Granit Xhaka, Arsenal, dan Tanah Terjanji

Musa mengangkat tongkatnya. Angin bertiup makin kencang seiring Musa menarik napas. Para umat di belakangnya justru menahan napas, menyaksikan alam berubah dengan cepat.

Permukaan laut yang tenang mulai bergolak, airnya berkecipak dengan riuh. Beberapa saat kemudian, mukjizat tercatat. Laut yang tenang terbelah perlahan, menampilkan dasarnya yang bergelombang dan licin.

Mengemban tanggung jawab dan titah dari Sang Pencipta, Musa bertahan di tengah deraan bangsa Mesir dan Firaun.

Manusiawi, sempat gentar ia melihat hamparan laut luas di hadapannya dan terlihat mustahil untuk dilewati. Padahal, jauh di belakang, pasukan Firaun mengejar dengan hasrat bumi hangus. Ketika keadaan semakin genting itulah, Sang Pencipta memerintahkan Musa mengacungkan tongkatnya ke atas laut.

Imannya teguh, laut terbelah. Bangsa Yahudi menyeberangi laut dengan aman. Pasukan Firaun yang mengejar pada akhirnya tumpas dimakan laut.

Kenabian Musa lahir dari tanggung jawab. Sikap yang ia tunjukkan dibarengi iman yang kuat. Ia tak mengecewakan kepercayaan Tuhan untuk memimpin bangsa yang dikasihinya menuju Tanah Terjanji.

***

Tanggung jawab: Granit Xhaka dan Arsenal

Setelah tarik ulur selama beberapa bulan, akhirnya Granit Xhaka resmi berseragam Arsenal. Borussia Moenchengladbach luluh juga setelah Arsenal menaikkan tawarannya ke angka 23 juta Pondsterling. Namun, Gladbach dan Direktur Olahraga mereka, Mac Eberl, memberikan perlawanan terakhir di meja perundingan.

The Gunners dan Gladbach akhirnya berjabat tangan di angka 25 juta Poundsterling. Tahukah Anda bahwa tawaran Arsenal “hanya” 19 juta Poundsterling?

Pada awalnya, media ramai-ramai menyebut Arsenal bakal mengeluarkan mahar tak kurang dari 40 juta poundsterling total dengan bonus. Untuk gelandang bertahan dengan kemampuan build-up, mahar 25 juta tentu sebuah deal yang bagus.

Soal mahar dan nilai transfer tentu bukan sebuah masalah untuk Arsenal. Bahkan bila harus menebus “sebuah overpriced” 68 juta Poundsterling untuk Romelu Lukaku, Arsenal dengan mudah melakukannya.

Namun Arsenal tak akan melakukannya. Hanya manajemen tanpa keharmonisan yang akan dengan enteng membuang uang demi membangun klub membosankan. Konyol.

Soal Xhaka, apa yang bisa diharapkan Arsenal dari pemain berpaspor Swiss tersebut? Seperti yang disinggung di atas: soal tanggung jawab.

Usianya baru menginjak 22 tahun ketika diserahi tanggung jawab memimpin skuat Gladbach dari lorong ganti menuju lapangan. Ia memang rajin mengumpulkan kartu kuning dan merah. Namun jangan lupa juga bagaimana rekam jejak Patrick Vieira bersama Arsenal. Emosi, apabila diarahkan ke hal positif tentu akan produktif.

Baik Xhaka, Vieira, dan Musa dihubungkan oleh sebuah pengertian bernama tanggung jawab. Ketiganya mengemban amanat dan bertugas untuk mewujudkannya.

BACA JUGA:  Nostalgia Blackburn Rovers Melalui Kehebatan Leicester City

Sejak kecil, Xhaka sudah akrab dengan tanggung jawab. Ia memiliki seorang kakak bernama Taulant yang lebih tua 18 bulan darinya. Lantaran Taulant yang teledor dan punya kebiasaan menghilangkan barang, Xhaka diberi tanggung jawab untuk menyimpan kunci rumah ketika orang tua mereka pergi. Saat itu mereka masih tinggal di Swiss dan Xhaka masih berusia 5 tahun.

Ketika bermain untuk Gladbach, dan bola berada di kaki kiper atau bek tengah, Xhaka akan segera mendekat untuk meminta bola. ketika tidak menguasai bola, ia akan berada di tempat yang enak untuk menerima umpan sembari bertepuk tangan di atas kepalanya. Ia ingin rekan-rekannya menunjukkan urgensi dan sesegera mungkin mengumpan bola menghindari pressing lawan.

Xhaka menjadi pengemban aliran bola untuk Gladbach. Ia seperti menjadi mercusuar dan breakwater, sebuah tonggak yang selalu ada, baik ketika tim membutuhkan arahan serangan dan sebagai pengingat bahwa ia akan selalu ada untuk menerjang, memecah ombak serangan lawan.

Ia mempunya tanggung jawab sebagai kapten. Dan, Xhaka mengembannya dengan iklas.

Di Arsenal, Xhaka dan Mohamed Elneny (yang diboyong Januari lalu) akan mengisi tempat Mathieu Flamini dan Mikel Arteta. Sebuah upgrade yang tentu tidak buruk mengingat baik Xhaka dan Elneny punya daya jelajah, kemampuan umpan, dan keberanian yang tak perlu dipertanyakan.

