Lazio (1-2) Internazionale: Blunder Mengubur Lazio di Olimpico

Starting XI Lazio vs Internazionale
Starting XI Lazio vs Internazionale

Stefano Pioli masih menggunakan formasi andalannya, 4-2-3-1 pada pertandingan kali ini. Duet bek tengah Michael Ciani dan Mauricio diapit oleh Dusan Basta di kanan serta Stefan Radu di kiri. Di depan empat bek sejajar, Lucas Biglia dan Marco Parolo memainkan peran sebagai poros ganda, sementara itu Antonio Candreva, Felipe Anderson, dan Stefano Mauri bemain sebagai gelandang serang kanan, kiri, dan tengah. Pos penyerang tunggal masih diisi oleh penyerang gaek asal Jerman, Miroslav Klose.

Lawannya, Roberto Mancini juga memilih untuk bermain dengan empat bek. Di depannya ditempatkan empat gelandang yang membentuk pola dasar narrow diamond. Hernanes ditugaskan menjadi pengatur permainan di posisi no. 10. Mateo Kovacic dan Fredy Guarin masing-masing kebagian tugas menjaga area kiri dalam dan kanan dalam. Sementara Gary Medel dimainkan sebagai tukang angkut air dalam perannya sebagai gelandang bertahan.

Jalannya Pertandingan

Lazio sebenarnya bermain lebih baik dibanding Internazionale pada babak pertama. Organisasi permainan mereka lebih baik, pressing mereka lebih stabil, dan serangan-serangan mereka lebih berbahaya. Meski begitu, babak pertama akhirnya harus berakhir dengan skor 1-1 di mana gol dari kedua tim masing-masing dicetak oleh Antonio Candreva dan Hernanes.

Gol pertama Lazio merupakan buah dari kombinasi dua hal. Pertama, dari pihak Lazio, mereka menempatkan empat pemain di depan untuk mengganggu 4 bek sejajar Inter saat mendapatkan tendangan gawang. Kedua, gol ini juga merupakan akibat dari blok tinggi Inter dalam melakukan pressing pada pertahanan Lazio saat bola gawang dilakukan dan Lazio membangun serangan dari belakang.

Umpan jauh Mauricio memang berhasil dihalau Nemanja Vidic. Tetapi, bola jatuh di lapangan tengah (middle third), area di mana Antonio Candreva dan Felipe Anderson berada. Tanpa penjagaan sama sekali, akibat posisi gelandang-gelandang Inter yang terlalu jauh di depan (menyebabkan jarak terlalu jauh untuk membantu pertahanan Inter), kombinasi permainan antara Felipe Anderson dan Candreva ditambah kegagalan Andrea Ranocchia dan Danilo D’Ambrosio menghentikan Felipe Anderson, akhirnya memberikan gol bagi Lazio.

Proses gol Lazio. Gol ini juga memperlihatkan bahwa lini tengah Lazio merupakan lini paling berbahaya dari tim ini. Sampai sebelum pertandingan berlangsung, lini tengah Lazio mempersembahkan total 43 gol (5 besar di Eropa) dari total 65 gol.
Proses gol Lazio. Gol ini juga memperlihatkan bahwa lini tengah Lazio merupakan lini paling berbahaya dari tim ini. Sampai sebelum pertandingan berlangsung, lini tengah Lazio mempersembahkan total 43 gol (5 besar di Eropa) dari total 65 gol.

Setelah gol ini, Lazio bermain lebih rapi. Beberapa situasi pressing yang mereka lakukan mampu menekan dan menjauhkan pemain-pemain Internazionale dari kotak penalti mereka. Selain karena organisasi pertahanan Lazio yang mampu mengamankan gap horizontal dan vertikal, kurangnya dukungan dari lini lain pun membuat Internazionale kesulitan dalam pertarungan di lini tengah.

