Musim 2014/2015 adalah momen di mana Harry Kane meroket sebagai penyerang tajam. Berkostum Tottenham Hotspur, lelaki berambut klimis ini sukses menggelontorkan 31 gol untuk The Lilywhites di sejumlah ajang yang mereka ikuti.
Performa itu mengatrol sosoknya. Keberadaannya mulai diakui dan ditakuti, khususnya oleh lawan-lawan yang dihadapi Spurs.
Seakan belum cukup, pesonanya juga menarik atensi tim nasional Inggris. Tanpa tedeng aling-aling, ia mulai diberi banyak kesempatan mengenakan baju The Three Lions.
Musim-musim berikutnya, dijalani Kane dengan sama gemilangnya. Kepala dan kedua kakinya tetap produktif menghasilkan gol demi gol buat Spurs. Tak heran bila tawaran pindah mulai berdatangan untuknya.
Akan tetapi, sang striker bergeming. Ia memilih setia di London Utara dan ingin mempersembahkan trofi bagi The Lilywhites. Sayangnya, mimpi Kane bak jauh panggang dari api.
Spurs bukanlah kesebelasan top di Negeri Ratu Elizabeth dan prestasinya pas-pasan. Maka mengubah takdir Spurs menjadi kesebelasan hebat yang rajin memeluk trofi jadi pekerjaan maha berat untuk Kane.
Sejatinya, ada tiga kesempatan di mana Spurs berlaga di partai final dan selangkah lagi meraih trofi. Masing-masing final Piala Liga 2014/2015 dan 2020/2021 serta Liga Champions 2018/2019.
Nahasnya, tiga momen itu selalu berujung duka untuknya. Spurs senantiasa keok dari lawan-lawannya dan membuat lemari trofi di Stadion Tottenham tak kunjung terisi silverware anyar yang lebih kinclong.
Kenyataan tersebut, plus jebloknya performa Spurs musim ini membulatkan tekad Kane untuk hengkang.
Sebetulnya, bukan kali ini saja Kane menyuarakan hasratnya itu. Entah memang murni keluar dari dalam hatinya, atau hanya ancaman agar klubnya bekerja ekstra keras demi merengkuh gelar juara.
Spurs bukannya tanpa usaha. Beberapa kali pihak manajemen melakukan aksi yang cukup menjanjikan.
Misalnya saja memulangkan Gareth Bale dari Real Madrid serta merekrut Jose Mourinho sebagai pelatih baru. Nama terakhir bahkan dikenal sebagai pelatih bertangan dingin yang rajin memberikan trofi bagi tim asuhannya.
Berbagai penguatan dan pembenahan coba dilakukan, tetapi hasilnya nol besar. Spurs tetaplah Spurs. Klub dengan skuad cukup berkualitas, tetapi senantiasa gagal pada momen-momen penting di mana mereka berpotensi meraup gelar.
Mourinho yang notabene pelatih kawakan dan berpengalaman sampai harus menerima surat pemecatan dari pihak manajamen.
Lelaki Portugal itu dinilai tak bisa memunculkan kemampuan terbaik anak asuhnya sehingga The Lilywhites terseok-seok.
Terasa kian pahit, tim sekelas Leicester City malah sanggup memunculkan performa mengagumkan. Mereka mengoleksi titel Liga Primer Inggris 2015/2016 serta gelar Piala FA 2020/2021 yang didapat sekitar dua pekan silam. Fantastis.
Menariknya, Kane pernah membela The Foxes dan bahkan bermain bersama Jamie Vardy.
Namun perkara nasib di lapangan hijau, Vardy masih lebih baik ketimbang dirinya. Apakah pencapaian Vardy membuat Kane cemburu?
Rasa haus Kane perihal titel kemudian diendus sejumlah klub Liga Primer Inggris. Kebetulan, si pemain menyatakan ogah merumput di luar Inggris.
Chelsea, Manchester City dan Manchester United dikabarkan sebagai peminat utama. Mereka diyakini mampu menggelontorkan dana buat memboyong Kane dan menjadikannya sebagai andalan baru.
Sebenarnya, pihak Spurs sempat menampik kabar bahwa Kane ingin angkat kaki dari Stadion Tottenham.
Apalagi sang pemain merupakan figur sentral serta menjadi ikon klub. Namun pemain bernomor punggung 10 itu sendiri terus mengulang-ulang pernyataan bahwa dirinya ingin hijrah.
Layaknya sebuah hubungan asmara, berapa lama Spurs mampu menahan Kane jika sang pujaan hati sudah merasa tak nyaman dan ingin pergi?
