Alvaro Morata: Penyerang Modern dalam Taktik Juventus

Dalam perjalanan Juventus menuju final Liga Champions musim kompetisi 2014/15, jasa Alvaro Morata termasuk sangat besar. Alasannya sederhana. 4 gol dalam 6 pertandingan babak knockout berhasil dicetak oleh pemain bernomor punggung 9. Namun, pada tulisan ini, kita takkan banyak membahas soal 4 gol tersebut. Di sini, yang menjadi pokok bahasan utama adalah bagaimana keterlibatan seorang Alvaro Morata dalam berbagai fase permainan dan taktik Juventus secara keseluruhan.

Dalam beberapa tahun belakangan, istilah “penyerang modern” menjadi begitu populer di dunia sepak bola. Istilah ini digunakan untuk menyebut penyerang-penyerang yang tak sekadar menunggu bola di kotak penalti dan mencetak gol. Para penyerang modern ini turut berperan aktif dalam fase build-up serangan dan membuka ruang bagi rekan-rekannya.

Lionel Messi adalah salah satu contoh terbaik penyerang modern. Di bawah asuhan Josep Guardiola, Messi mulai memerankan peran yang dikenal sebagai peran false nine. Dalam memainkan peran ini, Messi sejatinya merupakan seorang pemain no. 9, akan tetapi, alih-alih bergerak statis sebagai ujung tombak, Messi hampir tidak pernah berada di posisi yang seharusnya sebagai pemain no. 9. Ia banyak bermain melebar ke sayap atau half space serta turun ke bawah sejajar dengan lini tengah timnya. Sederhananya, ia menjadi pemain no. 9 yang menipu.

Dalam dua partai menghadapi Borussia Dortmund di babak 16 besar, Morata dipasangkan dengan Carlos Tevez. Sebagai penyerang, keduanya menjalankan tugas dengan sempurna. Tevez membuat 3 gol dan Morata membuat 2 gol. Juventus pun menang dengan agregat 5-1. Selain mencetak 2 gol, Morata juga berperan aktif ketika Juventus sedang berada dalam fase bertahan. Lihat gambar di bawah untuk melihat bagaimana keterlibatan Morata dalam bertahan.

Menit 00:15 Juventus vs Dortmund: Dalam sebuah pressing blok tinggi, Juventus berhasil memaksa Roman Weidenfeller (kiper Dortmund) untuk melepaskan umpan jauh. Bola dikontrol Henrikh Mkhitaryan (Miki) dan kemudian diarahkan kepada Marcel Schmelzer. Morata yang tadinya berada di sepertiga pertahanan Dortmund bergerak turun ke lini tengah (middle third) dan memberikan tekanan dari belakang terhadap Schmelzer. Pergerakan Morata ini sekaligus menyeimbangkan jumlah pemain dan menciptakan situasi 3 v 3 (1). Bola berhasil direbut oleh Morata (2) untuk kemudian dioper ke tengah (3). Gerakan Morata ini sebetulnya sederhana, tetapi sangat berguna dalam membantu Juventus mengambilalih penguasaan bola. Apa yang Morata lakukan merupakan bagian dari taktik Massimiliano Allegri yang melibatkan penyerangnya dalam fase transisi bertahan maupun fase bertahan Juventus, dan Morata melibatkan dirinya dalam sistem ini.
Menit 00:15 Juventus vs Dortmund: Dalam sebuah pressing blok tinggi, Juventus berhasil memaksa Roman Weidenfeller (kiper Dortmund) untuk melepaskan umpan jauh. Bola dikontrol Henrikh Mkhitaryan (Miki) dan kemudian diarahkan kepada Marcel Schmelzer. Morata yang tadinya berada di sepertiga pertahanan Dortmund bergerak turun ke lini tengah (middle third) dan memberikan tekanan dari belakang terhadap Schmelzer. Pergerakan Morata ini sekaligus menyeimbangkan jumlah pemain dan menciptakan situasi 3 v 3 (1). Bola berhasil direbut oleh Morata (2) untuk kemudian dioper ke tengah (3). Gerakan Morata ini sebetulnya sederhana, tetapi sangat berguna dalam membantu Juventus mengambilalih penguasaan bola. Apa yang Morata lakukan merupakan bagian dari taktik Massimiliano Allegri yang melibatkan penyerangnya dalam fase transisi bertahan maupun fase bertahan Juventus, dan Morata melibatkan dirinya dalam sistem ini.

