Apa yang muncul di benak Anda saat mendengar singkatan COC? Tak heran jika jawaban Anda adalah Clash Of Clan, sebuah game online multipemain yang dibesut oleh perusahaan game asal Finlandia, Supercell. Sejak dirilis pertama kali pada 2013 lalu, game ini menjadi salah satu permainan paling populer dan digemari penggila game di seluruh dunia. Tak hanya dimainkan anak-anak atau remaja, mereka yang sudah berumur pun terjun demi menikmati sensasi mainan ini.
Akan tetapi COC yang penulis maksud bukanlah game tersebut melainkan salah satu kompetisi sepak bola di tanah Britania, apalagi kalau bukan Capital One Cup alias Piala Liga. Meski seringkali dianggap sebagai turnamen kasta ketiga setelah Barclays Premier League dan Piala FA, turnamen ini tetap saja menarik untuk diikuti.
Pertama kali digelar pada tahun 1960, Piala Liga menjadi opsi bagi sebagian klub, baik klub-klub besar maupun tim semenjana untuk meraup sukses. Hingga saat ini, The Reds Liverpool tercatat sebagai kubu tersukses di ajang ini dengan koleksi delapan trofi. Mereka dibuntuti oleh Chelsea dan Aston Villa yang masing-masing punya lima gelar.
Dan tengah pekan ini, ajang yang menghadiahi jawaranya dengan tiket kualifikasi babak ketiga Europa League akan kembali menggeliat. Setelah menjalani ronde pertama pada 11, 12 dan 13 Agustus serta ronde kedua pada 25 dan 26 Agustus kemarin, kini turnamen yang digagas oleh Stanley Rous ini memasuki ronde ketiga.
Dari 16 partai yang tersaji, ada beberapa pertandingan yang terhitung menarik disaksikan. Seperti duel sesama tim Premier League yang performanya sedang menanjak, Leicester City versus West Ham maupun North London Derby yang memanggungkan duel Arsenal versus Tottenham Hotspur. Tapi sayangnya, bukan laga-laga tersebut yang akan kita soroti.
Sebab ada satu duel lain yang sejatinya punya tensi tinggi dan menjanjikan banyak kejutan. Partai ini mempertemukan dua tim sekota berbeda kasta, Aston Villa dan Birmingham City alias Birmingham Derby.
Pasca-terdegradasi ke Championship Division di penghujung musim 2010/2011, kita memang semakin jarang disuguhi duel panas antara dua musuh bebuyutan ini. Dan pertemuan di Villa Park pada Selasa malam waktu Inggris atau Rabu dinihari waktu Indonesia bisa menjadi obat penawar rindu sengitnya duel The Villans melawan The Blues yang seringkali menghasilkan kerusuhan antarpendukungnya.
Sepanjang sejarah, kedua klub telah bertanding sebanyak 117 kali di kompetisi resmi dengan keunggulan berpihak pada Aston Villa. Klub yang pernah jadi kampiun Piala Champion pada 1981/1982 ini punya koleksi 51 kemenangan sementara Birmingham baru menorehkan 37 kemenangan. 29 laga yang lain diakhiri dengan kedudukan sama kuat.
Mengerucut pada kompetisi Piala Liga, kedua belah pihak telah melakoni tujuh perjumpaan. Dan hasilnya lagi-lagi masih mengunggulkan The Villans dengan empat kemenangan berbanding dua milik The Blues sementara satu laga tersisa berakhir imbang.
Penulis mencatat ada lima pertandingan yang juga disebut sebagai Second City Derby ini dengan nilai historis tersendiri.
Yang pertama adalah perjumpaan keduanya pada 23 Mei 1963 di leg satu babak final Piala Liga musim 1962/1963. Ketika itu dwigol Ken Leek dan sebiji dari Jimmy Bloomfield buat Birmingham cuma sanggup dibalas satu kali oleh Bobby Thomson. Hasil tersebut pada akhirnya cukup buat The Blues untuk mengangkat trofi perdana mereka di Piala Liga setelah pertemuan di leg dua berakhir dengan skor kacamata.