Organisasi pertahanan Lazio pada menit 09:34: Hernanes menguasai bola di lapangan tengah (middle third). Karena ketatnya penjagaan di area tengah, ia memberikan umpan ke D’Ambrosio di sayap. Bagusnya umpan ke wilayah sayap (selain karena Inter yang dipaksa bermain melebar), adalah, Internazionale bisa membuka (memperlebar) formasi Lazio secara horizontal. Dari sisi kanan, D’Ambrosio mengumpan ke tengah pada Icardi, tetapi, pressing ketat dari Ciani & Biglia serta covering dari Mauricio menggagalkannya. Dalam fase serangan Internazionale di sini, tidak tampak adanya pergerakan ke atas (vertikal) dari Guarin untuk coba ciptakan kombinasi umpan dengan D’Ambrosio di kanan. Di sisi lain, jarak horizontal (horizontal compactness) antarpemain Internazionale dalam bentuk permainan mereka (lihat gambar) terlalu melebar. Dengan bermain lebih narrow (lebih compact), pemain-pemain dari sisi kiri Inter bisa masuk ke tengah, sementara, salah satu penyerang bisa mencoba bergerak horizontal ke kanan untuk menciptakan situasi tiga kombinasi pemain (dengan D’Ambrosio dan Guarin).
Organisasi pertahanan Lazio pada menit 09:34: Hernanes menguasai bola di lapangan tengah (middle third). Karena ketatnya penjagaan di area tengah, ia memberikan umpan ke D’Ambrosio di sayap. Bagusnya umpan ke wilayah sayap (selain karena Inter yang dipaksa bermain melebar), adalah, Internazionale bisa membuka (memperlebar) formasi Lazio secara horizontal. Dari sisi kanan, D’Ambrosio mengumpan ke tengah pada Icardi, tetapi, pressing ketat dari Ciani & Biglia serta covering dari Mauricio menggagalkannya.
Dalam fase serangan Internazionale di sini, tidak tampak adanya pergerakan ke atas (vertikal) dari Guarin untuk coba ciptakan kombinasi umpan dengan D’Ambrosio di kanan. Di sisi lain, jarak horizontal (horizontal compactness) antarpemain Internazionale dalam bentuk permainan mereka (lihat gambar) terlalu melebar. Dengan bermain lebih narrow (lebih compact), pemain-pemain dari sisi kiri Inter bisa masuk ke tengah, sementara, salah satu penyerang bisa mencoba bergerak horizontal ke kanan untuk menciptakan situasi tiga kombinasi pemain (dengan D’Ambrosio dan Guarin).

 

Salah satu situasi yang memperlihatkan kurangnya pergerakan pemain Inter di area touchline. Ini merupakan situasi pada babak pertama, di mana Internazionale sedang tertinggal 0-1. Elips kuning menunjukan empat pemain belakang Lazio + Parolo yang berada dalam bentuk solid menjaga lini belakang dan zona 5. Lingkaran ungu merupakan formasi touchline pressing Lazio. 3 v1 menghadapi Juan, 5 v 1 menghadapi Hernanes. Karena situasi yang sangat tidak menguntungkan, Juan memainkan bola kembali ke belakang, pada Kovacic. Lingkaran hitam (titik-titik) merupakan opsi penempatan posisi yang bisa diambil para pemain Internazionale. Dalam situasi yang ditunjukan pada gambar, pemain-pemain Internazionale bermain terlalu dalam. Padahal, saat itu, para pemain Lazio pun terkonsentrasi ke sepertiga pertahanan mereka.
Salah satu situasi yang memperlihatkan kurangnya pergerakan pemain Inter di area touchline. Ini merupakan situasi pada babak pertama, di mana Internazionale sedang tertinggal 0-1.
Elips kuning menunjukan empat pemain belakang Lazio + Parolo yang berada dalam bentuk solid menjaga lini belakang dan zona 5. Lingkaran ungu merupakan formasi touchline pressing Lazio. 3 v1 menghadapi Juan, 5 v 1 menghadapi Hernanes. Karena situasi yang sangat tidak menguntungkan, Juan memainkan bola kembali ke belakang, pada Kovacic.
Lingkaran hitam (titik-titik) merupakan opsi penempatan posisi yang bisa diambil para pemain Internazionale. Dalam situasi yang ditunjukan pada gambar, pemain-pemain Internazionale bermain terlalu dalam. Padahal, saat itu, para pemain Lazio pun terkonsentrasi ke sepertiga pertahanan mereka.

Menit ke-24, kartu merah diberikan wasit pada Mauricio. Hal ini mengubah cara main Lazio. Stefano Mauri ditarik keluar dan digantikan oleh Edson Braafheid. Dengan keluarnya Mauri, Klose dan dua pemain sayap Lazio mendapat tugas mengisi posisi no. 10 yang kosong.

Kondisi ini belum membuat Inter tampil lebih baik ketimbang Lazio. Organisasi permainan Lazio masih lebih rapi ketimbang Inter. Bahkan, dua buah situasi yang sebetulnya sangat menjanjikan bagi Lazio sempat tercipta namun gagal dieksekusi dengan sempurna. Menit ke-31, sebuah umpan Parolo dari middle third ke kotak penalti sebenarnya sudah tepat maksudnya, namun, kecepatan umpannya terlalu tinggi, sehingga Candreva yang jadi sasaran umpan tidak mampu mengejarnya. Momen lain terjadi pada menit ke-37, yakni ketika Felipe Anderson melakukan dribel yang sangat bagus dari kiri. Umpannya ke tengah kotak penalti disambut Lucas Biglia yang maju ke depan. Sayangnya, maksud Biglia untuk lakukan kombinasi 1-2 yang cepat dengan Klose gagal, karena Klose justru mati langkah dan terlambat mengambil bola umpan Biglia.

