Lebih dari dua dekade terakhir Liga Italia Serie A dikenal sebagai kompetisi yang ramah bagi pemain uzur. Bagaimana tidak, dalam periode tersebut pemain-pemain veteran masih banyak yang berseliweran di kompetisi nomor wahid di negeri pizza ini. Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan masih menjadi pilar utama tim yang dibelanya. Sebut saja Gianluigi Buffon, Paolo Maldini, Francesco Totti dan Javier Zanetti.
Keakraban Serie A dan pemain gaek makin ditegaskan oleh sebuah riset yang dilakukan lembaga statistika asal Swiss, CIES. Penelitian tersebut berkaitan dengan rata-rata usia pesepak bola di liga-liga kasta tertinggi Eropa musim 2015/2016 ini.
Dalam rilisnya bulan November 2015, CIES menyebut jika Serie A adalah liga dengan rata-rata usia tertua kedua di benua biru. Rata-rata usia pemain sebesar 27.1 tahun milik Serie A hanya kalah dari Super Lig Turki yang punya rata-rata usia 27.3 tahun.
Naasnya lagi, Chievo Verona yang merupakan wakil Serie A tercatat sebagai klub dengan skuat paling paling tua seantero Eropa dengan rata-rata usia pemainnya 30.6 tahun! Bila dibandingkan dengan klub yang punya rata-rata pemain tertua kedua, Akhisar Belediyespor, selisihnya hampir 2 tahun.
Walaupun identik dengan pemain-pemain veteran, Serie A tidaklah anti terhadap bakat-bakat muda yang penuh potensi. Lima musim terakhir, Serie A terbukti berhasil mengorbitkan nama-nama semisal Alessandro Florenzi, Lorenzo Insigne, Mattia Perin dan Marco Verratti.
Dan musim 2015/2016 ini, Serie A kembali mencuatkan beberapa nama wonderkid yang punya potensi luar biasa. Maka dari itu, sudah sepatutnya Anda tak melupakan sebelas nama wonderkid Serie A berikut ini.
1. Ali Adnan (21 tahun, Bek)
Apakah namanya begitu beraroma Asia? Wajar saja sebab dirinya berasal dari negeri yang lekat dengan konflik, Irak. Talenta Adnan sudah diakui usai menyabet gelar sebagai Pemain Muda Terbaik Asia pada 2013 silam.
Sosok berpostur 188 centimeter ini sendiri merupakan nama baru di kubu Udinese setelah diakusisi klub milik Giampaolo Pozzo tersebut dari tim asal Turki, Rizespor. Bermodal stamina prima, kecepatan dan dribel ciamik serta tangguh dalam duel udara membuat Adnan sanggup mengunci pos bek kiri di tim inti Udinese. Pemain yang dilabeli Gareth Bale Asia ini tercatat sudah 13 kali turun ke lapangan memperkuat Udinese musim ini.
2. Andrea Belotti (21 tahun, Penyerang)
Sebiji gol dan sepasang asis bersama Torino musim ini tentunya bukan jumlah yang fantastis, namun apabila hal tersebut sanggup diukir di liga yang sarat taktikal macam Serie A tentunya ada hal spesial dalam diri Belotti. Kemampuan pemuda lulusan akademi AlbinoLeffe ini dianggap cukup berkelas karena punya kecepatan, kegesitan dan kekokohan yang mumpuni.
Hal itu pula yang membuat dirinya bisa bermain di banyak posisi di sektor depan. Eks pelatihnya di AlbinoLeffe, Emiliano Mondonico, bahkan berani melempar pujian dengan menyebut gaya bermain Belotti yang mirip dengan dua penyerang legendaris tim nasional Italia, Roberto Boninsegna dan Gianluca Vialli. Musim ini, Belotti sudah berlaga sebanyak 12 kali buat Il Toro, julukan Torino.
3. Domenico Berardi (21 tahun, Penyerang)
Sassuolo yang baru promosi ke Serie A pada 2013/2014 mendapat perhatian lebih dari pencinta sepak bola. Salah satu alasannya apalagi kalau bukan keingintahuan pada sosok yang satu ini.
Sejak melakoni debut Serie A-nya dua musim lalu bersama I Neroverdi, julukan Sassuolo, striker kidal ini memang tampil sangat trengginas. Berardi tercatat sudah menorehkan 33 gol dari 71 partai Serie A yang dijalaninya termasuk musim ini.