Derby Birmingham kedua yang begitu menyita perhatian adalah perjumpaan mereka pada 16 September 2002 di kompetisi Premier League. Sebagai derby pertama pasca-promosinya The Blues ke Premier League di musim 2002/2003, laga ini merekam aib terbesar kiper Aston Villa asal Finlandia, Peter Enckelman, di sepanjang karier sepak bolanya. Enckelman melakukan sebuah blunder konyol tatkala gagal mengontrol bola lemparan ke dalam yang dilakukan Olof Mellberg. Kesalahan ini yang menyebabkan The Villans ketinggalan 0-2. Kubu St. Andrews pada akhirnya pulang dengan kepala tegak via kemenangan mencolok 3-0.
Duel The Villans dan The Blues ketiga yang menyedot atensi publik berlangsung pada 3 Maret 2003. Duel berlangsung keras dan panas. Dion Dublin menerima kartu merah setelah menanduk gelandang Birmingham, Robbie Savage, di hadapan wasit David Elleray. Derita Villa bertambah dengan diusirnya Joey Gudjonsson akibat menerima kartu kuning kedua. Bermain dengan sembilan orang membuat The Villans menyerah dengan skor akhir 2-0. Laga ini sekaligus mengunci kemenangan ganda buat The Blues sepanjang dua kali pertemuan di Second City Derby musim 2002/2003.
Laga keempat yang terbilang krusial di antara mereka terjadi pada 20 April 2008. Di kandang sendiri, Villa Park, Aston Villa sukses membungkam rival sekotanya tersebut dengan kedudukan telak, 5-1. Gol-gol dari John Carew (2), Ashley Young (2) dan Gabriel Agbonlahor hanya bisa dibalas oleh sebuah gol konsolasi dari Mikael Forssell. Kekalahan ini mempersulit langkah Birmingham untuk bertahan di kasta Premier League. Pada akhir musim 2007/2008 tersebut The Blues resmi terelegasi ke Championship Division.
Dan pertemuan kelima yang sangat historis dimainkan pada 1 Desember 2010. Ketika itu Birmingham menjamu Aston Villa di Stadion St. Andrews dalam laga perempatfinal Piala Liga musim 2010/2011. Nikola Zigic menjadi pahlawan kemenangan usai golnya memastikan kemenangan bagi Birmingham dengan skor tipis 2-1 guna melaju ke babak semifinal. Sayangnya kemenangan itu ternoda akibat kerusuhan yang melibatkan suporter kedua tim. Birmingham akhirnya menggondol trofi Piala Liga musim itu setelah menaklukkan Arsenal di partai puncak dengan skor 2-1.
Melihat kondisi terkini, The Blues sedikit ada di atas angin karena mencatat hasil lumayan apik di Championship Division lewat torehan tiga kemenangan, tiga hasil imbang dan sekali kalah dari tujuh laga. Anak asuh Gary Rowett untuk sementara duduk di posisi ketujuh klasemen sementara. Hal sebaliknya terjadi di kubu Aston Villa. Klub yang diarsiteki Tim Sherwood tersebut saat ini terjerembab di peringkat ke-17 Liga Primer Inggris setelah hanya sanggup mengoleksi empat poin dari enam pertandingan.
Namun laga derby tetaplah sulit ditebak karena memiliki tensi yang amat sangat berbeda. Baik Jack Grealish cs. maupun Paul Robinson dkk. jelas membawa misinya masing-masing di pertandingan ini. Harga diri The Villans bisa ambruk jika takluk dari klub yang selevel di bawah mereka. Di sisi lain The Blues jelas tak ingin semakin diremehkan oleh musuh bebuyutannya.
Sangat menarik untuk menerka siapa pemenang laga kali ini, The Villans atau The Blues? Yang pasti, Si Pemenang berhak jumawa untuk menyatakan diri mereka sebagai penguasa kota Birmingham untuk beberapa saat.