BACA JUGA:  Laura Giuliani: Kiper dengan Gelar Doktor

Perubahan yang Dilakukan Mancini

Pada awal babak kedua, Lukas Podolski masuk gantikan Fredy Guarin. Internazionale pun berusaha mengambilalih pertandingan dengan meningkatkan intensitas pressing. Pada menit ke-46, Gary Medel melakukan pressing yang sangat cepat dan mampu merebut bola dari kaki Parolo di middle third pertahanan Lazio. Pressing ini dilakukan dalam bentuk pressing 4 v 2. Sesuatu yang tidak terlihat di babak pertama.

Walaupun tidak memberikan gol, tetapi, cara bermain seperti inilah yang diperlukan Inter (juga tim-tim lain) untuk meraih kemenangan. Proses yang melibatkan tim secara keseluruhan untuk mengeksekusi taktik yang solid dan berkesinambungan sepanjang pertandingan.

Struktur dasar serangan Internazionale pada babak kedua: Terjadi perubahan dibanding apa yang mereka tampilkan pada babak pertama. Dua bek sayap didorong lebih maju untuk memberikan dukungan yang memadai di sayap. Lihat pengambilan posisi Kovacic-Juan-Palacio. Di lini depan, kehadiran Podolski memberikan tekanan tambahan pada lini belakang Lazio. Sementara itu, Hernanes masih berperan sebagai gelandang serang tengah yang beroperasi di area no. 10.
Struktur dasar serangan Internazionale pada babak kedua: Terjadi perubahan dibanding apa yang mereka tampilkan pada babak pertama. Dua bek sayap didorong lebih maju untuk memberikan dukungan yang memadai di sayap. Lihat pengambilan posisi Kovacic-Juan-Palacio. Di lini depan, kehadiran Podolski memberikan tekanan tambahan pada lini belakang Lazio. Sementara itu, Hernanes masih berperan sebagai gelandang serang tengah yang beroperasi di area no. 10.

Merupakan tugas berat bagi Lazio untuk bermain dengan 10 pemain. Pertama, keempat gelandang mereka dan Miroslav Klose harus memastikan Lazio tidak kalah dalam pertarungan di area tengah. Caranya, baik Candreva, Klose, maupun Felipe Anderson saling menjaga jarak horizontal mereka di lini tengah di area no. 8 dan no. 10. Hal ini harus dilakukan mengingat Lazio hanya memainkan dua gelandang tengah. Dalam pola dasar 4-4-1, area tengah tersebut menjadi wilayah terlemah saat menghadapi lawan yang memainkan tiga gelandang tengah. Alasannya sederhana. Internazionale jelas menang jumlah pemain di sini.

Internazionale sendiri betul-betul melakukan perubahan besar. Mereka berusaha memanfaatkan semaksimal mungkin keunggulan jumlah pemain. Saat bola mendekati kotak penalti Lazio, akan ada empat pemain Inter di tengah kotak penalti. Kemudian, satu pemain ditugaskan untuk berpatroli di luar kotak (radius 20 meter) dan satu pemain lagi berjaga di sayap (dekat dengan sisi di mana bola sedang dimainkan).

Penalti di menit ke-61 merupakan salah satu contoh keberhasilan bentuk dasar serangan Inter yang menempatkan tiga pemain untuk berdiri di garis belakang Lazio. Tiga penyerang yang dua di antaranya melebar ke masing-masing sisi lapangan telah membuka celah (channel) horizontal pertahanan Lazio. Alhasil, Mauro Icardi dan Hernanes pun berhasil merangsek masuk ke kotak penalti.