Pergerakan Morata dalam pressing seperti ini dilakukan dalam berbagai kesempatan. Salah satunya dilakukan pada menit ke-46. Dortmund yang mencoba masuk dari sisi kanan Juventus menemukan barikade pertahanan Juventus dalam bentuk 6v7 (keuntungan di pihak Juventus). Sebuah bola liar jatuh ke lapangan tengah dan seperti akan dikuasai oleh Ilkay Guendogan. Tetapi, mirip seperti situasi Morata vs Schmelzer di atas, Morata muncul dari belakang Guendogan (yang saat itu sedang menghadap gawang Juventus sehingga tidak menyadari kehadiran Morata di belakangnya), merebut bola, dan memberikan umpan pada Carlos Tevez untuk segera melancarkan serangan balik.

Menit 10:56, touchline pressing Juventus: Lagi-lagi dalam fase bertahan Morata turun ke bawah dan membantu menciptakan situasi 6v3 saat Dortmund coba menyerang lewat sisi kiri (1). Pengambilan posisi Morata, selain membantu Juventus menekan pemain Dortmund di touchline area, juga memberikan keuntungan lain dalam fase transisi menyerang. Singkatnya, Juventus berhasil mengambilalih penguasaan bola dari kaki Miki (2) dan (3), untuk kemudian memulai serangan balik. Morata yang masih berada di sisi kiri dan berada di area antara lini belakang dan tengah Dortmund menerima bola dan melakukan dribel cepat ke depan. Tetapi, gerakannya berhasil dihentikan oleh Mats Hummels (5).
Menit 10:56, touchline pressing Juventus: Lagi-lagi dalam fase bertahan Morata turun ke bawah dan membantu menciptakan situasi 6v3 saat Dortmund coba menyerang lewat sisi kiri (1). Pengambilan posisi Morata, selain membantu Juventus menekan pemain Dortmund di touchline area, juga memberikan keuntungan lain dalam fase transisi menyerang. Singkatnya, Juventus berhasil mengambilalih penguasaan bola dari kaki Miki (2) dan (3), untuk kemudian memulai serangan balik. Morata yang masih berada di sisi kiri dan berada di area antara lini belakang dan tengah Dortmund menerima bola dan melakukan dribel cepat ke depan. Tetapi, gerakannya berhasil dihentikan oleh Mats Hummels (5).
Serangan balik dimulai
Serangan balik dimulai

Dalam partai lain menghadapi Fiorentina di ajang Coppa Italia, Alvaro Morata juga memperlihatkan disiplin taktikal yang baik. Dalam pertandingan itu, Juventus bermain dengan formasi dasar 4-1-2-1-2 narrow diamond. Dalam sebuah serangan, Fiorentina mencoba masuk lewat tengah dan Juventus merapatkan jarak sekaligus menutup jalur umpan di area tengah untuk menghentikan serangan. Roberto Pereyra yang bermain sebagai gelandang serang tengah (AM) melakukan pressing dan meninggalkan posnya. Tetapi, Juventus tetap tidak kehilangan bentuk karena Arturo Vidal, yang bermain sebagai salah satu gelandang tengah (CM) mengisi posisi Pereyra. Sementara itu, posisi Vidal diisi oleh Morata yang turun ke bawah.

BACA JUGA:  Apa yang Terjadi Jika Messi Lahir Lebih Dulu dari Pele?
Morata dalam formasi narrow diamond di lini tengah Juventus.
Morata dalam formasi narrow diamond di lini tengah Juventus.

Dengan bermain menggunakan formasi narrow diamond, rencana taktik Juventus sangat jelas. Mereka berusaha menutup akses di area tengah dan memaksa lawan bermain melebar. Saat lawan berada di area sayap, Juventus akan menerapkan touchline pressing dengan menciptakan superioritas jumlah pemain. Morata menunjukkan bahwa ia bisa diandalkan dalam fase ini.

Morata dalam turun begitu jauh dari lini serang dan masuk ke lini pertahanan.
Morata dalam turun begitu jauh dari lini serang dan masuk ke lini pertahanan.

Menghadapi Fiorentina, Morata dipasangkan dengan Alessandro Matri. Sedikit penyesuaian pun dilakukan oleh Allegri. Bila biasanya dengan Tevez, Morata bergantian masuk ke lini ke tengah untuk membantu pertahanan, dalam pertandingan ini Morata-lah yang lebih banyak bergerak turun. Sementara, Matri lebih banyak mengambil posisi lebih ke depan dibandingkan Morata, dan Morata pun menjalankan peran ini dengan tingkat kedisiplinan yang memuaskan.