Soal tanggung jawab? Tak perlu diragukan juga. Keduanya adalah tipe pemain yang akan berlari 20 meter untuk mengejar dan menubruk lawan sekaligus mengorbankan dirinya untuk mendapatkan kartu kuning.

Tanah Terjanji: Antara Liga Inggris dan Arsenal

Xhaka sudah mengakuinya kepada media bahwa bermain di Inggris adalah impiannya. Setelah berkembang di Basel dan berhasil mengambil hati Gladbach, akhirnya Xhaka menuju tempat di mana tanggung jawab dan kedewasaannya akan benar-benar dicobai.

Mimpi, merupakan hasrat manusiawi dan hak semua makhluk hidup. Namun, banyak yang gagal mewujudkannya karena tidak mempunyai daya dorong dan kesadaran akan beratnya tanggung jawab yang harus diemban.

Di Tanah Terjanji, di mana impianya berada, setidaknya Xhaka akan bertanggung jawab kepada tiga pihak. Pertama, kepada Sang Pencipta yang memberinya talenta dan keinginan untuk terus maju. Bukankah hal ini merupakan dasar kita manusia yang berakal budi? Untuk berkarya dan memuliakan Tuhan Yang Maha Esa.

Musa tak lari dari deraan cobaan yang ia serap demi membebaskan Yahudi dari kezaliman Mesir. Ia tahu bahwa dirinya adalah pilihan Tuhan.

Ia punya talenta dan kemampuan untuk bertahan di tengah deraan. Yang lebih mulia lagi, Musa tidak fokus dengan impiannya. Namun, Musa mewujudkan impian bangsa Yahudi untuk merdeka dan menuju Tanah Terjanji.

BACA JUGA:  Mengapa Kau Bertahan di Manchester United, Rooney?

Kedua, kepada harapan fans sekaligus manajemen Basel dan Gladbach, dua klub yang membentuk Xhaka menjadi pribadi yang bisa diserahi tanggung jawab. Sebuah kebangganan tentunya, ketika Basel dan Gladbach melihat anak didiknya sukses. Apalagi ketika si pemain masih mengingat semua kerja keras dan pelajaran yang ia serap.

Ketiga, kepada Arsenal tentunya. Xhaka harus memahami bahwa diserahi lini tengah Arsenal merupakan pekerjaan yang akan memaksa jantung bekerja lebih keras.

Bukan perkara mudah menjadi metronome dan penyeimbang sebuah tim yang terkadang gemar kebobolan lewat serangan balik. Bukan perkara mudah terlibat dalam build-up Arsenal yang terkadang semu dan kehilangan arah. Untuk soal ini, Xhaka harus melakukan perbaikan dalam urusan mengambil keputusan dan transisi bertahan.

Lalu, apa makna Tanah Terjanji untuk Arsenal dengan Xhaka di dalamnya? Yang saya maksud tentu juara Liga Inggris, sebuah penantian yang sudah berjalan 12 tahun.

Menyebut Xhaka akan langsung membawa Arsenal juara tentu sembrono. Diperlukan kesatuan dan keharmonisan dari taktik pelatih, kebugaran pemain, dan kesadaran akan tanggung jawab. Saya siap untuk berdebat 1 hari penuh untuk 3 masalah ini.

Untuk Arsenal, ketika taktik berubah fana, ketersediaan pemain menjadi begitu krusial. Setelah Santi Cazorla cedera, performa Arsenal langsung anjlok. Tidak adanya pemain yang punya kemamuan build-up menyulitkan Arsenal membangun serangan yang ideal. Hal ini juga membebani Mesut Ozil yang harus “membawa kreativitas tim” seorang diri.

Di sini, keberadaan Xhaka akan sangat penting. Ia akan melengkapi, sekaligus mengawani Jack Wilshere ketika gelut dengan pemain lawan.

Xhaka bisa menjadi tandem yang pas untuk Aaron Ramsey yang sering gugup ketika bermain di wilayahnya sendiri. Atau coba bayangkan Xhaka membentuk trio bersama Francis Coquelin dan Elneny. Geng motor paling beringas pun mungkin akan mlipir.

Intinya, lini tengah –yang bisa juga Anda sebut Tanah Terjanji untuk sebuah kesebelaan karena vitalnya area ini– merupakan zona vital untuk Arsenal perkuat. Dan, siapa tahu, Xhaka akan memimpin, menunjukkan tanggung jawab penuh membawa Arsenal ke Tanah Terjanji, mengakhiri puasa juara di penghujung kontrak Arsene Wenger, pada bulan Mei 2017 mendatang.

Musa tak kehilangan kepercayaan akan imannya. Ia bertanggung jawab menyelesaikan misi mulia.

Xhaka datang dengan ekspektasi tinggi. Seperti kelahiran seorang Nabi, ia akan diragukan. Ia akan dicemooh ketika membuat kesalahan. Namun pada akhirnya, kekuatan tanggung jawab membawa manusia ke level katarsis, sebuah kebaharuan yang kita sebut: keyakinan.

#COYG

 

 

Komentar
Koki @arsenalskitchen.