Asa Tersisa di Pundak Saint-Maximin

Badannya gempal, tetapi kecepatannya mengagumkan. Pun dengan gocekan kakinya. Pantas bila presensi Allan Saint-Maximin di lini depan Newcastle United cukup ditakuti.

Bagi suporter The Magpies, Saint-Maximin adalah pemberi rasa bahagia. Performanya di atas lapangan begitu total bagi Newcastle. Saat kalah, lebih-lebih lagi ketika menang.

Dana sebesar 18 juta Euro yang digelontorkan manajamen untuk memboyongnya dari OGC Nice pada musim panas 2019 lalu dinilai sepadan.

Malang buat Saint-Maximin, Newcastle betah menjadi klub yang saban musim terseok-seok di papan bawah guna lepas dari jerat degradasi.

Entah sampai kapan The Magpies bertahan menjadi pesakitan. Kekalahan telak dari Manchester United (11/9) makin menegaskan kepayahan klub yang berkandang di Stadion St. James’ Park ini.

Ya, sampai pekan keempat Premier League, Newcastle tertahan di papan bawah dengan koleksi satu poin saja!

Ancaman degradasi, kendati musim kompetisi masih panjang, terasa kian menghantui.

Melengserkan sang juru taktik, Steve Bruce, barangkali takkan sepenuhnya melunturkan derita Newcastle meski keputusan tersebut dirasa paling rasional.

Sudah bermusim-musim, fans tidak mendukung Bruce sebagai arsitek tim. Pria beruban itu dinilai tak kapabel buat menangani The Magpies. Rapornya sebagai pelatih pun menunjukkan hal tersebut.

Salah satu hal yang tidak disukai fans dari Bruce adalah kebiasaannya bereksperimen. Padahal, banyak laga yang dihadapi Newcastle begitu krusial buat merengkuh poin.

Saat tumbang dari United, Bruce mendapuk Isaac Hayden sebagai bek tengah dalam formasi 5-3-2. Padahal di bangku cadangan Newcastle saat itu masih ada dua bek sentral murni, Federico Fernandez dan Fabian Schar.

Selain pelatih, sumber utama masalah di tubuh klub adalah sang pemilik, Mike Ashley. Sudah menjadi rahasia umum kalau pria tambun ini tak memiliki visi apapun untuk memajukan klub.

BACA JUGA:  VAR dan Sepakbola yang Selalu Kontroversial

Satu yang ada di benak figur brengsek ini adalah meraup keuntungan sebesar-besarnya dari Newcastle untuk kemakmurannya sendiri.

Musim ini terlihat suram sekali buat The Magpies. Rasanya kalau di pengujung musim nanti klub harus menerima nasib terdegradasi, maka fans harus ikhlas.

Walau demikian, Saint-Maximin tampak ogah menyerah. Selagi ada kesempatan mencetak gol dan meraup poin di atas rumput hijau, ia takkan menyia-nyiakannya.

Kala bermain melawan Leeds United di kandang sendiri (18/9), gol Saint-Maximin berhasil membawa timnya menyamakan kedudukan.

Golnya itu bikin fans yang memadati St. James’ Park bersorak gembira. Ada kelegaan luar biasa yang terlihat dari mereka.

Laga itu sendiri berakhir imbang 1-1 sehingga Newcastle berhak atas poin keduanya pada musim ini.

Berbekal dua poin dari lima pertandingan, The Magpies nangkring di posisi delapan belas atau tempat terakhir bagi mereka yang siap turun divisi.

Pada musim perdananya berbaju strip hitam-putih, Saint-Maximin beraksi dengan cukup prima.

Musim debutnya di Premier League berujung pada 4 gol dan 7 asis dari 30 pertandingan yang dimainkannya.

Tak kelewat impresif tetapi determinasi yang selalu muncul dari Saint-Maximin membuatnya jadi pujaan anyar.

Sayangnya, musim kedua Saint-Maximin berseragam Newcastle berjalan kurang baik gara-gara deraan cedera. Ia hanya tampil 26 kali dengan menorehkan 3 gol dan 4 asis.

Kini dengan kondisi kebugaran yang lebih baik, Saint-Maximin menyongsong musim 2021/2022 dengan semangat baru dan misi membawa The Magpies tampil lebih baik.

Sejauh ini, Saint-Maximin sudah menorehkan 2 gol dan 2 asis. Pada musim ini, sosok kelahiran Chatenay-Malabry tersebut acap dimainkan sebagai penyerang tunggal oleh Bruce.

Selain menjadi mesin gol utama, presensi Saint-Maximin di sektor depan juga difungsikan sebagai pembuka ruang bagi rekan-rekannya.

BACA JUGA:  Menjadi yang Terbaik ala Carlo Pinsoglio

Kemenangan yang dicari Newcastle akan diupayakannya semaksimal mungkin. Sebab hanya itu satu-satunya cara buat anak asuh Bruce dapat menjamin partisipasinya di Premier League musim depan. Kemenangan harus didapat secara meyakinkan.

Saint-Maximin sendiri enggan merasakan kepahitan yang sama seperti dalam laga kontra Southampton (28/8) yang berujung seri.

Ketika itu Newcastle memimpin hingga detik-detik akhir laga. Sampai akhirnya, lawan sukses bikin gol penyeimbang via penalti.

“Kami memimpin satu-nol, satu-satu. Menit akhir kami mencetak gol, dua-satu, dan kami seri, dua-dua. Jadi ya, hal itu sungguh aneh, tapi kami harus tetap lanjut,” tegas Saint-Maximin seperti yang diunggah pada akun Twitter @footballdaily.

Di tengah segala kesuraman yang The Magpies rasakan, setidaknya ada sedikit asa yang tersisa. Asa itulah yang diletakkan fans Newcastle di pundak Saint-Maximin.

Komentar
Nomor punggung 51, asli Jawa dan menggemari Newcastle United. Howay The Lads. Bisa disapa via akun Twitter @lordmadonass