Luka Demi Luka Luka Modric

Luka Modric (football-espana.net)
Luka Modric (football-espana.net)

Kau tahu, Nak, sepotong intan terbaik dihasilkan dari dua hal, yaitu, suhu dan tekanan yang tinggi di perut bumi. Semakin tinggi suhu yang diterimanya, semakin tinggi tekanan yang diperolehnya, maka jika dia bisa bertahan, tidak hancur, dia justru berubah menjadi intan yang berkilau tiada tara. Keras. Kokoh. Mahal harganya.Tulis Tere Liye dalam buku Negeri di Ujung Tanduk.

Kutipan tersebut agaknya menggambarkan betapa sulitnya perjalanan hidup seorang Luka Modric. Ketakutan, kehilangan, diremehkan, ditipu, dicemooh, dibenci dan segala hal yang tidak mengenakkan lainnya adalah sahabat karib bagi pria yang dijuluki “Lucky Luka” tersebut. 

Modric lahir pada 9 September 1985 di sebuah wilayah tepi sungai bernama, Modrici, yang terletak di kota atau Distrik Zurban, Kroasia. Karena lahir di daerah tersebut, maka dipilihlah nama Luka Modric oleh orang tuanya, yang berarti Tepian Sungai Modric.

Luka pertama, masa kecil di wilayah perang

Jangan bayangkan Modric kecil meskipun hidup di tepian sungai bisa berenang, memancing ataupun bersenang-senang seperti anak-anak lain pada umumnya. Tempat Modric tumbuh adalah tempat yang sangat berbahaya, penuh ketakutan, rasa cemas dan sangat sulit menemukan sebuah ketenangan. 

Pasalnya, wilayah Modrici adalah tempat di mana perang sipil seringkali berkecamuk. Perang ini dikenal dengan nama The Croatian War of Independence’ yang  mempertemukan perlawanan penduduk Kroasia (sebelum merdeka) melawan Negara Yugoslavia.

Beruntungnya di masa-masa sulit itu, Luka Modric selalu ditemani sang kakek, Luka sr, karena kedua orang tua Modric saat itu tengah dalam kondisi ekonomi yang sulit sehingga keduanya harus bekerja di pabrik rajut kain. 

https://twitter.com/Kimet_e_mia/status/1602116505193385990?s=20&t=x0WA-RuOeBI71TW0Kj_EHg

Bersama sang kakek, Modric banyak menghabiskan waktunya dengan menggembala ternak. Dan mulai saat itulah Modric yang baru berusia enam tahun dikenalkan sepakbola oleh kakeknya. Di tengah-tengah mengawasi ternaknya sang kakek mengajak Modric bermain si kulit bundar bersama.

Sayang kebersamaan Modric dengan kakeknya tidak bertahan lama. Di tahun 1991 saat usianya baru 7 tahun, ia harus melihat kakeknya terbunuh oleh tentara Serbia. Karena situasi semakin kacau, ia bersama orang tuanya memutuskan mengungsi ke kota Zadar.

Luka kedua, ditolak karena masalah ukuran badan

Meskipun hidup di lokasi pengungsian, tidak membuat kecintaan Modric dengan sepakbola luntur. Bola seakan tidak pernah lepas dari kakinya. Tidak peduli itu tempat parkir, lorong ataupun jalanan, Modric bersama sahabatnya, Ostric, selalu bermain bola tanpa kenal lelah.

Hingga di suatu waktu ada pekerja di pengungsian tersebut melihat bakat besar Modric. Dan pekerja tersebut menghubungi direktur NZ Zadar, Josip Bajlo, untuk melihat permainan Modric yang saat itu masih berusia tujuh tahun. Setelah melihat langsung permainannya, Bajlo tertarik dan langsung menawarkan Modric untuk daftar di sekolah dasar dan akademi olahraga setempat.

