Bahaya Perundungan terhadap Pesepakbola

Saat ini sedang marak aksi perundungan pemain via media sosial. Aksi itu tak bisa dianggap enteng karena bisa memengaruhi kesehatan mental para pemain.

Bola Abis mengundang Afif Kurniawan, mantan Psikolog Persebaya untuk berbicara seputar psikologi dan kesehatan mental.

Seberapa Penting Adanya Psikolog di Sebuah Tim Sepakbola?

Psikolog dalam olahraga, secara umum berfungsi mendukung keberhasilan atlet dalam mengikuti program pelatih dalam tim.

Khusus sepakbola, keterampilan psikologis menjadi faktor keempat setelah teknik, taktik, dan fisik.

Nah, peran psikolog kembali pada tujuan di atas yakni membantu tim mengembangkan keterampilan psikologis atau mental yang diperlukan selama menjalani kompetisi yang panjang di mana dinamikanya akan sangat beragam.

Apakah Psikolog Wajib Dimiliki Sebuah Tim?

Tidak wajib. Namun, jika ada, maka akan menjadi pembeda. Tim akan lebih mudah untuk melakukan prevensi atas risiko kondisi psikologis yang akan dihadapi selama kompetisi dan juga melakukan penanganan jika diperlukan.

Pelatih dalam penataran lisensi juga dibekali tentang psikologi olahraga. Ada modul khusus untuk ini. Sehingga beberapa pelatih tentu sudah memiliki kemampuan untuk mengaplikasikannya dalam tim.

Saat Ini Banyak Suporter Demo Karena Prestasi Tim Kesayangannya Jelek. Apa yang Dirasakan Pemain Saat Suporternya Memberikan Hujatan? 

Akan sangat variatif. Mungkin ini bisa menjadi kajian juga untuk rekan-rekan sebab menarik untuk diteliti.

Namun, secara umum mereka akan terbagi dalam dua respons.

Pertama, menerima tindakan itu sebagai respons atas pekerjaan yang mereka lakukan.

Kedua, merasa terganggu dan memengaruhi dinamika keseharian pemain dalam berlatih dan bermain.

Bagaimana Sebaiknya Klub dan Pemain Menghadapi Aksi-Aksi Suporter Tersebut?

Harus satu respons. Semuanya mengarah kepada resiliensi. Ketangguhan menghadapi situasi sulit atau tidak mudah.

Ini adalah satu keterampilan psikologis untuk dikuasai atlet. Nah, ini yang bisa jadi berbeda-beda tiap pemain dalam tim.

Jika pemain sudah mampu, akan lebih mudah. Namun jika belum memiliki keterampilan tersebut, ya, harus dilatih dan dikembangkan.

Bagaimana Seharusnya Suporter Bersikap Saat Tim Mendapat Hasil yang Kurang Menggembirakan?

Kecewa boleh, dan itulah seni dalam menikmati sepakbola. Ada bahagia dan emosi.

Akan tetapi, kecewanya ke mana? Harus jelas dan objektif. Ekspresi kekecewaan sebaiknya diimbangi dengan objektivitas dalam melihat kondisi yang terjadi.

Lalu, bisa diekspresikan dengan cara yang sejalan dengan mentalitas tim.

Saya percaya, tidak ada pemain yang suka kekalahan. Tidak ada yang mau kalah.

Mereka berada pada situasi rendah setiap kali kalah. Mentalitas untuk bangkit, itu yang mereka butuhkan.

Berikan saran yang positif, kepercayaan yang membangun, bantu tim untuk bangkit dan bertumbuh. Itu yang bisa dilakukan.

Jadi memang harus dua arah. Tim meningkatkan kemampuan, suporter menciptakan dukungan. Selaras.

Bagaimana Dengan Maraknya Perundungan yang Dilayangkan ke Pemain Melalui Media Sosial?

Ya, kita sama-sama mencermati itu. Inilah era baru sepakbola dan kehidupan.

Masuknya piranti digital dengan segala kemudahan aksesnya bikin aneka komentar bisa masuk dengan mudah ke pemain hanya melalui tagging atau direct message.

Padahal, isi komentar bisa jadi masuk ke ranah perundungan berupa makian, kalimat merendahkan, rasis, ancaman, dan ungkapan kekerasan lain.

Perundungan sangat berbahaya karena dampak psikologisnya cenderung sulit untuk diukur dan langsung dikenali.

Korban akan mengalami perubahan perilaku yang khas. Dan jika dibiarkan, risiko yang akan terjadi bisa semakin membesar bagi pemain.

Apakah Perundungan Bisa Memengaruhi Kesehatan Mental Pemain?

Korban perundungan rentan mengalami masalah kesehatan pada mental, juga pada fisik.

Perundungan bisa memicu perasaan rendah diri, depresi, cemas, serta gangguan tidur.

Apa yang Psikolog Sampaikan kepada Pemain dalam Menghadapi Perundungan?

Selama saya mendampingi, pendekatan saya adalah preventif. Preventif jauh lebih baik daripada terlambat dan pemain sudah di fase depresi.

Alhamdulillah saat saya mendampingi tim, pendekatan preventif dapat berjalan dengan baik, hal itu didukung dengan kepercayaan yang tinggi dari para pemain juga.

Sehingga mereka terampil dan tangguh menghadapi perundungan dan tidak ada yang sampai depresi.

Bagaimana Tanggapannya Tentang Tim yang Mengandalkan Pemain Muda (usia di bawah 22 tahun) Sebagai Tulang Punggung Tim?

Menurut saya bagus. Itu usia yang penuh gairah dan semangat tinggi untuk menerima tantangan di pekerjaan (sepakbola). Namun ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan.

Pertama, apakah kita sudah memiliki data profiling tiap pemain tentang karakter kepribadiannya?

Kedua, apakah usia mental mereka sudah siap menerima tanggung jawab sebagai tulang punggung? Jika sudah, tidak ada masalah.

Apakah Tidak Riskan Jika Mengandalkan Para Pemain Muda di Skuad Inti Terlebih Jika Prestasi Tim Sedang Jeblok?

Kembali ke poin nomor dua. Usia mental mereka sudah siap atau belum?

Jika belum, akan sangat riskan karena mereka belum memiliki kematangan dalam menganalisis situasi, mengelola kecemasan dan tekanan, serta mengambil tanggung jawab.

Namun bila usia mentalnya dirasa cukup matang, ya, tidak masalah. Mereka akan siap dan baik-baik saja.

Lalu pertanyaannya, apakah kematangan mental ini sudah menjadi perhatian bersama? Kuncinya di sana.

Komentar

This website uses cookies.