Keuntungan meminta penyerang untuk turun membantu pertahanan tim adalah pemain tengah dan pemain belakang bisa lebih berkonsentrasi dalam mempertahankan bentuk pertahanan yang telah direncanakan. Dalam beberapa situasi bertahan yang spesifik, Morata yang bertindak sebagai presser utama pada pemain lawan yang menguasai bola, sedangkan para gelandang dan bek yang berada di dekatnya justru lebih berfungsi sebagai cover, berjaga-jaga bila lawan yang di-press Morata mampu meloloskan diri. Dengan cara ini, bek Juventus tidak perlu mengambil risiko untuk keluar dari posisi yang malah menyebabkan banyak celah di pertahanan.

Pada laga semifinal Liga Champions menghadapi Real Madrid, Alvaro Morata mencetak gol balasan ke gawang El Real dalam sebuah pertandingan penuh tekanan di Santiago Bernabeu. Ini menunjukkan bahwa ia merupakan pemain untuk “partai Eropa”. Pertandingan di kancah antarklub Eropa jelas bukan partai besar biasa, apalagi ketika sudah memasuki fase knock-out dan menghadapi klub-klub dengan tradisi kuat. Untuk bermain bagus dan memberikan pengaruh besar dalam laga semacam ini, seorang pemain dituntut untuk memiliki mental sebagai “pemain Eropa”. Sejauh ini, Alvaro Morata berhasil menunjukan bahwa ia memiliki mental tersebut.

Menghadapi Real Madrid yang menerapkan pressing blok tinggi terhadap lini belakang lawan, sebuah tim memerlukan ketenangan serta penempatan posisi yang benar untuk bisa meloloskan diri. Sering ditemui, sebuah tim yang ditekan begitu dalam di pertahanan mereka terpaksa melepaskan umpan jauh yang pada akhirnya hanya berakhir sia-sia. Hal yang sama menimpa Juventus dalam pertandingan tersebut. Pressing Real Madrid sering membuat mereka kesulitan. Tetapi, dalam beberapa momen Juventus mampu meloloskan diri dari pressing ini. Salah satunya, seperti yang bisa dilihat pada gambar di bawah.

Dalam sebuah situasi pressing, Real Madrid sukses menciptakan situasi 5v5 dengan keuntungan ada pada Real Madrid. Dalam momen ini, Stephan Lichtsteiner yang memegang bola tadinya hanya memiliki dua opsi umpan. Pertama, umpan balik pada Andrea Pirlo yang kurang menguntungkan karena ada dua pemain Real Madrid di dekatnya. Kedua, membuang bola jauh ke depan, yang sangat mungkin hanya akan jatuh ke tangan pemain bertahan Real Madrid. Dalam situasi ini, Morata bergerak dengan baik. Ia turun dari depan secara gradual sebelum akhirnya menemukan sebuah celah vertikal antara lini tengah dan belakang Real Madrid. Lichtsteiner yang melihat pergerakan tersebut segera memberikan umpan ke area tersebut (di mana Morata berada tanpa penjagaan). Juventus pun berhasil lolos dari pressing fase pertama Real dan memulai serangan balik.
Dalam sebuah situasi pressing, Real Madrid sukses menciptakan situasi 5v5 dengan keuntungan ada pada Real Madrid. Dalam momen ini, Stephan Lichtsteiner yang memegang bola tadinya hanya memiliki dua opsi umpan. Pertama, umpan balik pada Andrea Pirlo yang kurang menguntungkan karena ada dua pemain Real Madrid di dekatnya. Kedua, membuang bola jauh ke depan, yang sangat mungkin hanya akan jatuh ke tangan pemain bertahan Real Madrid. Dalam situasi ini, Morata bergerak dengan baik. Ia turun dari depan secara gradual sebelum akhirnya menemukan sebuah celah vertikal antara lini tengah dan belakang Real Madrid. Lichtsteiner yang melihat pergerakan tersebut segera memberikan umpan ke area tersebut (di mana Morata berada tanpa penjagaan). Juventus pun berhasil lolos dari pressing fase pertama Real dan memulai serangan balik.

