Saya tak tahu bagaimana menggambarkan laga Indonesia melawan Singapura pada babak semifinal kedua Piala AFF 2020 tadi malam (25/12).
Gol cepat Ezra Walian pada babak pertama menumbuhkan keyakinan jika Indonesia dapat menghempaskan Singapura dan melaju ke final.
Kartu kuning kedua yang diperoleh Safuwan Baharudin semakin melambungkan asa di benak suporter Indonesia.
Kesempatan emas. Kurang lebih begitu. Sebab skuad Garuda yang jumlahnya masih lengkap di lapangan bakal berhadapan dengan sepuluh penggawa The Lions.
Ironis, keunggulan jumlah pemain tak memberi keuntungan apapun. Jala Nadeo Argawinata malah dikoyak sepakan Song Ui-young jelang babak pertama selesai.
Skor 1-1 menjadi penutup 45 menit pertama. Kondisi demikian bikin suporter Indonesia masih yakin bahwa Nadeo dan kolega bisa mencetak gol pada babak kedua guna menyegel tiket ke final.
Harapan kian melonjak saat Irfan Fandi diganjar kartu merah oleh wasit. Singapura pun terpaksa bermain dengan sembilan orang.
Nahas buat Indonesia, tekanan yang dilakukan Singapura membuat lini pertahanan bocor.
Para pemain Singapura begitu pandai memancing penggawa Indonesia untuk membuat pelanggaran di dekat kotak penalti.
Dengan pemain yang lebih sedikit, tak ada jalan bagi Singapura selain memanfaatkan set piece yang mereka dapat secara prima.
Benar saja, tendangan bebas yang didapat hanya beberapa meter dari area terlarang sanggup dikonversi Shahdan Sulaiman buat mengantar The Lions unggul 2-1.
Edan, sungguh edan. Unggul jumlah pemain nyatanya bikin Indonesia tertekan dan akhirnya ketinggalan.
Suporter Indonesia pucat. Keringat dingin bercucuran. Mulut tak henti-hentinya melafalkan pisuhan. Jancok tenan. Goblok, Cah!
Di sisa waktu, anak asuhan Shin Tae-yong terus berjuang sampai titik darah penghabisan. Mereka memburu gol penyeimbang guna memperpanjang nafas.
Sebaliknya, kubu asuhan Tatsuma Yoshida terus memainkan tempo. Sedikit sentuhanke tubuh bikin para pemain Singapura jatuh dan berguling-guling.
Tak sekadar mengulur waktu, mereka juga memancing emosi pemain Indonesia. Beruntung, tak ada yang termakan cara tersebut dan tetap fokus mencari gol penyeimbang.
Saat yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Pratama Arhan sukses menjebol gawang Hassan Sany buat mengubah papan skor menjadi 2-2.
Banyak yang mempertanyakan gol tersebut karena berbau offside. Namun wasit bergeming. Ia menganggap gol tersebut sah. Game on!
Apakah kendali laga langsung jatuh ke tangan Indonesia? Namun realitanya tidak begitu.
Hanya berselang beberapa menit, Singapura mendapat hadiah penalti dari wasit di detik-detik akhir laga.
Fans Singapura girang bukan main. Sebaliknya, suporter Indonesia tertunduk lesu. Saya yakin, mereka pasti bertanya-tanya di dalam hati.
“Cobaan buat Indonesia, kok, gede banget, Gusti?”.
Ada dua skenario jelas dari momen penalti ini. Gol, Singapura kembali di atas angin dan siap menggenggam tiket ke final.
Gagal, angin bakal bertiup kembali ke Indonesia karena mampu memaksakan perpanjangan waktu.
Rupanya Dewi Fortuna masih memihak Indonesia. Paras rupawan Nadeo bikin ia terpikat sehingga ‘meminjamkan tuahnya’ kepada kiper dari klub Bali United itu guna menepis eksekusi Faris Ramli!
Nyawa Indonesia selamat dan semangat juang mereka kembali meningkat. Tekanan justru berpindah ke Singapura karena harus melakoni babak perpanjangan waktu dengan sembilan pemain saja.
Seperti yang diduga, Indonesia akhinya mampu menambah pundi-pundi golnya dalam babak perpanjangan waktu.
Gol ketiga skuad Garuda berasal dari bunuh diri Shawal Anuar. Sedangkan gol keempat lahir dari kaki Egy Maulana Vikri yang baru pertama kali turun di Piala AFF 2020.
Margin dua gol yang dipegang Indonesia bikin mereka tampil lebih tenang dan nyaman. Serangan-serangan sporadis Singapura juga bisa diantisipasi dengan baik.
Malang bagi tuan rumah sebab pada menit ke-119, Hassan diacungi wasit kartu merah lantaran keluar dari sarangnya dan melanggar Irfan Jaya yang membawa bola sendirian.
Bermain dengan delapan orang tentu kian menyulitkan bagi Singapura. Beruntung, hal itu cuma berlangsung dua menit.
Tatkala wasit meniup peluit panjang, terpancar kebahagiaan di skuad Garuda. Mereka berpelukan, sujud syukur, sampai mencium tangan Shin Tae-yong. Mereka akan tampil di final.
Laga semalam betul-betul sulit diterjemahkan. Ada berbagai kejadian yang menguras emosi dan energi. Baik yang membuat bahagia maupun yang bikin sesak. Pun dengan segala kontroversi dari para pengadil lapangan.
Sepanjang menyaksikan sebuah pertandingan sepakbola, mungkin baru kali ini saya melihat ada begitu banyak suspense di dalamnya.
Indonesia bakal kembali berlaga di final Piala AFF untuk keenam kalinya sepanjang sejarah dan sedang menunggu pemenang dari leg II semifinal lain yang mempertemukan Thailand dan Vietnam (Thailand menang 2-0 pada leg I).
Dari lima final sebelumnya, Indonesia selalu pulang dengan tangan hampa. Wajar kalau akhirnya mereka disebut sebagai spesialis runner up.
Keberhasilan lolos ke final senantiasa berakhir dengan tangis sebab mengalami kekalahan.
Persetan dengan siapapun lawan Indonesia nantinya. Itu urusan nanti. Terpenting, mereka sukses menembus partai puncak.
Nikmati saja dulu momen ini baru kemudian memikirkan laga final yang juga dihelat dua legĀ di Stadion Nasional Singapura.
Final, kami datang!