Sepak bola adalah drama kehidupan, way of life bagi sebagian orang, untuk sekelompok masyarakat dan segelintir negara. Jangan lagi beda suku atau bangsa, orang yang berbeda keyakinan pun bisa disatukan oleh sepak bola.
Tapi, sepak bola bukan cuma berperan untuk menyatukan. Sepak bola juga memiliki potensi untuk menimbulkan perpecahan, rasa saling benci, rasialisme, vandalism, dan bahkan memunculkan keinginan untuk menghabisi nyawa satu sama lain.
Kita tentu ingat dengan kisah tragis yang menimpa Andres Escobar, mantan bek timnas Kolombia yang dibunuh secara sadis oleh seorang algojo sewaan kartel narkoba.
Humberto Castro, sang algojo yang menghabisi nyawa Escobar, mengakui bahwa dia diperintah majikannya, Santiago Gallon, untuk membunuh Escobar untuk membalas kerugian besar karena taruhan.
Seperti yang kita tahu, Andres Escobar melalukan gol bunuh diri ketika Kolombia menghadapi Amerika Serikat di Piala Dunia 1994. Akibat gol bunuh diri tersebut, Kolombia harus menelan kekalahan 1-2 sekaligus membuat Kolombia pulang lebih awal.
Tahukah Anda kalau kisah tragis Andres Escobar hampir juga terjadi pada seorang Diego Maradona?
Nah, peristiwa ini diawali pada Piala Dunia 1986, ketika timnas Argentina mengandaskan perlawanan timnas Inggris di babak perempat final, dengan dua buah gol yang dihasilkan oleh Maradona. Salah satu di antaranya dikenang sebagai “Gol Tangan Tuhan” sampai sekarang.
Ketika itu seorang pria yang bernama Wellworth bertaruh sebesar 500 ribu poundsterling, dengan catatan bila timnas Inggris menang maka ia akan mendapatkan 5 kali lipat dari jumlah taruhan. Wellworth juga dikabarkan sampai terpaksa meminjam uang itu dari rentenir.
Akan tetapi, Wellworth justru bernasib sial karena Inggris akhirnya harus menyerah dari Argentina. Akibat kekalahan itu, Wellworth jatuh miskin dan hidupnya berantakan. Bahkan istrinya pun pergi dari kehidupannya.
Pria berkebangsaan Inggris ini berencana akan membunuh Maradona sebab merasa sakit hati atas kekalahan timnas Inggris saat itu. Dia juga menganggap legenda hidup Argentina itu sebagai penyebab semua musibah yang menimpanya.
Wellworth membawa sebilah belati di luar Stadion Hampden Park, Skotlandia, dan siap untuk menghabisi nyawa Maradona. Kebetulan laga persahabatan antara Skotlandia melawan Argentina pada 19 November 2008 tersebut merupakan laga debut Maradona sebagai pelatih Argentina. Namun, aksi Wellworth tersebut keburu digagalkan oleh aparat yang berwenang.
Setelah ditelusuri, ternyata Wellworth adalah seorang tuna karya serta memiliki gangguan psikologis. Dia mengaku ingin membunuh Maradona karena masih dendam dengan kelicikan Maradona tatkala menyingkirkan Inggris di Piala Dunia 1986.
Akibat upaya percobaan pembunuhan tersebut, Wellworth harus mendekam di penjara selama lima tahun.
Anehnya, musibah yang hampir menimpa Maradona ini tak satu pun diberitakan oleh media-media Inggris. Itu memperlihatkan bahwa pemain berjuluk El Pibe Di Oro ini belum sepenuhnya dimaafkan oleh masyarakat Inggris, termasuk para insan pers di Negeri Ratu Elizabeth tersebut.