Morata juga beberapa kali terlihat melakukan pressing berorientasi pada akses terhadap pergerakan pemain Real Madrid yang sedang menguasai bola. Salah satu contohnya adalah momen pada menit ke-58 di mana Morata membayang-bayangi Isco yang sedang melakukan dribel dan sukses mengarahkan Isco untuk mengumpan ke sayap. Padahal, Isco memiliki opsi umpan yang sebenarnya lebih baik ke area half space (kepada Toni Kroos).

BACA JUGA:  Enzo Fernandez Hadirkan Kesegaran untuk Argentina
Morata menutup akses umpan kepada Toni Kroos. Dalam sebuah serangan, Isco yang berada di sisi kanan menerima bola. Dalam sekejap, terlihat opsi umpan bagus ada di half space dekatnya, yaitu pada Toni Kroos. Tetapi, dengan pergerakan Alvaro Morata yang mengikuti gerakan Isco, jalur umpan pada Kroos pun tertutup. Sehingga, Isco dipaksa untuk mengumpan ke sayap yang berujung pada direbutnya bola oleh Evra dan Morata.
Morata menutup akses umpan kepada Toni Kroos. Dalam sebuah serangan, Isco yang berada di sisi kanan menerima bola. Dalam sekejap, terlihat opsi umpan bagus ada di half space dekatnya, yaitu pada Toni Kroos. Tetapi, dengan pergerakan Alvaro Morata yang mengikuti gerakan Isco, jalur umpan pada Kroos pun tertutup. Sehingga, Isco dipaksa untuk mengumpan ke sayap yang berujung pada direbutnya bola oleh Evra dan Morata.

Contoh yang diberikan dalam gambar terakhir merupakan contoh pergerakan Morata yang tidak banyak diapresiasi oleh penonton, padahal momen-momen seperti inilah yang membantu sebuah tim mengontrol pertandingan. Momen-momen seperti ini merupakan fase awal dari pertahanan sekaligus juga berpotensi sebagai fase awal serangan balik tim.

Gol memang merupakan sesuatu yang penting. Tetapi, perlu diketahui bahwa gol lahir dalam fase eksekusi. Fase eksekusi ini adalah sebuah fase permainan yang dicapai setelah sebuah tim melewati fase transisi bertahan atau bertahan (bila diperlukan), fase buildup (membangun serangan), dan fase menyerang. Untuk bisa memasuki fase eksekusi, sebuah tim memerlukan proses. Dari banyak proses inilah permainan dibangun. Dari banyak proses inilah sebuah tim mengontrol pertandingan, dan dari banyak proses inilah sebuah tim bisa menciptakan peluang menembak.

Alvaro Morata berhasil mencuri hati publik dan pendukung Juventus dengan gol-gol pentingnya musim ini. Tetapi, di balik itu semua ada banyak peran Morata dalam berbagai fase permainan Juventus yang lebih dari sekadar mencetak gol. Morata memang seorang penyerang yang kinerjanya tentu saja diukur berdasarkan berapa banyak gol yang ia cetak, namun keterlibatannya dalam berbagai fase permainan itulah yang membuatnya spesial.

Selain pemahaman dan kedisiplinan taktikal yang telah dijelaskan di atas, kelebihan utama Alvaro Morata terletak pada teknik individunya. Ia memiliki kemampuan dribel yang bagus saat melakukan penetrasi ke area pertahanan lawan. Ia juga punya kelebihan dalam penempatan posisi ketika tim dalam fase transisi menyerang dan fase menyerang. Dengan usianya sekarang, Morata juga sudah mampu memerlihatkan ketenangan dalam menjalani partai-partai penting Juventus.

Bagaimana dengan kekurangannya? Seperti kebanyakan penyerang, Morata tidak memiliki work rate sebaik gelandang bertahan. Sebuah hal yang wajar, sebenarnya, namun apabila ia harus melibatkan diri dalam fase bertahan Juventus (termasuk ketika melakukan pressing dan mantoman marking), work rate merupakan salah satu syarat penting. Dibandingkan dengan Luis Suarez, Alvaro Morata inferior dalam hal ini. Bila Morata diminta untuk memainkan peran sebagai defensive forward, mungkin saja hasilnya tidak akan maksimal. Satu hal lain, meski berpostur cukup tinggi, kemampuan aerial duel Morata belum sering terlihat. Ini bisa membuatnya kesulitan ketika lawan berhasil mengisolasi ancaman Morata lewat bola-bola bawah.

 

Komentar