Dalam beberapa hari terakhir, nama Paul Pogba bertengger di posisi teratas pada setiap pemberitaan yang berhubungan dengan rumor transfer. Semuanya bermula dari ucapan sang agen, Mino Raiola, yang menghembuskan kabar bahwa kliennya tersebut sudah tidak kerasan merumput di Stadion Old Trafford dan siap menanggalkan seragam Manchester United.
Sejatinya, gosip kepergian gelandang andalan tim nasional Prancis dari klub tempatnya menimba ilmu semasa remaja itu sudah diprediksi satu-dua musim ke belakang.
Kegagalan The Red Devils mengakomodasi talenta Pogba hingga sikap ofensif media Inggris yang selalu menjadikannya sebagai kambing hitam atas inkonsistensi performa tim secara keseluruhan ditengarai menjadi pemantik keengganan Pogba untuk melanjutkan karier bersama United.
Pogba sempat berubah pikiran ketika melihat klubnya mengalami kemajuan pesat setelah kedatangan Bruno Fernandes. Namun kehadiran Bruno justru mengundang masalah baru buat eks gelandang Juventus tersebut.
Pria ceking berpaspor Portugal itu disebut-sebut telah merenggut peran yang diemban Pogba selama ini di United yakni menjadi kreator permainan yang bergerak bebas untuk menciptakan peluang dengan sesekali melepaskan tembakan ke gawang lawan.
Kehadiran Bruno tak serta merta melenyapkan Pogba karena dirinya masih bisa merumput secara reguler. Namun, perannya di lapangan tak lagi sebebas dulu. Ada perubahan yang mesti ia lakoni. Ya, Pogba kini lebih banyak bermain sebagai deep-lying playmaker yang bertugas menjadi konektor antara lini belakang dan lini serang United.
Meski demikian, dalam sejumlah laga Ole Gunnar Solskjaer juga tak ragu buat membangkucadangkan Pogba karena lebih suka menurunkan Fred atau Scott McTominay buat mengisi pos petarung di ruang permainan. Apalagi United masih punya amunisi lain dalam wujud Donny van de Beek yang kemampuannya luar biasa. Alhasil, posisi Pogba terlihat kian terancam.
Bersamaan dengan itu, rasa jengah Pogba sepertinya makin menggunung. Tak salah jika ia ingin minggat dari kota Manchester guna mencari pelabuhan anyar yang mengizinkannya jadi sorotan utama. Salah seorang jurnalis kenamaan, Fabrizio Romano, sudah menyebutkan kalau bekas klub Pogba dahulu, Juventus, siap menampungnya kembali.
Andrea Pirlo yang kini mengarsiteki juara Italia tersebut dinilai akan mampu memaksimalkan bakat Pogba karena seperti yang kita ketahui, pelatih berambut gondrong itu sempat merumput bareng pemain berusia 27 tahun tersebut pada 2012 hingga 2015 kemarin.
Namun Romano juga menggarisbawahi jika kondisi keuangan I Bianconeri sedang tidak sehat. Dalam hal ini, mereka bisa saja mengakali situasi tersebut dengan menyodorkan opsi pertukaran pemain.
Dilansir dari Daily Mail, empat nama santer disebut sebagai pemain Juventus yang akan dibarter dengan Pogba. Nama-nama tersebut antara lain Rodrigo Bentancur, Paulo Dybala, Adrien Rabiot, dan Aaron Ramsey. Idealnya, kriteria pemain jadi bagian kesepakatan tukar guling punya kualifikasi dan level kebintangan setara atau paling tidak, karakter permainannya memang dibutuhkan The Red Devils.
Bersama Matthijs de Ligt dan Cristiano Ronaldo, tampaknya Dybala merupakan figur yang memiliki reputasi dan kemampuan setara dengan Pogba. Tak ayal jika rumor #Pogback kembali ke Stadion Allianz kian berhembus kencang seiring dengan kepergian Dybala ke sisi sebaliknya.
Masalahnya, Dybala pernah menolak wacana bergabung dengan United ketika pemain asal Argentina tersebut menghadapi situasi serupa kala ia disodorkan Juventus sebagai alat tukar untuk Romelu Lukaku pada 2019 silam.
Namun Dybala yang sekarang, tampaknya bukan lagi sosok sentral bagi skuad I Bianconeri. Pirlo sebagai allenatore tampak lebih percaya pada rekrutan-rekrutan baru seperti Federico Chiesa, Dejan Kulusevski, dan Alvaro Morata untuk menunaikan titah sebagai juru gedor pertahanan musuh.
