Cepat Berbenah, Persib Bandung!

Di mata saya, Persib Bandung adalah kesebelasan paling sempurna di Indonesia. Pandangan subjektif ini tidak semata-mata berasal dari sudut pandang saya sebagai seseorang yang melabeli dirinya sebagai Bobotoh, tetapi juga berasal dari hal-hal yang dimiliki klub berseragam warna biru ini.

Bagaimana tidak? Kuat secara finansial dan mempunyai jumlah pendukung yang besar, Persib juga bertabur pemain bintang.

Maung Bandung pula yang mengawali tren marquee player dengan mendatangkan Michael Essien. Tak berhenti sampai di situ, Carlton Cole menyusul Essien yang sudah dipinang terlebih dahulu. Konon, Essien dipinang dengan harga sekitar Rp8 miliar, sementara Cole diganjar sekitar Rp7 miliar. Harga yang luar biasa untuk ukuran transfer pemain di Indonesia.

Meski telah merogoh kocek yang tak sedikit, ternyata belanja pemain tidak berhenti di situ. Maung Bandung kembali mendatangkan pemain anyar, yakni Raphael Maitimo. Pemain naturalisasi ini menjadi kejutan di acara peluncuran tim pada 2 April 2017 lalu.

Dengan merapatnya pemain-pemain top tersebut, maka tak heran jika kesebelasan yang berdiri pada 14 Maret 1933 ini mendapat julukan Los Galacticos Indonesia.

Sayang, kemewahan tersebut belum sesuai dengan ekspetasi publik, khususnya Bobotoh. Persib justru mengawali Liga 1 dengan hasil yang kurang apik. Di laga pertama yang digelar 15 April 2017 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Persib hanya mampu menahan Arema dengan skor 0-0.

Di laga kedua, lagi-lagi tim ini hanya bermain imbang melawan PS TNI. Awalnya, Persib unggul 2-0 lewat gol Essien di menit ke-50 dan gol  Atep di menit ke-52. Akan tetapi, PS TNI yang bermain penuh determinasi terus menekan pertahanan Persib.

Pertahanan Persib yang payah pun jebol. PS TNI berhasil merobek jala Persib di menit ke-87 dan menit ke-90. Harapan untuk menang runtuh seketika. Pertandingan yang digelar di Stadion Pakansari ini berakhir dengan skor 2-2.

BACA JUGA:  Warna Lokal

Berbagi poin di dua pertandingan pembuka benar-benar membuat saya kecewa. Sebab, saya sudah membayangkan hal-hal indah yang terjadi selepas merapatnya pemain-pemain bintang dalam skuat Pangeran Biru.

Di benak saya, permainan apik dan kemenangan begitu dekat dan mudah dicapai Persib. Saya yakin, Bobotoh di luar sana juga beranggapan hal serupa. Namun, entah ada apa dengan Persib. Mewah, tetapi tidak membuat bahagia.

Saya juga tak habis pikir dengan strategi Djajang Nurjaman. Pelatih yang akrab disapa Djanur ini terkesan masih  belum percaya pada pemain muda. Di laga pertama, ia mengganti Zola dengan Cole dan di laga kedua ia juga mengganti Billy dengan pemain pengganti yang sama.

Padahal, performa kedua pemain muda ini sama sekali tidak buruk. Saya pikir, keduanya justru memberi nyawa tersendiri dalam pertandingan.

Ah, menurut saya percuma memboyong pemain bintang level dunia jika strategi yang diterapkan tidak tepat. Membuang-buang uang saja. Lha wong Persib juga tidak menjadi tim yang menakutkan di mata lawan.

Sejatinya, Bobotoh tidak menginginkan marquee player jika hanya untuk terlihat keren. Bobotoh hanya ingin tim kebanggaannya tampil cantik, menang, dan mampu mempertahankan gelar juara. Semua juga bisa diraih dengan pemain lokal, bukan?

Namun nasi telah menjadi bubur. Persib sudah terlanjur royal dalam belanja pemain. Oleh karena itu, yang harus dilakukan adalah cepat-cepat berbenah.

Ya, jangan sampai, belanja pemain yang menguras dompet itu berakhir sia-sia. Setidaknya, di setiap laga, Maung Bandung harus mengaum dan membuat lawan takut. Bukan menjadi maung ompong yang mengundang tawa di sana-sini.

Ingat, sekarang Persib adalah Los Galacticos Indonesia. Jika permainannya “gitu-gitu aja” dan sulit menang, apa kata dunia?

Komentar
Saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi yang sangat tertarik dengan sepakbola nasional, khususnya Persib Bandung. Walau demikian, bagi saya mendukung kesebelasan lokal tetaplah kewajiban. Saya aktif di Twitter @ririrahayu_