Jumlah yang cukup tinggi mengingat Serie A tersohor sebagai kompetisi dengan kultur permainan defensif yang kental. Sayangnya kesebelasan besar yang menginginkan jasanya mesti gigit jari karena Juventus memastikan bahwa Berardi akan berlabuh ke Turin musim panas tahun depan pasca-menebus separuh hak kepemilikan sang pemain dari Sassuolo.
4. Federico Bernardeschi (21 tahun, Penyerang)
Bernardeschi mulai dikenal publik setelah diberi kesempatan oleh Vincenzo Montella untuk merumput bersama skuat utama Fiorentina di musim 2014/2015. Sudah pasti Montella punya alasan khusus hingga berani menurunkan pemuda asli didikan Fiorentina ini.
Meski terjadi peralihan kekuasaan dari Montella ke Paulo Sousa di kursi pelatih awal musim ini, nama Bernardeschi tak tergoyahkan sebagai salah satu andalan di lini serang klub asal Firenze itu. Bahkan jam terbang yang diberikan Sousa padanya makin tinggi.
Dirinya sudah bermain sebanyak 18 kali di semua ajang yang diikuti La Viola, julukan Fiorentina, musim ini serta menyumbang tiga gol dan satu asis. Performanya itu membuat klub raksasa Spanyol, Barcelona, berminat untuk menggunakan tenaganya.
5. Gianluigi Donnarumma (16 tahun, Kiper)
Keputusan mengejutkan dibuat Sinisa Mihajlovic, pelatih AC Milan, saat menurunkan Donnarumma di Serie A 2015/2016 kala tim asuhannya bentrok dengan Sassuolo pada 25 Oktober. Diego Lopez yang biasa mengisi pos penjaga gawang digantikan oleh kiper belia yang satu ini.
Namun keputusan Mihajlovic tersebut justru berbuah manis karena Milan sanggup memetik tiga poin. Pasca-laga tersebut nama Donnarumma semakin populer.
Berbekal refleks jempolan plus ketenangan dan konsentrasi apik membuat kehadirannya dapat menenangkan lini belakang Milan. Sampai kini dirinya sudah mencatat delapan penampilan untuk Milan di Serie A. Dirinya pun semakin kencang disebut sebagai suksesor Gianluigi Buffon, kapten tim nasional Italia sekaligus idolanya, sebagai kiper nomor satu Italia di masa mendatang.
6. Elseid Hysaj (21 tahun, Bek)
Hysaj mulai naik daun saat diasuh Maurizio Sarri di Empoli pada kompetisi Serie B musim 2012/2013 silam. Kolaborasi keduanya menghasilkan tiket promosi ke Serie A musim berikutnya.
Namanya terus menjadi pilar utama Sarri dalam membesut Empoli. Di saat Napoli merekrut Sarri untuk menjadi arsitek anyarnya awal musim ini, nama Hysaj ikut diboyong ke San Paolo, kandang Napoli.
Secara mengejutkan Hysaj mampu menggeser Christian Maggio, bek kanan andalan Napoli dalam beberapa tahun terakhir ke bangku cadangan. Performa bagusnya selama tiga musim terakhir ikut mengantar dirinya jadi langganan tim nasional Albania. Mampu bermain di pos bek kanan maupun kiri adalah salah satu nilai tambah Hysaj.
7. Keita Balde Diao (20 tahun, Penyerang)
Dianggap sebagai prospek masa depan ketika masih menimba ilmu di La Masia, akademi sepak bola milik Barcelona, rupanya tak menghadirkan kisah impian bak Lionel Messi buat Keita. Pada usia 16 tahun dirinya justru dilepas ke Lazio seharga 300 ribu euro.
Bakat Keita akhirnya memang merekah bersama kubu asal ibukota Italia tersebut. Mulai 2013/2014 hingga musim ini Keita sudah membukukan 70 penampilan dengan torehan 8 gol dan 8 asis berkostum biru langit di semua ajang. Kelebihannya yang bisa bermain di pos penyerang maupun gelandang menjadi salah satu alasan mengapa Keita semakin dipercaya Stefano Pioli, manajer Lazio.
8. Ricardo Kishna (20 tahun, Gelandang)
Nama Kishna mulai muncul ke permukaan sehabis melakoni debut bersama tim inti Ajax Amsterdam dua musim lalu. Setelah itu bocah kelahiran Den Haag ini seringkali muncul di skuat utama Ajax. Hingga akhirnya di bursa transfer musim panas 2015 Ajax setuju untuk melegonya ke Lazio.
