Unggul jauh dari para pesaing di klasemen sementara Premier League bikin Manchester City tinggal menunggu waktu untuk menahbiskan diri sebagai kampiun. Performa gemilang yang diperlihatkan Ilkay Gundogan dan kawan-kawan sepanjang musim memang layak berujung dengan trofi.
Gelar itu sendiri nantinya sah bikin The Citizens beroleh status Double Winners karena sebelumnya memenangkan Piala Liga dengan menaklukkan Tottenham Hotspur di final (26/4).
Manisnya lagi, anak asuh Pep Guardiola masih punya kans untuk menambah titel lagi di pengujung musim ini karena mereka sudah memastikan diri lolos ke final kejuaraan antarklub Eropa kelas wahid, Liga Champions. Tim senegara, Chelsea, jadi lawan yang mesti dibekap.
Bahagia, riang, semringah atau apapun nama untuk menggambarkan perasaan gembira memang tengah menggelayuti tim yang berkandang di Stadion Etihad tersebut.
Gelar demi gelar yang sukses didapat juga memperpanjang rekor klub yang tak pernah absen mengangkat trofi sejak musim 2017/2018, utamanya dari kancah domestik.
Dari sekian pemain yang ada di tubuh skuad, Gundogan jadi salah satu figur yang penampilannya mencuat dan dianggap mengejutkan oleh khalayak.
Siapa yang menduga bahwa gelandang berpaspor Jerman ini merupakan pencetak gol terbanyak klub di ajang Premier League? Hingga tulisan ini dibuat, Gundogan sudah menggelontorkan 12 gol.
Jumlah itu lebih banyak ketimbang koleksi para penghuni lini serang semisal Sergio Aguero, Gabriel Jesus, Riyad Mahrez, dan Raheem Sterling.
Di tengah krisis pemain di sektor depan, Pep menyulap Gundogan sebagai senjata ampuh dari lini kedua. Ia diberi keleluasaan dalam bergerak dan menjadi salah satu penyelesai serangan utama.
Kita bisa sama-sama melihat bagaimana Gundogan seringkali merangsek dari lini kedua.
Penggunaan fullback seperti Joao Cancelo dan Oleksandr Zinchenko sebagai gelandang ‘tambahan’ karena sering beroperasi lebih ke tengah, bikin Gundogan punya kesempatan lebih banyak untuk mengisi ruang di sepertiga akhir permainan City.
Tak heran bila sentuhannya di area kotak penalti pun melesat jauh dibanding musim-musim sebelumnya.
Keadaan ini juga yang membuat bekas pemain FC Nurnberg ini semakin produktif dalam mencetak gol.
Berdasarkan statistik yang dihimpun dari laman resmi Premier League, dari 25 penampilannya sejauh ini, Gundogan sudah membuat 47 tembakan dengan 20 di antaranya mengarah tepat ke gawang.
Catatan tersebut lebih masif dibanding musim-musim sebelumnya. Sebuah pertanda bahwa Gundogan memang menjalankan peran berbeda dari sebelumnya.
Kedua kakinya sama-sama produktif dalam menyelesaikan peluang. Ada 9 gol yang sudah dilesakkan dengan kaki kanan dan 3 gol menggunakan kaki kiri.
Cara bermain Gundogan ini sendiri menyulitkan lawan. Pasalnya, para bek akan tetap menjaga para pemain depan yang diturunkan Pep sehingga Gundogan memiliki kans dan ruang yang besar untuk membereskan sebuah peluang.
Pria berumur 30 tahun ini menerjemahkan keinginan Pep dengan sangat paripurna. Wajar bila kemudian sang pelatih memberinya pujian setinggi langit.
“Saat memenangkan gelar Premier League kedua bersama City, Gundogan kuandalkan sebagai gelandang bertahan. Namun kini ada hal yang mesti kuubah lantaran problem di lini depan. Gundogan menjawab kepercayaanku dengan sangat baik dan ia layak beroleh pengakuan serta pujian”, tutur Pep seperti dikutip dari laman resmi klub.
Meski tugas dan perannya di lapangan mengalami perubahan. Pemain bernomor punggung 8 ini tak lupa akan kewajibannya sebagai pemberi servis untuk rekan setimnya.
Walau jumlah asisnya baru satu buah, tetapi umpan-umpan Gundogan dari lini kedua tetap saja memanjakan rekannya yang menghuni sektor depan.
Seringkali, The Citizens mencetak gol yang inisiasi serangannya diawali oleh pria berwajah brewok ini.
Ia dapat melihat celah yang tak dilihat orang lain. Ia dapat menafsirkan ruang secara luar biasa sehingga timnya dapat menciptakan peluang emas guna mengoyak jala lawan.
Bila performanya terjaga sampai akhir musim nanti, melihat Gundogan mengangkat tiga trofi sekaligus bukanlah kemustahilan. Toh, kemungkinan itu masih terbuka lebar buat City.
Hebat di Dalam Lapangan, Humanis di Luar Lapangan
Beberapa tahun silam, Gundogan sempat melahirkan kontroversi karena bersama pemain keturunan Turki lainnya, Mesut Ozil dan Cenk Tosun, bertemu dengan Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan di Inggris.
Gundogan sendiri sempat menyebut bahwa Erdogan adalah presidennya (kendati ia berkewarganegaraan Jerman).
Hal tersebut bikin Gundogan mendapat cemoohan dari masyarakat Jerman, khususnya saat tampil membela Der Panzer di kancah internasional.
Cerita tersebut mungkin masih teringat jelas di benak para penggemar sepakbola. Sebuah kontroversi yang dilatarbelakangi masalah politik. Terlebih, sosok Erdogan memang terbilang sarat kontroversi.
Akan tetapi, di luar hal itu Gundogan adalah perwujudan manusia yang humanis terhadap sesamanya.
Baru-baru ini, ia melalui komunitas Manchester City Supporters Club Indonesia (MCSCI), memprakarsai pembagian 3.000 paket takjil pada bulan Ramadan 1442 Hijriah di empat kota yakni Jakarta, Lamongan, Makassar, dan Sampit.
Terima kasih atas dukungan kalian yang luar biasa @INA_Citizens. 💪🏼🇮🇩 Semua yang terbaik untuk Indonesia, Tetap menjadi keberkahan dan tetap sehat. 🤲🏼 pic.twitter.com/AV6Dc1cAG0
— Ilkay Gündogan (@IlkayGuendogan) May 6, 2021
Sebagai Muslim yang taat, Gundogan memang dikenal sebagai figur yang humanis dan peduli sesama. Bersama Ozil, ia kerap melakukan kegiatan amal.
Menjadi pesepakbola terkenal tak membuat lupa diri. Sebaliknya, Gundogan mendayagunakan semua yang ia miliki untuk kebaikan bersama.
Maka pantas bila ia diidolakan, oleh fans Manchester City maupun timnas Jerman atau penggemar sepakbola pada umumnya.
Namanya memang tak sebesar Lionel Messi, Cristiano Ronaldo atau Paul Pogba, tetapi Gundogan punya kapasitas yang sama dengan mereka. Baik sebagai pesepakbola maupun manusia seutuhnya.