badan kendaraan. Tulisannya yakni ‘Don’t buy The Sun’ , ‘Don’t sell The Sun’ , sampai ‘Not welcome in our city’. Hampir seluruh warga Liverpool benar-benar mengaplikasikan arahan yang termaktub di badan taksi itu. Tidak membeli, menjual, dan membaca koran The Sun.
Sejumlah stiker ‘Don’t buy the Sun’ juga tertempel di fasilitas-fasilitas umum. Bahkan bangku taman turut dijamah imbuan penolakan terhadap The Sun.
‘Siapa pun yang ketahuan membaca The Sun akan disita dan akan diantar ke luar kota’, begitu tulisan pada stiker di bangku taman.
Aksi boikot meluas hingga ke ranah lain. Supermarket besar di Liverpool seperti Tesco dan Sainsbury serta pom bensin secara serentak tidak menjual koran The Sun.
Grup kampanye boikot The Sun yang bernama The Total Eclipse of The S*n mengklaim seratus agen koran di supermaket, minimarket, pom bensin di kota Liverpool sudah tidak menjual surat kabar The Sun.
Karena terus terdesak dengan aksi boikot itu, mau tak mau, media tersebut melayangkan permintaan maaf kepada fans Liverpool pada tahun 2005.
Bahkan, editor The Sun selama peliputan tragedi Hillsborough, Kelvin Mackenzie menghubungi salah satu legenda The Reds, Kenny Dalglish. Mackenzie meminta saran Dalglish bagaimana meredakan situasi itu yang semakin hari semakin buruk buat The Sun.
Dalglish menjawab santai. Ia meminta The Sun menulis di halaman depan koran The Sun tentang fakta insiden Hillsborough dengan judul ‘The Lies’ yang ukuran font-nya sama besar dengan judul ‘The Truth’ yang dibuat tahun 1989. Tentu permintaan Dalglish tak bisa dipenuhi Mackenzie. Hingga kini permintaan maaf media itu tak pernah diakui fans Liverpool.
Api kebencian yang disemburkan Liverpool kepada The Sun sudah terlanjur besar. Semula api yang hanya membakar akar, kini merembet hingga batang, daun, bahkan satu hutan hangus terbakar. Kepulan-kepulan asap dendam membumbung tinggi dan bakal abadi sampai kapanpun.