Enam matchday berlalu sudah. Liga Inggris resmi berlanjut, ditengah pandemi Corona yang mulai reda. Liverpool keluar sebagai juara setelah menanti tiga dekade. Sementara itu, di bawahnya, persaingan meraih tiket Liga Champions berlangsung seru.
Hampir semua tim yang masih berpeluang lolos, menampilkan performa apik. Begitu pula Chelsea, meski baru saja menelan kekalahan, secara keseluruhan, mereka tampil cukup lumayan dengan memenangkan empat laga dan hanya menderita dua kekalahan.
The Blues masih mengamankan diri di posisi tiga klasemen sementara. Sebagai tambahan, tim London Barat itu juga sukses melaju ke semifinal Piala FA usai menjungkalkan Leicester City di Stadion King Power.
Kredit khusus pantas dialamatkan kepada lini serang The Blues. Berkat penampilan impresif Tammy Abraham dan kolega, dari enam laga di Liga Inggris, Chelsea sukses memborong 12 gol.
Sayangnya, catatan tersebut ternoda oleh 10 kali kebobolan, akibat pekerjaan rumah yang itu-itu saja ― buruknya cara bertahan lini belakang dan performa kiper yang angin-anginan.
Ibarat mobil, bagian depan Chelsea bak Ferrari, sementara di belakang, keropos seperti mobil keluaran abad sebelumnya.
Satu nama di lini depan Chelsea layak disorot belakangan ini. Tanpa mengesampingkan Christian Pulisic yang memang secara keseluruhan tampil trengginas, nama Willian Borges mestilah mendapat pujian.
Dari tujuh laga yang dilakoni Chelsea di semua kompetisi selepas liga bergulir kembali, Willian terlibat dalam 7 dari 12 gol The Blues. Pemain Brazil itu sukses menyarangkan empat gol, tiga dari titik putih dan satu dari tendangan bebas, serta mencetak tiga asis.
Secara keseluruhan, dari 43 laga bersama Chelsea musim ini, Willian membobol gawang lawan sebanyak 11 gol dan mengumpan sembilan asis kepada pencetak angka.
Pencapaiannya musim ini bisa dikatakan salah satu yang terbaik, sejauh karirnya di Chelsea bermula sejak musim 2013/2014. Setelah Chelsea kehilangan Eden Hazard yang hengkang ke Real Madrid, satu-satunya panutan di lini serang hanyalah Willian seorang.
Dirinya, bersama sang kapten Cesar Azpilicueta, merupakan sisa skuat juara Liga Inggris pada musim 2014/2015 di bawah asuhan Jose Mourinho. Bahkan di musim berikutnya, ketika The Blues rontok akibat intrik di ruang ganti, Willian mengakhiri musim dengan cara yang manis.
Kala itu, dipecat di tengah jalan, setelah terjadi friksi antara dirinya dengan beberapa pemain. Kondisi tersebut mempengaruhi penampilan penggawa Chelsea, salah satunya sang bintang, Hazard. Namun, Willian sepenuhnya tak kehilangan arah.
Penampilan yang konsisten sukses mengantarkan dirinya menyabet Chelsea Player of The Year. Aksi paling diingat barangkali adalah deretan tendangan bebasnya yang kerap disepadankan dengan Gianfranco Zola.
Kini, ketika nomor sepuluh Chelsea berpindah ke dirinya, beban itu ada dipundak Willian. Tatkala raibnya taman Eden di Stamford Bridge, mau tidak mau tugas membuka ruang di pertahanan lawan berada di kakinya.
Beban dan tantangan itu bertambah seiring kritik yang mengatakan bahwa Willian sudah habis di makan usia. Namun, pembuktiannya dalam tujuh laga terakhir, perlahan mengikis anggapan tersebut.
Kepemimpinan, keuletan, kerja keras, dan determinasi masih terlihat dari setiap penampilannya. Bahkan, ia masih sanggup menjadi starter dalam enam laga beruntun di Liga Inggris yang rata-rata dimainkan per tiga hari saja.
Termasuk juga ketika menemukan tandem seperti Pulisic, Willian bekerja dengan cukup baik. Berkat penampilan impresifnya itu, teka teki masa depan mantan pemain Shakhtar Donetsk tersebut semakin sulit saja ditebak.
Ia kemungkinan berstatus free transfer ketika musim ini berakhir. Negosiasi perpanjangan masa baktinya di Chelsea berlangsung alot. Pihak Willian meminta tiga tahun kontrak, sementara manajemen enggan memberi angka di atas dua musim.
Bagaimanapun, ada kebijakan tak tertulis di mana pemain usia 30 tahun ke atas hanya mendapat kontrak jangka pendek di Stamford Bridge.
Namun, jika tawar menawar itu akhirnya membuat Willian bertahan, tambahan tenaga dan pengalamannya di musim depan membuat The Blues patut diwaspadai oleh para rival.
Sebab, nama baru seperti Timo Werner dan Hakim Ziyech, serta penggawa muda dari akademi, bakal mendapat arahan langsung dari pemain yang sukses mengarungi kerasnya rimba Liga Inggris dan berhasil menyabet dua kali medali juara.
Sebagai tumbal, Willian kemungkinan bakal kehilangan banyak menit bermain. Sesuatu yang tentu saja kurang disukai seorang pemain yang merasa dirinya masih mampu berkontribusi di level tertinggi sepak bola.
Yah, semuanya masih buram, hingga musim ini berakhir. Masa depan Willian ada di tangannya sendiri. Sejauh ini, mari nikmati saja aksi nyabersama The Blues hingga penghujung kompetisi.
Sembari berharap ia tetap bertahan. Kalaupun beranjak pergi, jangan lupa berdoa agar Willian tidak menyeberang ke klub London lainnya, sebagaimana gosip yang beredar belakangan ini.