Ironi Pelatih Lokal di Premier League

Premier League diklaim sebagai kompetisi sepakbola paling beken dan bahkan terbaik di dunia. Keberadaan pemain dan pelatih kelas dunia menjadi salah satu alasan dari klaim tersebut.

Di luar itu, persaingan sengit yang berlangsung saban musim di Premier League membuatnya lebih diperhatikan ketimbang liga-liga lain semisal Bundesliga, La Liga, Ligue 1, dan Serie A.

Hingga menyelesaikan musim 2020/2021 lalu, tercatat sudah ada tujuh klub berbeda yang menjuarai liga. Tak hanya satu atau dua klub saja yang mendominasi seperti di beberapa liga lain.

Arsenal, Blackburn Rovers, Chelsea, Leicester City, Liverpool, Manchester City dan Manchester United adalah tim yang sukses mengangkat trofi Premier League.

Terlepas dari persaingan yang terbilang ketat tersebut, ada sebuah ironi yang mungkin tidak kita sadari.

Hingga detik ini, belum ada satu pun pelatih asli Inggris yang mampu menjuarai Premier League!

Nama-nama pelatih Inggris kondang seperti George Graham, Glenn Hoddle, Roy Hodgson, hingga mendiang Sir Bobby Robson, tak pernah merasakannya. Padahal mereka dikenal punya kapabilitas mumpuni.

Realita tersebut berbanding terbalik dengan Bundesliga, La Liga, Ligue 1, dan Serie A yang acap dirajai oleh pelatih lokal.

Andai publik ingin melihat pelatih Inggris yang sanggup menjadi kampiun di divisi teratas sepakbola Negeri Ratu Elizabeth, mereka kudu memutar waktu ke musim 1991/1992 atau semusim sebelum Premier League diperkenalkan.

Pada saat itu, Howard Wilkinson sukses membawa Leeds United menjadi kesebelasan terbaik seantero Inggris usai finis di puncak klasemen First Division.

Lain cerita kalau patokannya adalah Inggris Raya. Dalam konteks tersebut, ada dua lelaki yang berhasil merebut gelar Premier League yaitu Sir Kenny Dalglish dan Sir Alex Ferguson yang sama-sama berasal dari Skotlandia.

BACA JUGA:  Arteta dan Kepercayaan pada Proses

Di balik ironi prestasi pelatih lokal di Premier League, pernah ada sosok Frank Lampard yang sebenarnya terbilang menjanjikan.

Pada musim pertamanya menukangi Chelsea (2019/2020), ia sukses membawa klub yang berkandang di Stamford Bridge itu finis di peringkat keempat.

Perlu diingat jika Chelsea pada saat itu kehilangan Eden Hazard yang membelot ke Real Madrid serta terkena embargo transfer.

Alhasil, banyak pihak yang kemudian menaruh harapan besar kepada Lampard di musim keduanya sebagai pelatih Chelsea.

Apalagi The Blues sudah menghabiskan dana lebih dari 200 juta Euro untuk menambal lini per lini di sepanjang bursa transfer musim panas 2020.

Sayangnya, ekspektasi publik berbanding terbalik dengan kenyataan. Penampilan Chelsea mengalami turbulensi yang begitu hebat pada musim 2020/2021 lalu.

Lampard tak mampu membawa klub asal London Barat tersebut bersaing di jalur perebutan gelar liga. Tak mengejutkan bila Roman Abramovich memecatnya.

Tak butuh waktu lama, Thomas Tuchel langsung ditunjuk untuk mengambilalih kursi kepelatihan di Chelsea. Tuchel sendiri berpaspor Jerman.

Dalam daftar 20 pelatih yang berlaga di Premier League 2021/2022, tercatat cuma empat nama saja yang merupakan orang Inggris asli.

Mereka adalah Steve Bruce (Newcastle United), Sean Dyche (Burnley), Graham Potter (Brighton and Hove Albion), dan Dean Smith (Aston Villa).

Di atas kertas, klub-klub yang dibesut oleh para pelatih lokal tersebut bukanlah kekuatan nomor satu di belantara Premier League.

Sosok sekelas Bruce, Dyche, Potter, dan Smith juga butuh mukjizat serta kemampuan taktikal tingkat dewa untuk bisa menjuarai Premier League bersama klubnya masing-masing.

Pemandangan seperti itu sejatinya menyedihkan bagi Inggris. Para pelatih lokal di Premier League tak ubahnya penggembira belaka.

BACA JUGA:  Nafsu Tottenham Menghapus Predikat Ayam

Banyak dari mereka yang cuma mampu membawa timnya sintas, bukan bersaing di jalur juara. Sam Allardyce contohnya.

Saya tidak bermaksud untuk menolak keberadaan pelatih asing di Premier League. Biar bagaimanapun, hadirnya pelatih sekelas Pep Guardiola maupun Jurgen Klopp di Inggris adalah bumbu yang membuat liga terasa seru.

Namun jangan sampai euforia tersebut bikin pelatih lokal semakin terpinggirkan dan terlupakan.

Sudah menjadi keharusan bagi asosiasi sepakbola Inggris (FA) untuk membenahi sektor ini. Sudah terlalu lama Inggris tak mengorbitkan pelatih muda dengan kapabilitas hebat.

Dengan begitu, ketergantungan terhadap sosok-sosok asing bisa diminimalisasi pada masa yang akan datang.

Masa, iya, negara yang katanya merupakan penemu sepakbola modern harus terus-menerus tertinggal dengan negara lainnya? Terlebih kalau talenta-talenta lokalnya sampai kalah bersaing di tanah sendiri.

Saya pribadi berharap di masa depan, Inggris mampu melahirkan pelatih lokal yang berkualitas.

Dengan begitu, kans buat melihat pelatih asal Inggris mengangkat trofi Premier League semakin besar.

Komentar
Penulis pemula yang hobi menggambar dan juga menonton pertandingan sepakbola. Bisa disapa di akun Instagram @farizkurniawan94 atau Facebook Muhammad Fariz Kurniawan.