Sayangnya, kedua orang tuanya tidak punya uang untuk itu. Hingga kabar tersebut didengar oleh pamannya dan sang paman mau membiayai pendaftaran Modric. Di akademi NZ Zadar, bakat Modric semakin moncer, bahkan saat usianya baru 12 tahun ia sudah ditawari seleksi Hajduk Split. Mendengar hal itu Modric senang bukan kepalang, pasalnya klub tersebut merupakan klub yang ia idolakan sejak kecil.

BACA JUGA:  Mengenal Daniel Ginczek, Pahlawan Terbaru Stuttgart

Hanya saja Modric dikecewakan oleh klub yang amat ia idolai itu. Pertimbangan postur Modric yang kecil membuatnya gagal masuk ke dalam tim. Modric sempat putus asa dan tidak bermain sepakbola dalam waktu yang cukup lama. 

Luka ketiga, ditipu Zdravko Mamic

Saat Luka Modric hampir putus asa, Zdravko Mamic, direktur klub Dinamo Zagreb, membukakan pintu bagi Modric untuk bergabung dengan tim mudanya. Bahkan Mamic menyediakan segala fasilitas yang dibutuhkan oleh Lucky Modric yang saat itu baru 18 tahun mulai dari peralatan sepakbola, mobil hingga apartemen.

Sayang Modric saat itu masih sangat polos. Ia tidak begitu menyadari bahwa ada istilah dunia ini tidak ada yang gratis. Melihat potensi besar Modric, Mamic, punya siasat jelek untuk mengeruk pundi-pundi uang dari kesuksesan anak kesayangannya tersebut.

Siasat itu kemudian tertuang dalam sebuah klausul kontrak yang Modric tanda tangani saat memulai karier profesionalnya bersama Dinamo Zagreb pada 2004. Di dalam klausul itu, terdapat aturan bahwa Modric harus menandatangani sebuah lampiran yang berisi ketentuan pembagian keuntungan nilai transfer, jika ada sebuah klub yang merekrutnya suatu hari nanti. 

Modric dijanjikan akan mendapat 50 persen dari nilai transfernya. Namun itu belum selesai. Modric diwajibkan untuk memberikan sebagian besar dari 50 persen yang didapatnya itu kepada keluarga Mamic.

“Aku tanda tangani apa saja yang ia (Mamic) suruh tanda tangani,” ujar Modric dikutip dari Bleacher Report.

Meskipun rugi besar secara finansial dan sempat beberapa kali dipinjamkan ke klub lain, statistik permainan Modric sebagai gelandang tengah bersama Dinamo Zagreb terbilang cukup baik.  Ia bermain di 73 laga dengan torehan 22 gol dan 21 asis

Dan klausul itu pun berlanjut saat ia direkrut Tottenham Hotspur pada tahun 2008. Di mana seharusnya saat itu ia menerima 10,5 juta euro, tapi Modric hanya menerima 1,95 juta euro.

Luka keempat, dicap sebagai pembelian gagal Real Madrid

Di Spurs, Modric menemukan performanya di bawah komando Harry Redknapp. Bersama dengan pelatih asal Inggris tersebut, Modric semakin menggila, sosoknya semakin terlihat sebagai jenderal lapangan tengah.

Bersama The Lily White, Modric tampil dalam 160 penampilan dengan mencetak 17 gol. Pada musim 2011/2012 Modric pun dilepas dengan berat hati ke Real Madrid. Akan tetapi, musim pertamanya di Santiago Bernabeu tak berjalan sesuai dengan ekspektasi. 

