Dalam cerita manga Captain Tsubasa, ada banyak sekali tokoh yang menarik diikuti. Satu di antaranya adalah kiper ikonik Jepang, Genzo Wakabayashi.
Diceritakan, Wakabayashi adalah kiper dengan kemampuan eksepsional sedari belia. Dan seperti Tsubasa, ia memiliki keinginan untuk menjadi yang terbaik di dunia.
Harapan itulah yang kemudian mendorong Wakabayashi untuk mentas di Eropa. Pada akhirnya, kesempatan itu didapatkannya di Jerman.
Dalam manga garapan Yoichi Takahashi tersebut, Wakabayashi dewasa digambarkan bermain untuk Hamburger SV.
Di Jerman sendiri (di dunia nyata), ada sebuah anekdot bahwa semua akan Bayern (Munchen) pada waktunya.
Sebagai tim nomor satu di Negeri Panser karena saban tahun selalu bermandikan kesuksesan, banyak pesepakbola dengan kemampuan apik yang tergiur untuk merumput bersama Bayern.
Contoh nyata kesuksesan Bayern bisa kita lihat dari gelar Bundesliga yang tak pernah lepas dari tangan mereka sejak musim 2012/2013 hingga musim 2020/2021 kemarin.
Peduli setan suporter lawan atau netral merasa bosan, tetapi Bayern akan terus membejek gas demi meraih gelar Bundesliga pada musim-musim selanjutnya.
Banyak yang bilang bahwa hal-hal yang nyata itu membosankan. Semua ingin keajaiban seperti cerita dongeng Leicester City di Premier League 2015/2016 atau gairah kemenangan Borussia Dortmund saat ditukangi Jurgen Klopp.
Permainan di Bundesliga memang menarik, terlebih secara taktikal. Namun saat mengetahui juaranya Bayern lagi, Bayern lagi, ya, wajar bila timbul kejenuhan.
Suka tidak suka kita memang harus mengakui bahwa Bundesliga adalah taman bermain untuk Bayern. Kompetisi ini bukan lagi dimonopoli oleh mereka.
Semua terjadi di berbagai era. Tidak hanya menggembosi pemain rival seperti Robert Lewandowski, Mario Götze, hingga Mats Hummels dari Dortmund pada era baru, melainkan juga ketika Bayern mendapatkan jasa Ottmar Hitzfeld, pelatih yang membawa Die Borussen juara Liga Champions 1996/1997.
Bayern juga hobi belanja pemain muda berpengaruh bagi klub-klub Bundesliga lain. Contoh saja Serge Gnabry dari Werder Bremen, Leon Goretzka dari Schalke 04, Niklas Sule dari Hoffenheim, hingga Benjamin Pavard dari Stuttgart.
Terkait anekdot tentang Bayern, sepertinya juga masuk ke dalam perhitungan Takahashi kala membuat manga Captain Tsubasa.
Takahashi memasukan arc Bundesliga dalam Captain Tsubasa: Road to 2002 di mana ia membuatnya pada tahun 2001–2004 dalam Weekly Young Jump.
Ia menceritakan bahwa ambisi Bayern sedang dalam puncak gairah lantaran merekrut pemain muda di Bundesliga seperti Karl Heinz Schneider dari Hamburg, Stefan Levin dari FC Koln, dan Xiao Junguang.
Dalam cerita tersebut dikisahkan bahwa ayah dari Schneider, yakni Rudi Frank Schneider adalah legenda hidup tim nasional Jerman dan Bayern yang kemudian menjadi pelatih Die Bayern.
Ia berniat untuk membuat Bayern tidak hanya berjaya di Jerman, melainkan Eropa.
Bagi yang belum tahu, mereka bertiga—Schneider, Levin, dan Xiao—adalah kapten timnas usia muda sekaligus pentolan dari negara masing-masing yakni Jerman, Swedia, dan China.
Mereka punya benang merah kemampuan yang sama yakni tendangan super dan power yang gila. Ketiganya, membuat jurus baru bernama Dragon’s Roar.