Momen pada menit 60:02: Formasi tiga penyerang melebar milik Internazionale membuka celah horizontal (channel) antara bek tengah dengan bek sayap (ditunjukan dengan garis imajiner merah). Ditambah kehadiran Hernanes di area antarlini (area nomor 10), konsentrasi lini belakang Lazio makin terpecah. Umpan Medel pada Icardi, ditambah pergerakan vertikal Hernanes, pada akhirnya, memberikan peluang bagi Icardi di dalam kotak penalti. Tidak ada cara lain, Federico Marchetti (kiper Lazio) terpaksa menjatuhkannya. Penalti dan kartu merah. Lazio pun bermain dengan sembilan pemain.
Momen pada menit 60:02: Formasi tiga penyerang melebar milik Internazionale membuka celah horizontal (channel) antara bek tengah dengan bek sayap (ditunjukan dengan garis imajiner merah). Ditambah kehadiran Hernanes di area antarlini (area nomor 10), konsentrasi lini belakang Lazio makin terpecah. Umpan Medel pada Icardi, ditambah pergerakan vertikal Hernanes, pada akhirnya, memberikan peluang bagi Icardi di dalam kotak penalti. Tidak ada cara lain, Federico Marchetti (kiper Lazio) terpaksa menjatuhkannya. Penalti dan kartu merah. Lazio pun bermain dengan sembilan pemain.

Dengan sembilan pemain, cara bertahan Lazio tidak banyak berubah. Mereka tetap berusaha menciptakan situasi touchline pressing 3v2 atau 2v2.

Bila dua gol pertama lahir karena kesalahan pertahanan, gol ketiga pun tidak ada bedanya. Saat umpan dilepaskan ke sepertiga pertahanan Lazio, hanya ada tiga bek berdiri sejajar di sana. Jarak antara dua bek yang paling dekat dengan bola bergulir juga terlalu lebar. Celah ini yang dimanfaatkan oleh Hernanes untuk masuk. Selain itu, kegagalan Parolo menghentikan umpan Palacio juga berperan dalam membuka jalan bagi Hernanes untuk melakukan penetrasi ke pertahanan Lazio.

BACA JUGA:  Sebelas Wonderkid Serie A 2015/2016

Kesimpulan

Dua pemain Lazio, Antonio Candreva dan Felipe Anderson merupakan kunci (bersama Stefano Mauri) dalam serangan maupun soliditas pertahanan Lazio. Ketiganya mampu berkombinasi dengan baik, terutama dalam pertukaran posisi dan memainkan kombinasi sepak bola cepat untuk menyerang. Ketika bertahan, baik Candreva maupun Felipe bertugas mengamankan area sayap. Keduanya memiliki defensive awareness dalam memerankan tugas seperti ini.

Dari Internazionale, selain Hernanes, Fredy Guarin dan Kovacic merupakan kunci permainan. Bila dilihat lebih dekat, Inter kurang mengoptimalkan kemampuan Kovacic (dalam partai ini). Saat mereka kesulitan membuka pertahanan Lazio dan bola berada di sayap, seringkali Kovacic tampak mengambil posisi terlalu jauh dengan penyerang sayap dan bek sayap Inter yang berada di area tersebut.

Berbeda dengan yang dilakukan Luka Modric di Real Madrid. Dalam situasi yang sama, Modric mengambil jarak yang lumayan dekat saat Real Madrid menyusun serangan dari sayap. Gunanya, saat bola urung digulirkan ke dalam kotak penalti, Modric menjadi target backpass untuk membangun ulang serangan.

Dengan dekatnya Modric ke area ini (yang juga dekat dengan kotak penalti), ia akan lebih mudah untuk mengalirkan bola secara horizontal ke sisi lain atau, bila amemungkinkan, Modric juga bisa langsung bergerak secara vertikal masuk ke kotak penalti lawan. Ini yang kurang dilakuan Roberto Mancini dalam memanfaatkan teknik bermain Kovacic yang bagus. Pemuda Kroasia tersebut bisa saja menciptakan banyak efek merusak bila ia diberikan tugas untuk lebih banyak melakukan tusukan ke kotak penalti lawan, selayaknya seorang false 8.

Mengatakan Internazionale lebih baik di partai ini terdengar kurang adil. Secara umum, Lazio tampil rapi, terutama dalam bertahan dan lakukan pressing. Cara Lazio bertahan dan menahan serangan Inter untuk tidak masuk ke dalam kotak penalti merupakan sesuatu yang menarik untuk dipelajari. Bagaimana mereka mengambil posisi dan menutup celah yang mungkin dimanfaatkan lawan, baik horizontal maupun vertikal, adalah pelajaran taktik yang sangat bernilai.

Di sisi lain, sekali lagi, partai ini juga memperlihatkan bahwa celah vertikal bisa membuat lawan menguasai keadaan, tetapi, ketika Anda “memberikan” celah horizontal, taruhannya adalah kebobolan. Gol kedua Internazionale dan peluang mereka sebelumnya, yang menyebabkan Marchetti dikartu merah merupakan contoh paling sempurna terhadap teori ini. Horizontal compactness dalam fase bertahan merupakan kunci pertahanan.

 

Komentar