Selama pandemi Corona, kita diimbau untuk bekerja dari rumah agar tidak terpapar virus yang menyerang sistem pernapasan tersebut. Tanda pagar #DiRumahAja bahkan senantiasa menghiasi linimasa media sosial. Namun sebagai manusia, terus-terusan di rumah pasti menghadirkan rasa jenuh. Apalagi selama ini kita terbiasa bekerja bersama-sama dengan orang lain. Maka untuk mengusir kebosanan itu, banyak hal lain yang coba kita lakukan, mulai dari membaca buku, bermain gim konsol sampai menonton film.
Sebagai penggemar sepakbola, membaca buku-buku tentang sepakbola, termasuk terbitan Fandom (ada artikel saya yang mengisi buku Merawat Sepakbola Indonesia, lho) seraya bermain gim olahraga sebelas lawan sebelas ini amat lazim dilakukan.
Lalu bagaimana dengan menonton film?
Khusus yang satu ini, tak ada salahnya buat kamu untuk mengunduh dan berlangganan Netflix. Didirikan pada 1997, Netflix adalah penyedia layanan media streaming digital yang menawarkan cukup banyak program untuk disaksikan, termasuk film.
Saya tidak sedang promosi karena saya bukan pendengung Netflix yang rela menceritakan segala hal tentang mereka via artikel ini. Ketertarikan saya menulis artikel ini sebab di Netflix, para penggemar sepakbola seperti saya dan kamu semua, dapat menemukan banyak sekali film-film dengan tema sepakbola. Terhitung sejak 1 April 2020, saya menemukan 32 judul film yang tersebar ke dalam berbagai kategori.
Saya pun coba membedah isi film-film tersebut dan meletakkannya sesuai kategori ke dalam bagan di bawah ini. Gunanya apa? Tentu saja mempermudah kamu untuk memilih film mana yang ingin kamu tonton.
Pada bagan teratas, ada dua kategori utama di mana film-film itu dimasukkan. Pertama, berjenis dokumenter dan yang kedua adalah film-film non-dokumenter.
Film Dokumenter
Dalam kategori film dokumenter (bagan sebelah kiri berwarna hijau), saya membaginya lagi ke dalam tiga sajian berbeda berdasarkan konten yang dikandung. Antara lain film dokumenter dengan latarbelakang klub sepakbola, film dokumenter tentang kehidupan pesepakbola dan pelatih dari berbagai sisi serta film dokumenter yang bertemakan tindak-tanduk suporter.
Jika dirunut lebih mendalam, maka akan ditemukan berbagai film kece yang ada di dalam kategori pertama (bagan dengan warna biru). Film-film dengan judul yang menandakan nama klub akan menghiasi kategori ini, seperti dua film dari sepasang kesebelasan raksasa yang melegenda di Argentina: Boca Juniors Confidential (2018) dan River, El Mas Grande Siempre (2019). Selain itu film First Team Juventus (2018) juga tersedia bagi kamu yang menggemari kesebelasan asal Italia tersebut (walau di film ini, Cristiano Ronaldo belum bergabung).
Sementara untuk penggemar Lionel Messi, film Barca Dreams (2015) sangat layak untuk ditonton. Tidak lupa cerita pilu klub Brasil, Chapecoense, yang terekam jelas dalam Forever Chape (2018). Namun kalau saya boleh menyarankan, kamu sebaiknya juga menonton dua film serial dari klub kasta ketiga Liga Inggris, Sunderland, yang termaktub dalam Sunderland Till I Die (2018 & 2020). Niscaya kamu akan merasa beruntung, karena ternyata masih ada suporter yang lebih nelangsa lagi dibandingkan kita para budak cinta tim nasional Indonesia.
Bagi kamu yang menyukai kisah perjuangan sebuah negara (timnas), film The Perfect Day (2018) yang merangkum perjuangan Prancis di Piala Dunia dan Becoming Champions (2016) yang mengumpulkan berbagai ceritera heroik, sangat pas untuk dijadikan tontonan mewakili kategori ini.