Takahashi bak seorang peramal bahwa di era 2000-an awal ketika ia menggarap Road to 2002, Bayern masih memiliki pola merekrut pemain andalan klub rival di usia matang.
Bayern belum memakai pola mengambil pemain mudanya seperti sekarang—merekrut pemain muda berbakat.
Bagai sebuah satir, Yoichi Takahashi mengemas arc Road to 2002 ini dengan begitu ciamik, terlebih ketika kubu Bayen berbelanja pemain muda terbaik seantero Bundesliga.
Singkatnya, Rudi menjadikan Liga Champions sebagai target utama mereka. Salah satu jalan pintas adalah dengan merekrut pemain muda potensial.
Dengan tiga nama yang disebut di atas, lini serang Bayern bisa dikatakan menjadi yang terbaik di Eropa.
Praktis, hanya dua keping puzzle yang belum mereka dapatkan yakni gelandang bertahan dan seorang kiper jenius—kiper bertipikal sweeper.
Pilihan Rudi tertuju kepada Wakabayashi dan Hermann Kaltz, keduanya bermain untuk Hamburg yang merupakan rival Bayern sekaligus rekan Schneider kala mentas di tim junior. Ikatan antara Schneider, Kaltz, dan Wakabayashi pun terjadi.
Schneider mengajak mereka berdua untuk bergabung ke Bayern dengan alasan visi dan misi Bayern adalah Eropa, bukan lagi Bundesliga.
“Di Eropa, kita akan bertemu pemain-pemain terbaik,” kata Schneider kepada Wakabayashi.
Itu tandanya, Bayern yang bertekad memenangkan Liga Champions Eropa, akan bersua dengan Tsubasa Ozora di Barcelona, Kojiro Hyuga, Gino Hernandez, dan Salvatore Gentile di Juventus, Shingo Aoi di Inter Milan, Juan Diaz di Napoli, dan Brian Cruyfford di Manchester United.
Dalam Road to 2002 bab keenam berjudul Body of Steel, Schneider datang langsung dan menawari Wakabayashi pos kiper utama Bayern.
Dengan gamblang, Wakabayashi menolak. Ia memilih untuk setia kepada Hamburg. Katanya, transfer Schneider ke Bayern murni lantaran Rudi adalah ayahnya.
Sedangkan ia tidak hanya terikat kontrak dengan Hamburg, tetapi juga terikat jasa yang amat besar bagi progres karir sepakbolanya.
Hamburg dalam benak Wakabayashi, adalah penyelamat lantaran menerima dirinya sejak masa sekolah. Tak peduli bahwa Schneider berusaha meyakinkannya dengan berkata bahwa seluruh pemain muda terbaik datang ke Bayern seperti Levin dan Sho Shunko.
Wakabayashi hanya melemparkan senyuman, dengan mengepalkan tangan ia berkata, “Aku akan menghentikan mereka semua.”
Lebih jelasnya, Wakabayashi akan kembali membantu Hamburg yang musim lalu di posisi tujuh lantaran ia cedera. Tahun ini, setelah ia pulih, menargetkan finish di zona Eropa dan mengalahkan Bayern.
Dongeng bernama Bundesliga, di kehidupan nyata, rasanya akan terus mengglorifikasi anekdot semua akan Bayern pada waktunya. Setidaknya sampai sepuluh atau lima belas tahun mendatang.
Akan tetapi, dari kisah Wakabayashi pun kita bisa menangkap bahwa tak semua orang mau hijrah ke Bayern dengan iming-iming apapun.
Di dunia nyata, kita juga bisa melihat beberapa pemain yang justru enggan bergabung dengan Bayern karena setia dengan klub lamanya atau malah pindah ke klub di luar Jerman.
Toh, makna kebahagiaan bagi setiap orang berbeda-beda. Bisa berupa trofi, bisa berbentuk uang, bisa berwujud popularitas atau sekadar kesempatan bermain lebih banyak.