BACA JUGA:  Lingkungan Kerja dan Sepak Bola

Solidnya trio Xabi Alonso, Mesut Ozil, dan Sami Khedira membuat pemain berusia 32 tahun itu seakan tidak memiliki peluang bermain di tim utama. Hal itulah yang membuat media lokal, Marca, mengadakan jajak pendapat dengan para penggemar sepakbola di Spanyol. Hasilnya, Modric masuk dalam jajaran pembelian terburuk, bersama Alex Song dari Barcelona. 

https://twitter.com/brfootball/status/1034059753637330946?s=20&t=LHBwvbRaYa0D3Q8AZNiAEw

Tapi bagi pria bertubuh mungil tersebut, menyikapinya dengan sangat dingin. Baginya apa yang dikatakan media bukan apa-apa dibandingkan kisah kelamnya di masa kecil. Perlahan tapi pasti Modric bisa membuktikan diri dan menjadi sosok sentral di lini tengah Madrid. 

Kurang lebih satu dekade bersama Los Blancos, pemain berusia 37 tahun tersebut telah mempersembahkan 21 trofi bergengsi, bermain di 454 laga dan menorehkan 36 gol dan 74 asis.

Luka kelima, dianggap tidak layak menerima Ballon d’Or

Munculnya nama Luca Modric sebagai penerima Ballon d’Or tahun 2018 ternyata memicu kontroversi publik. Karena banyak yang menilai Modric saat itu tidak layak menerima penghargaan itu. Dan masih menganggap bahwa Messi atau Ronaldo lah yang masih layak menerimanya.

https://twitter.com/f1nats/status/1601272239160074240?s=20&t=LHBwvbRaYa0D3Q8AZNiAEw

Tapi kehebatan Modric memang tidak bisa dilihat dari angka statistik semata. Apalagi ia bukan Ronaldo, Messi, atau Salah yang punya tugas utama mencetak gol. Di musim 2017/18 Modric memang tengah jaya-jayanya. Ia membawa Real Madrid juara Piala Super Spanyol, Piala Super Eropa, Piala Dunia Antarklub, dan Liga Champions. Selain itu, ia juga membawa Timnas Kroasia mencapai babak final Piala Dunia 2018.

Dari apa yang sudah dicapai tentu sudah cukup menjadi bukti betapa vital pengaruhnya ia dalam permainan Madrid dan Timnas Kroasia. Dan ia layak menerima penghargaan tersebut.

Rekor apik bersama Vatreni

Luka Modric mencatatkan debutnya bersama Kroasia pada tahun 2006. Sejak saat itu, pria berambut gondrong ini selalu mengisi pos lini tengah Vatreni hingga saat ini. Total, ia sudah mengoleksi 162 caps dan membukukan 23 gol dan 25 asis bagi Kroasia.

Total caps tersebut, menahbiskan Modric sebagai pemilik caps terbanyak Kroasia sepanjang sejarah. Selain itu, Lucky Luka juga menjadi pemain pertama yang bermain di Piala Eropa dan Piala Dunia dalam tiga dekade yang berbeda.

Seolah tak ingin menua, Modric kembali catatkan rekor baru di Piala Dunia 2022 Qatar. Dilansir dari talkSPORT, Modric yang kini berusia 37 tahun akan menjadi pemain tertua yang memainkan laga paling banyak dalam satu edisi Piala Dunia (7 laga).

https://twitter.com/FIFAWorldCup/status/1604171176737214466?s=20&t=x0WA-RuOeBI71TW0Kj_EHg

Tak berhenti di situ, di Piala Dunia terakhirnya kali ini, berdasarkan data dari Squawka, Modric berada di peringkat kedua sebagai pemain paling banyak memenangkan perebutan di lini tengah (23). Kemudian ia juga menjadi pengumpan ke lini pertahanan lawan (final third) terbanyak ketiga di turnamen ini (55).

Meskipun tanpa gelar Piala Dunia, saya rasa karier Luka Modric sebagai pemain sepakbola telah paripurna. Ia menjadi salah satu gelandang terbaik yang pernah ada di dunia. Terima kasih Luka.

 

Komentar
Medioker yang bisa diandalkan. Kadang dukung Manchester United kadang dukung AC Milan. Bisa kalian sapa di twitter @CandraBantara