Berbicara tentang sepakbola, maka sulit menepikan fanatisme para suporter dalam mendukung tim kesayangannya. Entah itu kesebelasan lokal maupun klub-klub dari luar negeri. Guna membuktikan rasa cinta seraya mendukung timnya, para suporter rela melakukan apa saja. Termasuk menabung untuk membeli merchandise asli sampai berlangganan kanal yang memegang hak siar resmi dari kompetisi yang diikuti klub kesayangan.
Di Indonesia, kita bisa melihat sendiri ada begitu banyak kelompok suporter atau komunitas yang lahir gara-gara memiliki rasa yang sama. Misalnya saja The Jak yang mendukung Persija, Bonek yang menggemari Persebaya atau Inter Club Indonesia yang merupakan wadah bagi fans Internazionale Milano.
Khusus bagi mereka yang mengidolakan tim-tim asing, pasti memiliki persediaan duit tersendiri yang mesti dikuras setiap bulan demi melihat tim kesayangan berlaga. Industrialisasi sepakbola menyebabkan kompetisi-kompetisi ternama, umumnya di Eropa, punya harga tersendiri.
Akibatnya, banyak kanal-kanal televisi maupun streaming yang rela menggelontorkan duit masif demi mendapatkan hak siar secara resmi. Lewat hak siar inilah, suatu lembaga penyiaran dapat mendistribusikan tayangan sepakbola dari suatu kompetisi secara aman dan sah ke wilayah tertentu.
Terkait sepakbola Eropa, masifnya industrialiasi di sana membuat hak siar jadi salah satu kunci kehidupan bagi klub-klub yang ada. Pasalnya, setiap klub mendapat dana segar dari pertandingan mereka yang disiarkan secara langsung melalui televisi atau layanan streaming di internet.
Di tanah air, sejumlah kanal televisi maupun penyedia layanana streaming yang memegang hak siar dari kompetisi Eropa antara lain RCTI (Serie A) yang bekerja sama dengan Bein Sports, SCTV dan Vidio (La Liga Spanyol, Liga Champions, dan Liga Europa), NET TV yang berkongsi dengan Mola TV dalam menyiarkan laga-laga Bundesliga dan Liga Primer Inggris, hingga RTV yang mengambil hak siar Championship Division (kasta kedua di piramida sepakbola Inggris).
Sayangnya, kepemilikan hak siar tersebut masih mengundang pro dan kontra. Terutama bagi lembaga penyiaran yang menyediakannya via streaming saja seperti yang dilakukan Mola TV. Meski bekerja sama dengan NET TV, tetapi Mola TV sebagai pemegang hak siar utama memilih untuk menyiarkan laga-laga berkelas dari Bundesliga maupun Liga Primer Inggris. Sementara rekan kongsinya kebanyakan mendapat jatah hak siar dari pertandingan klub-klub papan tengah maupun bawah.
Di luar daripada itu, harga yang dipatok Mola TV untuk berlangganan setiap bulan dirasa tidak ramah bagi kantong masyarakat Indonesia pada umumnya. Apalagi biaya berlanggangan tersebut tidak termasuk kuota internet yang mesti dimiliki untuk mengakses pertandingan. Ditambah lagi, fans mesti memiliki alat tertentu semisal televisi digital supaya siaran dari kanal ini bisa diakses (jika tidak menggunakan aplikasi resmi di gawai).
Situasi itulah yang bikin mereka mencari laman-laman penyedia jaringan streaming ilegal yang lebih hemat. Pasalnya, untuk menyaksikan laga sepakbola via streaming ilegal, kita tak perlu mengeluarkan dana lebih, cukup bermodalkan paket internet yang berlimpah dan cepat.
Sebenarnya, jika kita memang mengaku sebagai penggemar yang amat mencintai tim kebanggaan, menyaksikan laga tim kesayangan lewat kanal resmi adalah keharusan. Terlebih, hak siar di Indonesia sebetulnya jauh lebih murah dan mudah diakses ketimbang negara-negara lain. Maka tak ada alasan bagi kita untuk terus mengakses pertandingan dari tim kesayangan via streaming ilegal.
Jika berbicara tidak adil karena laga dari tim-tim tertentu saja yang acap disiarkan, maka itu tak lebih dari egoisme fans semata. Dengan banyaknya suporter dari klub besar Eropa di tanah air, menayangkan laga-laga yang melibatkan klub-klub itu jelas lebih menguntungkan. Bagaimanapun juga, pemegang hak siar bakal mempertimbangkan selera pasar dan rating. Andai laga El Clasico antara Barcelona dan Real Madrid lebih diminati, untuk apa menayangkan partai Getafe melawan Real Valladolid?
Lagi pula, dari situlah pemegang hak siar mendapatkan keuntungan. Semakin banyak orang yang menonton suatu laga via kanal resmi mereka, berarti semakin banyak pula orang yang mau menggelontorkan duit untuk berlangganan. Bila mendapat kepuasan dari tayangan di suatu kanal pemegang hak siar, maka bisa dipastikan para suporter akan mengakses kanal tersebut secara terus-menerus.
Menonton pertandingan sepakbola dari tim kesayangan lewat siaran resmi adalah bentuk pengorbanan dari fans. Walau harus merogoh kocek lebih dalam, tetapi cara ini justru mendatangkan manfaat bagi klub favorit. Ya, rekening mereka bakal bertambah sebab ada pemasukan yang jelas dari hak siar. Keadaan serupa takkan terjadi kalau kita menyaksikan laga mereka via streaming ilegal.
Terlebih, sekarang sudah banyak pemegang hak siar yang menyediakan paket hemat dalam menyiarkan laga sepakbola. Saya sendiri merasakan manfaatnya karena bisa menekan pengeluaran. Suka atau tidak, industrialisasi sepakbola memang mengubah cara berpikir kita. Bila dahulu kita cuma mementingkan ego sehingga melakukan cara-cara kurang elok demi menyaksikan tim kesayangan berlaga, maka kini ada segudang cara elok buat menunaikannya.
Sudah sepatutnya fanatisme yang kita miliki sebagai penggemar sepakbola mengarah kepada hal-hal positif. Termasuk mengenai cara menyaksikan pertandingan. Walau perlahan, kita bisa mulai belajar untuk menonton pertandingan sepakbola dari kanal televisi atau penyedia layanan streaming legal, bukan sebaliknya.