Liverpool jelas memiliki permasalahan untuk barisan penyerang. Daniel Sturridge, sang kaki kaca, sedang berada di situasi yang dilematis meski memiliki kemampuan yang luar biasa. Danny Ings, ia cedera hingga akhir tahun. Mario Balotelli, sang muda bengal asal Italia, merasa sudah nyaman dengan Italia dan belum kepikiran untuk pulang kembali.
Divock Origi, meski telah berubah wujud menjadi idola Kopites, namun masih butuh waktu untuk membuktikan dirinya pantas menjadi tumpuan utama. Sementara Christian Benteke, ia masih belum menunjukkan performa yang luar biasa setelah ditebus oleh Brendan Rodgers 32,5 juta poundsterling di transfer musim panas lalu.
Mengenai Benteke, ia jelas mengalami permasalahan mengenai performanya. Sangat jauh dari saat masih berkostum Aston Villa. Saat melawan West Bromwich Albion, Benteke seakan hanya berlari-lari tanpa arah dan tujuan.
Ia malah membuat Kopites frustasi atas kegagalan umpan yang dieksekusi olehnya. Saking parahnya, Divock Origi terasa jauh lebih menjanjikan daripada menurunkan Benteke bagi Kopites saat ini. Kontribusinya belum menjawab mengapa ia pantas dibeli dengan mahal.
Permasalahan ini merupakan kisah lanjutan setelah ia menjadi idola saat mengoyakkan jala Asmir Begovic dan memporakporandakan Chelsea 3-1. Ia juga ambil bagian saat kemenangan melawan Manchester City 4-1 sebagai pengacau lini pertahanan City yang bermain kacau.
Namun, setelahnya, memainkan Benteke terasa tak berguna. Terutama jika bercermin kepada tiga laga terakhir. Ia tak ambil bagian saat kemenangan 6-1 melawan Southampton. Saat kekalahan Newcastle United di St. James Park, dan saat imbang melawan West Brom di Anfield. Ia seakan kebingungan, gagal membuka peluang, hingga gagal dalam melakukan eksekusi.
Tentu mengherankan sebenarnya bagaimana seorang yang disebut oleh Daily Express sebagai The Next Didier Drogba ini malah gagal menunjukkan kemampuannya secara konsisten. Kedua kakinya, dan kepalanya, yang dikenal mematikan selama Aston Villa masih tak menunjukkan tuahnya selama di Liverpool.
Alih-alih kian mirip dengan Drogba, ia kini malah mulai bertransisi ke masa-masa Andy Carroll di Liverpool. Blia Drogba dibayar 24 juta poundsterling saat kepindahannya ke Chelsea dan setelahnya terus menjadi idola bagi publik Stamford Bridge, maka Andy Carroll adalah kisah kebalikannya. Didatangkan dengan biaya sangat mahal, 35 juta poundsterling, Carroll hanya membuat penggemar frustasi dari pekan ke pekan.
Bahkan, jika kemudian berkaca dengan realita sesudahnya, Andy Carroll yang datang bersamaan dengan Luis Suarez, rasanya memang lebih baik Luis Suarez yang dibayar mahal dengan 35 juta poundsterling –alih-alih hanya 16 juta poundsterling.
Sementara Suarez terus menjanjikan, Carrol terus gagal menunjukkan performa ciamiknya semasa di Newcastle United. Ia kemudian memecah suporter menjadi dua kubu –yang percaya Andy Carrol bisa menjadi bintang, dan satunya lagi yang menganggap ia gagal.
Singkatnya, ia hanya menjadi benalu saat berada di klub. Dan jikalau tidak menjadi benalu, kontribusi terbaiknya adalah gol yang dianulir oleh wasit pada final Piala FA 2012 saat melawan Chelsea. Puncaknya, hingga Liverpool yang saat itu berada di awal masa Brendan Rodgers, meminjamkan Andy ke West Ham dan semusim kemudian dijual dengan nilai transfer hanya 8 juta poundsterling.
Benteke mungkin akan benar-benar memiliki nasib yang sama jika tak kembali menemukan sentuhannya yang hilang di dua laga terakhir. Saat ini, penggemar kemudian terasa terpecah menjadi dua, ada yang percaya bahwa kaki dan kepalanya mampu kembali menunjukkan tuahnya, dan ada pula yang sudah menganggap bahwa Benteke sendiri hanyalah Andy Carroll 2.0, seperti saya.
Bagi saya sendiri, sentuhan Benteke samar-samar: ia kadang menunjukkan tuahnya seperti saltonya saat melawan Manchester United atau saat melawan Chelsea, atau ia hanya berlari-lari dan membuang-buang peluang seperti yang ia tunjukkan beberapa waktu belakangan ini.
Jelas ia mampu menjadi pemain yang lebih baik. Terutama melihat saat ini adalah momentum yang tepat. Bilamana berkaca pada cedera Sturridge dan Ings yang menyisakan hanya Benteke dan Origi (Roberto Firmino, gelandang serang yang bisa menjadi opsi di depan) di dalam persaingan lini depan Liverpool. Pula dengan kedatangan Juergen Klopp yang dikenal mampu mengubah pemain biasa saja menjadi pemain super.
Ia adalah pemain terbaik Aston Villa, dan mungkin hanya hasrat dan keinginannya untuk menujukkan hasil 49 gol dari 101 penampilannya bersama Aston Villa yang mungkin akan menjadikan dirinya reinkarnasi dari Didier Drogba.
Namun, jikalau hal itu tidak terjadi, saya, dan Kopites lain yang telah putus asa, dengan wajah sok tahu saya sudah siap menyerang Cristian Benteke di hari di mana ia dijual dengan biaya transfer lebih murah dari harga pembeliannya dengan wajah “Hmm… Sudah kuduga.”