Emosi dan Drama Sebuah Pertandingan dari Suara John Helm dan Fabio Caressa (Bagian 2)

“Buon Giorno.. Benvenutto dalla Stadio Olimpico di Roma, Oggi.. Siamo pronti… sono Fabio Caressa e Beppe Bergomi.. Good Afternoon.. welcome to Olimpico Stadium in Roma Today, as we are ready.. I am Fabio Caressa and Beppe Bergomi.”

Kalimat pembuka berbahasa Italia di atas bisa jadi terdengar asing bagi kita, bahkan untuk penonton setia Lega Calcio Serie A di Indonesia. Sebabnya sederhana, karena sebagian besar dari kita menonton Serie-A dengan komentator Bahasa Inggris. Namun bagi teman-teman pencinta Lega Calcio dan hobi ngulik cuplikan (sintesi) pertandingan di setiap giornata lewat kanal SkySport Italia pasti akrab dengan suara pria yang satu ini:

Ya, dia adalah Fabio Caressa, seorang telecronista (komentator) kawakan Italia yang telah memandu jalannya pertandingan Serie-A selama lebih dari 25 tahun. Lahir di Roma pada 18 April 1967, Fabio Caressa yang memang menekuni bidang penyiaran dan public-speaking, telah terjun ke dunia komentator sepak bola sejak tahun 1986. Ia memulai karirnya menjadi telecronista di stasiun tv Canale 66 dan TeleRoma di Italia.

Berbicara soal dunia telecronista di Italia, negara tersebut memang terkenal punya banyak komentator dengan gaya yang unik, selain Caressa, misalnya ada Maurizio Compagnoni yang kerap berteriak rette.. rette.. rette.. (it’s in the net, it’s in the net) minimal harus tiga kali ketika siapa saja berhasil menceploskan bola ke dalam gawang, semakin fantastis golnya, semakin kencang ia berteriak. Namun pada bagian kedua tulisan ini saya akan khusus menjelaskan kiprah Fabio Caressa sebagai seorang komentator yang mampu menghidupkan drama dan emosi sebuah pertandingan kepada penontonnya di layar kaca.

Rasa penasaran dengan sosoknya dimulai ketika saya tertarik mendengar suara dan pelafalan darinya yang khas ditambah nada tinggi dalam Bahasa italia pada saat berteriak “Un gol Pazzesco.. (What a Crazy Goal) “ “Tiro.. Gol! Fiorentina in Vantaggio“ (Shoots.. Gol! Fiorentina are in front!), “Cerca e Conclusioneee….”(Looking for Finish..) dan lain sebagainya sambil selanjutnya meneriakkan nama pencetak golnya dengan gaya energik dan ceplas-ceplos. Secara khusus, saya mulai mencari tahu sosok Caressa, lagi-lagi ketika sedang mengulik cuplikan gol fenomenal Andriy Shevchenko pada menit ke-23 ke gawang Juventus pada musim 2001/2002 yang suaranya bisa kita dengar melalui cuplikannya di bawah ini:

Dalam satu frasa, Caressa dengan nada yang tinggi di tiap kalimatnya, lewat tayangan ulang, mendeskripsikan gol yang diciptakan Shevchenko:

“Eccolo Qui / Shevchenko va via / a tutti / vai guarda Buffon / e fuori / e impossibile mette la diretto cosi / e la in crossa in palo netto sul palo posto / questo un gol da fenomeno / da fenomeno questo gol / incredibile gol di Shevchenko ”

“Here it is | Shevchenko is going away | from all of them | as he looked on Buffon | from outside |thus he puts it from impossible direction |a high crossed-ball towards top of the post | make this goal is so phenomenal| this is phenomenal goal| Incredible goal from Shevchenko “

Pemilihan kata yang digunakan ketika menjelaskan Shevchenko mungkin terkesan biasa saja jika dibandingkan Helm. Namun, di setiap intonasi yang dia ucapkan Caressa mengisyaratkan energi dan sisi heroisme seorang pencetak gol di sebuah pertandingan. Hal semacam inilah yang membuat emosi penonton naik dan makin bersemangat dalam menonton sebuah pertandingan sepak bola. Ini menjadi perbedaan tersendiri bagi seorang Fabio Caressa.

Satu tahap penting dalam karier Caressa sebagai komentator adalah ketika ia bergabung dengan Skysport Italia di tahun 2002. Di mana sejak saat itu, ia dipasangkan dengan seorang co-komentator sekaligus mantan bek, dan legenda hidup Inter Milan, Giuseppe “Beppe” Bergomi untuk memandu jalannya pertandingan Serie-A, Liga Champion, dan Gli Azzurri.

Bersama Bergomi, mereka berdua berkembang menjadi duet komentator yang suaranya mengakrabi seluruh pemirsanya di berbagai penjuru Italia. Puncak dari karya Caressa-Bergomi adalah ketika mereka didapuk untuk memandu jalannya pertandingan tim nasional Italia dalam perjalanannya merengkuh tangga juara pada edisi Piala Dunia ke-18 di Jerman tahun 2006 silam. Dimulai dari pertandingan perdana Italia vs Ghana lalu berlanjut ke tiap pertandingan lainnya hingga partai final.

