Kostum Liverpool Home 2015/16

Disuplai produk asal Jerman, lalu Amerika Serikat, kembali ke Jerman, dan akhirnya kembali lagi ke Negeri Paman Sam. Begitulah kronologi perjalanan aparel Liverpool dalam 25 tahun terakhir. Adidas yang didirikan oleh Adolf Dassler menjadi penyedia kostum bagi The Reds sejak akhir dekade 1980-an hingga musim 1995/96 berakhir. Aparel dengan ciri trigaris tersebut kemudian digantikan oleh Reebok yang bertahan hingga sepuluh musim di Anfield. Aparel asal Amerika Serikat tersebut menjadi bagian dari kesuksesan The Anfield Gang dalam meraih trofi Liga Champions tahun 2005 lewat cerita “Satu Malam di Istanbul” yang tersohor itu.

Lepas dari Reebok, Liverpool kembali ke pangkuan Adidas. Kerjasama ini sendiri bertahan hingga musim 2011/12 berakhir. Sebelum musim 2012/13 bergulir, manajemen Liverpool mengumumkan sebuah rekor kontrak tertinggi klub dengan perusahaan aparel dalam sejarah persepakbolaan Inggris Raya.

Adalah pendatang baru di dunia sepak bola, Warrior Sports, yang berhasil menggandeng Liverpool dalam usahanya menancapkan kuku kapitalisme khas Negeri Paman Sam ke olahraga paling digandrungi di seantero jagat ini. 150 juta poundsterling digelontorkan Warrior untuk menyuplai kebutuhan aparel Liverpool hingga musim 2016/17 berakhir. Ini berarti, 25 juta pound mengalir ke kantong klub setiap musimnya. Nilai ini hanya kalah dari kontrak Nike dengan Barcelona yang disinyalir mencapai 26,3 juta pound per tahun.

Hanya tiga musim, keakraban yang tercipta antara Liverpool dengan Warrior harus berakhir. Brand Warrior ditarik sepenuhnya dari dunia sepak bola dan akan digantikan langsung oleh perusahaan induknya, New Balance. Selama tiga tahun “bertugas” di sepak bola, Warrior tidak bisa dibilang sukses.

Pada musim pertamanya bersama Liverpool, tak sedikit penggemar klub yang mencibir desain kostum Si Merah karena dirasa aneh. Tak hanya desain secara visual yang dipermasalahkan para pendukung Liverpool, melainkan juga tingkat kenyamanan dan kualitas bahan. Mereka menilai, kualitas kostum yang diproduksi oleh Warrior masih kalah dibanding pendahulunya, Adidas. Meski dirasa wajar mengingat Adidas telah berkecimpung di sepak bola jauh sebelum Lionel Messi dilahirkan, para pendukung Liverpool tetap tak bisa menerima alasan tersebut karena mereka sudah terlanjur berharap banyak dari Warrior.

BACA JUGA:  Tidak Ada Lagi Nike di Kaki Nunez?

Warrior pun belajar dari kesalahan. Musim kedua dan ketiga mereka bersama Liverpool berhasil mereka lalui tanpa cibiran dalam jumlah yang berarti. Mereka akhirnya mampu menyuguhkan desain kostum yang mampu mengambil hati para pendukung Si Merah. Meski begitu, hal ini tak menghalangi perusahaan induk mereka, New Balance, untuk menghentikan aktivitas mereka di dunia sepak bola.

 

Menyongsong musim baru bersama New Balance, para pendukung Liverpool telah disuguhi peluncuran perdana kostum kandang New Balance pada hari Jumat, 10 April 2015 lalu. Apresiasi positif datang dari berbagai penjuru, meski selalu saja ada ruang bagi segelintir orang untuk mencela. Seperti yang sudah-sudah, kostum kandang The Reds wajib berwarna merah menyala. New Balance menambahkan motif gingham di sisi depan kostum. Motif gingham ini sedikit banyak mengingatkan kita kepada apa yang diperbuat Nike pada kostum milik Manchester United musim 2012/13.

Meski sekilas terlihat simpel, New Balance tidak mau mengesampingkan detil-detil kecil. Logo api dan teks “96” yang terdapat pada bagian kerah sisi punggung menjadi bentuk perhargaan klub terhadap 96 korban tragedi Hillsborough yang meregang nyawa usai berdesakan di tribun berdiri stadion milik Sheffield Wednesday tersebut.

Penggunaan kerah yang cukup unik serta sedikit variasi list pada bagian lengan juga menambah sentuhan tersendiri pada kostum ini. Kemudian, pada bagian logo klub atau crest, New Balance memilih untuk meninggalkan bahan bordir, seperti yang masih jamak kita jumpai di kostum sepak bola lainnya. Untuk menggantikan bahan bordir, mereka memilih bahan rubber (semacam karet).

Dengan hengkangnya Steven Gerrard dan berpindahnya aparel klub dari Warrior ke New Balance, para pendukung Liverpool yakin bahwa satu era baru akan dimulai. Perubahan aparel ini juga dianggap sebagai sebuah angin segar yang setidaknya telah dibuktikan dalam desain kostum kandang Liverpool 2015/16 ini. Jadi, New Balance = New Hope?

Komentar
Anak jersey, drafter, family man, deutschland uber alles.