Tercatat, Dybala hanya menjadi starter sebanyak empat kali dari sebelas pertandingan yang ia lakoni. Mantan bintang Palermo tersebut juga baru mencetak satu gol. Situasi tersebut bisa jadi pemicu timbulnya niat pria yang usianya sama dengan Pogba tersebut untuk mempertimbangkan opsi hengkang dari Turin selagi ada kesempatan.
Ditambah lagi, Juventus juga perlu mengurangi pengeluaran gaji pemain untuk bisa mengakomodasi kehadiran Pogba lagi secara penuh. Dalam hal ini, wacana ‘pengusiran’ La Joya, julukan Dybala, akan bisa menyeimbangkan neraca pengeluaran klub yang dikomandoi Andrea Agnelli itu.
Akan tetapi, dari segi relevansi kebutuhan United saat ini, Dybala bukanlah figur yang amat mereka butuhkan. Lagi-lagi, presensi Bruno yang begitu moncer ikut mengerdilkan kesempatan bergabungnya Dybala ke Stadion Old Trafford.
Kecuali, Solskjaer mau mengubah skeman permainannya dengan memainkan formasi berlian secara intens sehingga Dybala bisa dimainkan sebagai pemain yang menjalankan peran free role forward untuk mendampingi penyerang utama di lini depan yang biasanya dihuni Marcus Rashford.
Setelah Dybala, tiga nama selanjutnya yang disebut akan menjadi opsi barter buat United adalah Bentancur, Rabiot, dan Ramsey. Bukan kebetulan apabila ketiga pemain tersebut berposisi sebagai gelandang. Juventus sudah pasti tidak ingin kedatangan Pogba justru menghadirkan masalah baru karena menyebabkan surplus pemain tengah.
Saat ini saja, I Bianconeri sudah mempunyai total tujuh pemain yang beroperasi di lini tengah (di luar ketiga nama yang sudah disebutkan), lantaran keberadaan Arthur Melo, Sami Khedira, Weston McKennie, sampai Manolo Portanova.
Menumpuk begitu banyak pemain di posisi yang sama adalah kesia-siaan, mengingat kini Pirlo lebih sering menyediakan slot hanya untuk dua orang pemain tengah saja dalam skema 4-4-2 atau 3-4-1-2 yang diusungnya secara reguler.
Dari tiga nama itu, Bentancur saya pikir cukup relevan dengan kebutuhan The Red Devils saat ini. Sepanjang bergulirnya musim baru, Solskjaer tampak lebih menyukai Fred atau McTominay ketimbang Pogba untuk mendampingi Nemanja Matic dan Bruno di lini tengah
Karenanya, United tampak mengesampingkan aspek kreativitas demi cengkeraman yang menggigit dalam rangka memenangkan duel di lini tengah untuk segera mengarahkan bola ke lini serang dan melancarkan serangan balik yang menjadi kekuatan utama mereka di bawah asuhan Solskjaer.
Namun selanjutnya muncul masalah turunan, bahwa kini aliran serangan United terlalu bergantung pada Bruno karena eks penggawa Sampdoria tersebut merupakan satu-satunya pemain tengah yang pandai mengkreasikan peluang.
Oleh karenanya, Bentancur ibarat jalan tengah untuk situasi tersebut karena produk akademi Boca Juniors ini adalah pemain yang mampu mengarahkan bola secara progresif, tetapi juga bisa dibebani tugas sebagai petarung dari lini tengah.
Bentancur menurut hemat saya adalah sosok pemain yang layak dipertimbangkan oleh United untuk menjadi bagian dari kesepakatan dengan Juventus karena gelandang asal Uruguay itu menawarkan keseimbangan yang selama ini tidak mampu dihadirkan oleh Pogba. Terlebih, usia Bentancur baru menginjak 23 tahun sehingga ia bisa dijadikan andalan dalam masa yang lebih panjang.
Kontrak Pogba yang hanya tersisa satu setengah tahun bikin manajemen United harus bergerak cepat sekaligus jeli untuk menuntaskan kesepakatan terkait pemainnya. Semakin lama Pogba tertahan, posisi tawar mereka akan memudar dan kepergian Pogba berpotensi tak mendatangkan hal positif apapun.
Opsi yang tersedia bagi United semakin menipis. Kepergian Pogba harusnya bukan dianggap sebagai bencana, melainkan cara untuk menggapai keseimbangan tim yang selama ini diidam-idamkan.