Andai Kane bertahan sekalipun, akankah hubungan asmara itu bisa berjalan indah seperti dahulu?
Dilansir ESPN, Chelsea siap memberikan Tammy Abraham dan Kepa Arrizabalaga plus uang tunai guna memboyong Kane ke sisi barat kota London.
Sementara Spurs sendiri, seperti dikutip dari 90min mengidentifikasi Gabriel Jesus (Manchester City) dan Anthony Martial (Manchester United) sebagai pengganti ideal buat Kane.
Maka bisa saja The Lilywhites memasukkan nama mereka jika melakukan negosiasi dengan Manchester City atau Manchester United.
Alasan Kane ke Chelsea
Kendati sudah mempunyai Abraham, Olivier Giroud, dan Timo Werner sebagai juru gedor, The Blues masih punya masalah di lini serang.
Sayangnya, mereka terbentur persoalan finishing sepanjang musim ini dan berpengaruh pada laju Chelsea.
Mengingat Kane punya kualitas penyelesaian yang mumpuni, sah-sah saja kalau klub besutan Thomas Tuchel memasukannya ke dalam daftar buruan di bursa transfer musim panas nanti.
Keberadaan Roman Abramovich sebagai pemilik klub juga bisa melanggengkan upaya The Blues guna menggiring Kane ke Stadion Stamford Bridge.
Mengapa Kane berlabuh Manchester City?
Selepas musim 2020/2021, The Citizens bakal ditinggal oleh penyerang andalan sekaligus legenda hidup klub selama satu dekade terakhir, Sergio ‘Kun’ Aguero, yang kontrak kerjanya berakhir. Praktis, mereka tinggal memiliki Jesus sebagai penyerang murni.
Keadaan demikian mendorong Manchester City untuk berburu penyerang baru dan Kane merupakan salah satu nominasinya.
Berbekal duit tak ada habis dari pemilik klub, mendaratkannya ke Stadion Etihad bukanlah pekerjaan sulit.
Kane sendiri dinilai bisa semakin beringas di bawah asuhan Pep Guardiola. Mimpi untuk meraih trofi pun bisa lebih dekat jika ia memutuskan untuk memakai baju biru muda khas The Citizens.
Perlunya Mempertimbangkan Manchester United
Presensi Edinson Cavani dan Marcus Rashford bikin suporter The Red Devils bisa melupakan memblenya Martial dalam urusan membobol gawang lawan. Namun secara keseluruhan, lini serang Manchester United memang kurang tajam.
Masalah ini tentu sudah dipahami oleh Ole Gunnar Solskjaer sehingga menggaet Kane bisa menjadi salah satu prioritas di bursa transfer musim panas mendatang.
Siapa tahu, andai merapat ke Stadion Old Trafford, Kane bisa mengikuti jejak Dimitar Berbatov, eks penyerang Spurs yang memanen gelar bersama The Red Devils.
Meski begitu, pelitnya manajemen menyoal investasi pemain dapat menjadi penghambat Manchester United dalam usaha mengamankan jasa salah satu striker terbaik Inggris di era modern tersebut.
Mungkinkah Bergabung ke Liverpool?
Selain tiga klub di atas, nama Liverpool bisa saja naik ke permukaan sebagai calon pelabuhan baru Kane.
Masuknya Kane tentu bisa mempertajam lini depan kubu asuhan Jurgen Klopp. Namun hingga saat ini, The Reds belum memperlihatkan ketertarikannya terhadap sosok setinggi 188 sentimeter ini.
Sebagai pemain dengan kualitas prima, gelar menjadi incaran mutlak Kane. Maka kegagalan demi kegagalan yang dituai Spurs pasti membuatnya gerah.
Terlebih bekas rekan setim maupun bosnya di Spurs seperti Christian Eriksen dan Mauricio Pochettino, malah sukses mendapat titel usai minggat dari London Utara.
Maka satu-satunya pilihan paling masuk akal guna memenuhi ambisinya adalah menanggalkan seragam The Lilywhites.
Seperti yang Kane utarakan bahwa ia tak mau melanjutkan karier di luar Inggris, maka empat tim di atas merupakan destinasi favorit dari Kane.
Keempatnya juga kesebelasan yang memiliki potensi terbesar menggamit trofi pada musim depan. Entah di ajang Liga Primer Inggris, Piala FA, Piala Liga atau bahkan kejuaraan antarklub Eropa.
Jadi tim mana yang bakal dituju Kane demi peningkatan kariernya? Apapun yang muncul di kemudian hari, satu yang pasti, mustahil Kane memilih Arsenal sebagai klub barunya.