Lanjut ke bagan film dokumenter pemain dan pelatih, cukup banyak berseliweran film dengan nama-nama pemain yang pastinya tak asing di telinga kita. Misalnya saja Antoine Griezmann: The Making of Legend (2019) dan Le K Benzema (2017). Selain dua film tersebut, tonton juga cerita hidup pesepakbola pertama yang terbuka dengan orientasi seksualnya dalam Forbidden games: The Justin Fashanu Story (2017) maupun cerita Alexis Vieira: A Story of Survival (2019), pesepakbola yang selamat dari perampokan di Kolombia.
Bagi pemuja “Si Tangan Tuhan”, ada film berjudul Maradona in Mexico (2020) yang menceritakan kehidupan Diego Maradona ketika melatih Dorados, klub papan bawah di Liga Mexico. Buat penggemar sepakbola Inggris, kisah hidup Sir Bobby Robson yang terangkum dalam Bobby Robson: More Than A Manager (2018) wajib untuk disaksikan. Di sini juga, kamu bisa menemukan benang merah pertemuan pertama karier Pep Guardiola dan Jose Mourinho.
Sebagai elemen ketiga, film dokumenter mengenai kehidupan suporter memang belum banyak diangkat oleh Netflix. Namun dalam pantauan saya, film Ultras (2020) cukup jeli menceritakan “kegilaan” para pendukung yang menurut saya memang beda kasta. Judul lainnya, Forever Pure (2016) juga menceritakan suporter asal klub Israel yang membela hingga meledek habis klub idola mereka. Mungkin ke depannya, Netflix bisa makin memanjakan kita dengan film-film di kategori ini.
Film Non-Dokumenter
Beralih ke kategori film non-dokumenter, ada film yang dibuat berdasarkan cerita asli sepakbola maupun fiksi dengan sejuta bumbu yang menggoda kita untuk menyaksikannya. Dalam kategori ini sendiri saya membaginya berdasarkan produksi film, sehingga lahir ke dalam dua kategori utama yaitu film non-dokumenter buatan lokal atau dalam negeri dan buatan asing yang saya pecah lagi, ke dalam empat benua.
Saya hanya menemukan satu film non-doc berlabel sepakbola di Netflix yang mewakili benua Australia dan tertuang lewat judul Back of The Net (2019). Sedangkan judul-judul seperti Rembat (2015) asal Malaysia, Lorai (2015) dan Jada (2019) dari India cukup mewakili benua Asia.
Dari benua Amerika, ada lima judul yang cukup menggiurkan seperti film yang terinspirasi dari kisah hidup Carlos Tevez: Apache (2019) serta Puerta 7 (2020) dari Argentina, dan dua film asal Meksiko yakni Penalty Kick (2018) serta Club De Cuervos (2015).
Untuk melengkapi film sepakbola berlatarbelakang benua Eropa, Netflix menyediakan film asal Denmark yang mengisahkan ulang kisah kejayaan tim Dinamit lewat Summer of 92 (2015). Selain itu, ada film Holy Goalie (2017) dari Spanyol. Melengkapi koleksi serial baru dari Inggris perihal kisah awal pertarungan di Piala FA, kita bisa menyaksikan film dengan judul The English Game (2020).
Dari produksi film dalam negeri yang mampir ke lapak Netflix, setidaknya ada empat film yang menurut saya, ya, itu-itu saja. Antara lain Gara-Gara Bola (2008), yang dilengkapi oleh dwilogi Garuda Di Dadaku (2009 & 2011), dan disempurnakan oleh Cahaya Dari Timur Beta Maluku (2014) yang diproduseri oleh Glenn Fredly. Salah satu karya yang membuat kita akan selalu mengenang karya sang musisi di ranah sepakbola.
Semoga puluhan judul film yang tertera diatas dapat membuatmu segera mengalihkan perhatian ke layar Netflix dan bikin harimu jadi lebih berfaedah. Lagi pula, dari sekian banyak rekomendasi film yang saya berikan, tidak ada satu pun spoiler ceritanya yang saya ungkapkan. Jika ternyata ada judul film di Netflix yang terlewat dalam tulisan ini, beritahukan juga, ya.
Selamat menonton guys!