“Naskah yang sempurna. Sangat dramatis dan emosi semacam itu hanya bisa terjadi di olahraga (sepak bola),” tutur Eric Cantona perihal kemenangan Manchester United di final Liga Champions musim 1998/1999 seperti yang dikatakannya di film dokumenter The Class of ’92.
Kisah dramatis di Liga Champions kembali terulang. Kali ini terjadi dalam laga kualifikasi Liga Champions antara Ludogorets vs Steaua Bucuresti dengan tokoh utamanya, Cosmin Moti. Kisah kepahlawanan Cosmin Moti ini bagai cerita yang biasa kita peroleh dari dongeng atau dalam film-film bertema olahraga dan motivasi. Namun, apa yang terjadi di Bulgaria bulan lalu itu benar-benar terjadi.
PFC Ludogorets Razgard menjamu Steaua di leg kedua. Pertandingan pertama dimenangi oleh Steaua dengan skor tipis 1-0, oleh karenanya Ludogorets harus mengejar ketertinggalan tersebut. Meskipun sudah berusaha bermain menyerang, gol tak kunjung datang. Tapi, mereka tak kenal menyerah. Suporter juga terus bernyanyi mendukung timnya meski harapan mulai memudar.
Gol yang ditunggu itu akhirnya terjadi. Menjelang menit 90, Ludogorets memperoleh sepak pojok. Bola yang sempat dihalau pemain belakang Steaua itu mengarah pada Wanderson, pemain Ludogorets yang baru masuk 5 menit sebelumnya menggantikan Virgil Misidjan. Pemain asal Brasil itu tak menyia-nyiakan peluang, dia langsung menghantam bola dengan tendangan kaki kanannya. Gol! seluruh penonton yang hadir di Ludogorets Arena pun berteriak kegirangan.
Kisah heroik tak berhenti di situ. Ada yang lebih dramatis setelahnya. Apa yang dilakukan oleh Wanderson sekadar sebagai permulaan. Seluruh anggota tim dan suporter pun akhirnya semakin optimis klub mereka bisa lolos ke babak utama Liga Champions untuk pertama kalinya sepanjang sejarah berdirinya klub.
Sayangnya, mimpi itu kembali menjauh ketika perpanjangan waktu menyisakan sekitar 2 menit saja. Semua pelatih tentu cemas dan sudah mulai berpikir memilih penendang penalti yang secara teknik mampu serta memiliki kesiapan fisik. Di saat seperti itulah “petaka” hadir.
Vladislav Stoyanov, kiper Ludogorets, harus menerima kenyataan diganjar kartu merah langsung setelah melanggar Fernando Varela di luar kotak penalti saat sang penyerang sudah memperoleh peluang bersih mencetak gol. Sontak 8000 penonton yang memadati stadion terdiam. Mimpi yang sudah di depan mata menjadi kenyataan itu mulai menjauh.
Tidak berhenti di situ, semua orang teringat bahwa Razgrad sudah melakukan tiga kali pergantian. Itu berarti mereka tak bisa memasukkan kiper cadangan. Georgi Dermendzhiev pun kebingungan dan tak ada cara lain selain memilih salah satu pemain yang berada di lapangan untuk menjadi kiper.
Baju kiper cadangan, Ivan Cvorovic, akhirnya dilemparkan kepada Cosmin Moti. Pemain belakang berkebangsaan Rumania yang sempat dihubungkan dengan Lazio dan Everton itu menerima tugas dengan penuh keyakinan. Itulah awal mula kepahlawanan yang hingga kini tak henti diperbincangkan di seantero Bulgaria.
Pemain bernama lengkap Cosmin Iosif Moti itu sempat menyelamatkan gawangnya di sisa perpanjangan waktu ketika menghalau sepak pojok Steaua. Tugas pertama berhasil, mengamankan gawang Ludogorets hingga memasuki babak adu penalti. Namun, semua pasti beranggapan Steaua yang akan menang karena mereka melawan tim yang kipernya bukan seorang penjaga gawang murni.
Cosmin Moti mungkin memang terlahir untuk jadi sosok pahlawan bagi pendukung Ludogorets. Dia mengawali adu penalti dengan baik. Sebagai algojo pertama dia menuntaskan tugas dengan sempurna. Banyak pemain bola beranggapan bahwa jika penendang pertama dan kelima (atau terakhir) itu sangat penting, jika penendang terakhir itu menentukan hasil maka algojo pertama akan mempengaruhi mental penendang berikutnya dan Moti mampu menaikkan moral rekan-rekannya.
Tidak berhenti di situ, Moti melakukan dua kali penyelamatan gemilang ketika bertugas sebagai kiper. Dua penyelamatan yang akhirnya memastikan kemenangan adu penalti 6-5 Ludogorets atas Steaua. Dia tampil bak kiper profesional, mungkin dia memang sudah biasa berlatih sebagai kiper. Satu hal lagi mengapa dia mampu menunaikan tugasnya tersebut adalah kepiawaiannya untuk mengganggu konsentrasi lawan yang akan mengambil tendangan, beberapa kali dia menebak arah bola dengan benar.
Fans yang tadinya sempat menangisi kenyataan buruk kiper mereka diusir keluarpun akhirnya ikut bersuka cita. Salah satu momen paling indah dalam hidup mereka tentunya. Inilah untuk pertama kali Ludogorets memperoleh satu tiket ke babak grup utama Liga Champions.
Mereka akan bertemu Real Madrid dan Liverpool, dua raksasa Eropa yang sudah punya sejarah panjang di kompetisi paling bergengsi benua biru tersebut. Bagi Ludogorets apapun hasilnya nanti, mereka sudah sangat bersyukur bisa lolos ke babak grup ketika usia klub baru genap 13 tahun. Prestasi yang sangat menakjubkan bagi mereka dan sulit membayangkan mereka bisa reguler setiap tahun berlaga di Liga Champions.
Cosmin Moti pun dengan seketika menjadi pahlawan. Pemain yang sebelumnya memperkuat Dynamo Bucharest, musuh abadi Steaua di Rumania itu kini jadi cult hero bagi seluruh pendukung klub. Tidak berhenti di situ, nama Cosmin Moti sudah diusulkan untuk menjadi nama stadion yang saat ini dikenal sebagai Ludogorets Arena sebagai penghargaan atas jasa besarnya bagi klub.
Begitulah sepak bola, apa yang tidak mungkin bisa menjadi sangat mungkin. Jarak antara kebahagiaan dengan kesengsaraan begitu tipis. Karena itulah sepak bola begitu memesona kita semua.