Cek senilai empat juta euro dirasa pas untuk mengeluarkannya dari Amsterdam Arena, markas Ajax. Pelatih Lazio, Stefano Pioli, pun tak ragu untuk memberinya kesempatan bermain mengingat Kishna punya kemampuan yang bagus.
Di semua kompetisi yang Lazio ikuti musim ini, pemain yang punya darah Suriname ini telah sukses menggetarkan jala lawan sebanyak dua kali serta mengirimkan tiga umpan matang berbuah gol.
9. Adam Masina (21 tahun, Bek)
Status Man of The Match pernah dua kali diberikan kepada Masina oleh situs whoscored.com musim ini. Itu terjadi saat klub yang diperkuatnya saat ini, Bologna, bersua Atalanta dan AS Roma. Dua gol dan tiga asis yang dibukukan Masina hingga pekan ke-16 lalu pastinya tidak bisa dipandang sebelah mata.
Kemampuan pemuda berkaki kidal yang belum menentukan apakah memperkuat tim nasional Maroko atau Italia di level senior ini jelas mengundang perhatian banyak klub raksasa. Rumor yang beredar di negeri pasta menyebut bila Juventus dan Inter telah menyatakan ketertarikannya kepada pemain yang mengenakan kostum bernomor punggung 25 ini.
10. Alessio Romagnoli (20 tahun, Bek)
Naik daun bersama Sampdoria musim 2014/2015 membuat atensi publik mengarah pada sosok Romagnoli. Dirinya dianggap sebagai titisan bek legendaris Italia, Alessandro Nesta, dan akan mengawal lini belakang tim nasional Italia di masa depan.
Akan tetapi sekembalinya Romagnoli ke klub masa kecilnya, AS Roma, dirinya mesti menerima keputusan manajemen Roma yang melegonya ke AC Milan sebesar 25 juta euro jelang bergulirnya musim 2015/2016.
Bersama Milan, pelan tapi pasti dirinya mulai menunjukkan konsistensi dan ketangguhannya dalam bermain. Dari 15 kali tampil di lapangan musim ini, Romagnoli punya catatan 6,3 sapuan/laga dan 2,3 intersepsi/laga seperti yang dikutip dari whoscored.com. Statistik yang keren, bukan?
11. Piotr Zielinski (21 tahun, Gelandang)
Sepuluh caps dan tiga gol Zielinski bareng tim nasional Polandia merupakan jumlah yang brilian bagi pemuda seusianya. Hal itu mempertegas kualitas yang dimiliki pemain yang sekarang memperkuat Empoli ini.
Bersama klub ini pula Zielinski mendapat kesempatan bermain lebih banyak ketimbang bertahan di klub yang memilikinya, Udinese. Satu gol dan tiga asis menjadi torehannya selama 1190 menit beraksi di atas rumput hijau musim ini.
Statistik tersebut membuktikan bila Zielinski menjadi salah satu pilar utama bagi sang pelatih gres, Marco Giampaolo. Bila dirinya terus tampil memesona dan bisa mempertahankan Empoli di Serie A, jangan heran bila musim depan Zielinski bakal membela tim yang lebih mapan.
Di luar sebelas nama di atas, Serie A juga masih punya beberapa nama wonderkid lain macam Federico Bonazzoli, Assane Gnoukouri dan Daniele Rugani. Sayangnya musim ini tiga sosok tersebut kesulitan mendapat jatah bermain dari klubnya masing-masing yang mana penulis jadikan salah satu acuan untuk menulis artikel ini.
Namun begitu, potensi ketiganya untuk menjadi bintang masa depan pun sama besarnya dengan rekan-rekan belia mereka.
Munculnya barisan bocah ajaib ini paling tidak bisa menyanggah opini yang mengatakan jika Serie A adalah liga bagi pemain gaek. Karena nyatanya Serie A juga bisa melahirkan sosok-sosok muda nan hebat.
Siapa yang tahu jika pemuda-pemuda ini kelak bisa membuat Serie A jadi liga nomor wahid lagi di Eropa. Kemauan keras untuk terus belajar dan kesempatan bermain yang lebih banyak menjadi kunci bagi mereka untuk jadi bintang.