Kaki Totti yang Masih Ingin Berlari

Saya enggan menceritakan kesetiaan Francesco Totti bagi AS Roma. Saya tak mau menuliskan fakta bahwa Totti telah bermain selama 24 tahun bersama AS Roma. Saya juga pasti tak ingin menyebutkan fakta bahwa Sang Pangeran pernah menolak pinangan Real Madrid, demi tetap bermain di Olimpico.

Di saat pemain seangkatan dia sudah mulai bertumbangan, Totti masih setia untuk bermain. Ia bermain semata-mata bukan karena uang. Bahkan gaji Totti kalah dibandingkan gaji Wojciech Szczesny.

Totti mendapatkan gaji 2,5 juta euro. Sedangkan Szczesny mendapatkan gaji 3 juta euro. Manajemen Roma tahu kalau sebagian gaji Szczesny untuk membeli rokok.

Kontrak Totti harusnya berakhir pada akhir musim 2015/2016. Tapi, menurut Dailymail, Totti mendapatkan tawaran untuk perpanjang kontrak selama semusim. Kalau itu terjadi, maka musim 20162017 akan menjadi tahun ke 25 Totti bermain untuk AS Roma.

Sebenarnya, sinyal Totti untuk memperpanjang kontrak bersama AS Roma sudah terlihat sejak tahun lalu. Saat acara pengumuman rencana pembangunan Stadio Della Roma. Stadion baru yang akan dipakai oleh AS Roma.

Saat itu, James Palotta berkeinginan melihat Totti bermain dan memimpin tim di stadion baru. Pembangunan stadion sendiri rencananya akan selesai pada tahun depan. Dan mulai musim 2016/2017, AS Roma akan pindah ke stadion yang baru.

Jika rencana itu berjalan mulus, tawaran perpanjangan kontrak untuk Totti adalah hal yang masuk akal dan harus segera dilaksanakan.

Totti bukan pemain biasa. Ia bukanlah pemain yang hanya datang untuk latihan dan pulang. Suami dari Ilary Blasi ini adalah sosok penting bagi AS Roma. Totti ibarat magnet yang menjadi daya tarik pemain untuk bergabung bersama AS Roma.

BACA JUGA:  Enam Wonderkid Ligue 1 Prancis

Mungkin hanya Totti, pemain yang mampu membuat Gareth Bale dibenci fans Real Madrid karena mendatangi kamar ganti Roma untuk minta tanda tangan Totti, saat Real Madrid bertemu AS Roma. Fans Madrid tidak terima mega bintangnya mendatangi Totti. Pemain yang pernah menolak pinangan untuk bermain di Santiago Bernabeau.

Dalam aliran Sufi, ada empat tingkatan. Dengan syariat sebagai tingkatan terendah, dan ma’rifat sebagai tingkatan tertinggi. Dzuun Nuun Al-Mishriy mengatakan ada beberapa tanda seseornag telah mencapai ma’rifat. Salah satunya adalah tidak membutuhkan kehidupan yang mewah.

Saya membawa tingkatan dalam sufi ke dalam sepak bola. Kalau mengambil tanda-tanda seseorang yang telah masuk dalam tingkatan ma’rifat, pemain yang mencapai tahapan ini adalah pemain yang tidak peduli dengan harta. Lihat bagaimana Totti yang rela gajinya dipotong demi bertahan bersama AS Roma.

Atau ketika dia menolak pinangan klub besar yang menjanjikan gaji lebih besar. Juga kesempatan meraih trofi yang lebih banyak.

Mungkin berlebihan, tetapi faktanya Totti tak lagi menginginkan kehidupan yang mewah. Ia sempat diisukan akan bermain di Major League Soccer (MLS), bersama Andrea Pirlo. Tapi dengan tawaran kontrak dari AS Roma, nampaknya bermain di Amerika Serikat hanya akan jadi sebuah harapan semata.

Setiap orang memiliki batas akhir dalam kehidupan. Dan merekalah yang tahu saat yang tepat untuk menentukan pilihan. Dan Totti tetaplah manusia biasa. Ia memiliki batasan. Ia mengakui itu.

Ia akan berhenti bermain ketika ia sudah tak mampu berlari. Mungkin saat ini, Totti sedang berjalan dengan kaki yang melemah. Ia juga bernafas dengan deru yang mulai berat. Tapi Totti percaya, bahwa rasa cintanya untuk AS Roma, akan mengalahkan semua rasa lelah yang mulai hinggap ke tubuhnya.

BACA JUGA:  Jose Mourinho: Lahir untuk Menang

 

Komentar
Penulis adalah seorang mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Brawijaya. Mencintai sepakbola seperti mencintaimu. Penikmat Sepak bola Indonesia dan Italia. Dikontrak seumur hidup oleh Gresik United dan AS Roma dengan kepimilikan bersama atau co-ownership. Yang mau diskusi tentang sepak bola ataupun curhat tentang cinta, bisa ditemui di akun twitter @alipjanic .