Suara mereka kerap memancing emosi dan drama yang membangkitkan suasana pertandingan semisal Caressa yang berteriak “Calcio di Rigore.. Calcio di Rigore.. Calcio di Rigore..” pada saat Fabio Grosso dijatuhkan oleh Lucas Neill saat injury time menit 95 dalam babak 16 besar kontra Australia. Dari semua pertandingan (bahkan termasuk pertandingan final), momen paling fenomenal bagi Caressa adalah ketika memandu jalannya pertandingan semifinal antara Italia melawan tuan rumah Jerman di Westfalen Stadion (sekarang Signal Iduna Park), Dortmund. Di saat babak kedua perpanjangan waktu tersisa tiga menit, dan pertandingan seakan dilanjutkan oleh babak tos-tosan, Italia malah mencetak dua gol lewat Fabio Grosso dan Alessandro Del Piero. Cuplikan video di bawah menjelaskan bagaimana Caressa menyajikan momen dramatis di tiga menit terakhir pertandingan semifinal tersebut:

Sangatlah jelas bahwa klimaks dari video di atas terletak pada saat Caressa dengan perasaan berdebar memandu jalannya serangan kubu Jerman pada menit terakhir pertandingan, malah justru ditutup oleh gol cantik Del Piero melalui aksi serangan balik. Lagi-lagi di sini Caressa melalui intonasi yang heroik mencoba memainkan emosi penduduk Italia dan pendukung fanatic Azzurri di menit terakhir pertandingan dengan mendeskripsikan momen tersebut seperti di bawah ini:

“Arriva il Pallone | lo mette fuori Cannavaro! Poi ancora insiste Podolski… Cannavaro! Cannavaro! Via il contropiede con Totti | dentro il pallone per Gilardino, | Gilardino la può tenere anche vicino alla bandierina, cerca l’uno contro uno, Gilardino, dentro Del Piero, Del Piero… Gol! Aleeeex Deeel Piero!!! Chiudete le valigie, andiamo a Berlino! Andiamo a Berlino! Andiamo a prenderci la coppa! Andiamo a Berlino!”

Here comes the ball | Cannavaro puts it out | Again he presses Podolski, Cannavaro! | Here is counter-attack from Totti | Give the ball inside towards Gillardino | Gilardino holds it closer towards the (offside) flag, looking for one on one, (give towards) Del Piero inside, Del Piero… Goal!! Aleeeex Deel Piero!!! Close your bags fellas, we are going to Berlin! We are going to Berlin! Let’s go get the cup! We are going to Berlin!!..“

Selepas Piala Dunia 2006 usai, kalimat “Andiamo a Berlino” menjadi kata-kata yang melekat dalam benak pemirsanya di Italia sehingga kemudian mengasosiasikan Caressa dengan memori indah perjalanan Italia pada Piala Dunia 2006. Kalimat tersebut juga akhirnya dipilih Caressa untuk menjadi judul sebuah memoar yang menceritakan pengalaman pribadinya sebagai komentator memandu pertandingan Italia sampai akhirnya menjadi juara dunia.

Penampilan cemerlang Caressa bersama Bergomi sebagai komentator selepas Piala Dunia berlanjut dan karirnya semakin meroket sehingga mereka kembali dipercaya memandu pertandingan Italia di edisi Piala Dunia selanjutnya, setidaknya sampai Piala Dunia 2014 talu. Selain itu atas ketenaran profilnya, duet Caressa-Bergomi juga terpilih sebagai official commentary berbahasa italia untuk dua game sekaligus: EA SPORTS FIFA dan Pro Evoulution Soccer. Bayangkanlah jika anda adalah pencinta game tersebut dan juga Serie-A.

Melalui video dan ulasan barusan, kita bisa mempelajari bagaimana Caressa dalam memandu sebuah pertandingan sepak bola. Kita bisa menyimpulkan bahwa kekuatan seorang Fabio Caressa sebagai seorang telecronista dalam menghadirkan emosi dan drama sebuah pertandingan sepak bola tidak hanya diciptakan melalui intonasi vokal, tetapi juga melalui energi yang besar untuk mampu berekspresi melalui suara secara tepat, ditopang juga dengan kemampuan persuasi kepada penonton layar kaca untuk bisa hanyut dalam romantisme mendukung tim nasional favorit dalam pertandingan sepak bola.

Kemampuan berekspresi untuk menghadirkan drama dan emosi pertandingan inilah yang menjadikan Fabio Caressa sebagai telecronista yang lekat keindahan budaya sepak bola Italia dan kontribusinya terhadap dunia sepak bola saat ini.

Post-Sciptum: Tulisan ini untuk memperingati 9 tahun juaranya Italia pada Piala Dunia 2006 di Jerman.

 

Komentar

This website uses cookies.