Manchester City dan Tiga Faktor Kebangkitannya

Ditantang Swansea City pada babak kelima Piala FA 2020/2021 dini hari tadi (11/2), Manchester City tampil mengagumkan. Kemenangan 3-1 sukses mereka kantongi sekaligus menjamin tempat di babak perempatfinal.

Hasil tersebut memperpanjang rekor sempurna The Citizens dalam 15 pertandingan terakhir lintas ajang. Ya, anak asuh Pep Guardiola selalu membungkus poin sempurna dari belasan laga itu.

Gara-gara aksi ciamik tersebut, Manchester City menjadi perbincangan hangat media sepakbola. Baik di Inggris maupun mancanegara, termasuk Indonesia.

Dari kesebelasan yang awalnya diragukan menjadi raja di Negeri Tiga Singa, sekarang menjadi unggulan nomor satu.

Khusus di Liga Primer Inggris, The Citizens memang memperlihatkan performa yang tak begitu bagus pada awal musim.

Ruben Dias dan kawan-kawan bahkan sempat menelan kekalahan dari Manchester United dalam laga derbi.

Akan tetapi, bukan Guardiola namanya jika tak sanggup membawa klub yang bermarkas di Stadion Etihad ini bangkit dan memamerkan penampilan konsisten.

Lantas, apa rahasia Guardiola sehingga kini tim besutannya tampil beringas dan menghuni puncak klasemen Liga Primer Inggris dengan satu tabungan laga tunda?

Menurut penulis, setidaknya ada tiga faktor yang membuat Manchester City bersalin rupa dan semakin tangguh.

Perubahan Gaya Main

Jika kita melihat dengan kasat mata, sepertinya gaya main mereka musim ini tak berbeda jauh dengan musim kemarin.

Namun bila diperhatikan secara saksama, The Citizens mengurangi jumlah pemain yang ada di area lawan saat melakukan aksi bertahan.

Bahkan di saat menyerang pun, Manchester City tak kelewat frontal dengan tetap menempatkan dua sampai tiga pemainnya di (dekat) wilayahnya sendiri.

Guardiola tak ingin lini belakangnya kalah jumlah saat lawan melancarkan serangan. Dengan sikap antisipatif seperti ini, Dias dan kawan-kawan menekan risiko kebobolan dan membuat timnya bermain lebih aman serta nyaman.

BACA JUGA:  Financial Fair Play Tak Berdaya Menghadapi Klub Seperti Manchester City

Tak Melulu Menguasai Permainan

Saat bertemu Liverpool (8/2), ada hal berbeda yang ditampilkan Guardiola. Jika selama ini mereka kondang sebagai tim yang dominan dengan penguasaan bola, maka hal sebaliknya justru terjadi di Stadion Anfield.

Pada laga itu, Manchester City membiarkan Liverpool memegang bola lebih banyak. Persentase penguasaan bola pun ada di angka 44-56.

Saat bersua Chelsea pada awal Januari lalu, The Citizens juga kalah penguasaan bola. Namun saat wasit meniup peluit panjang, merekalah kubu yang tertawa.

Dalam laga-laga melawan tim kuat, Guardiola tak lagi idealis. Ia berani beradaptasi demi raihan hasil positif. Namun dapat dipastikan bahwa cara itu tetap bikin Dias dan kawan-kawan berbahaya.

Pasalnya, walau tak dominan dalam hal penguasaan bola, tetapi mereka selalu luar biasa terkait penciptaan dan eksekusi peluang.

Performa Eksepsional Para Pemain

Guardiola tentu memiliki standar tersendiri perihal pemain yang bisa dijadikannya andalan. Salah satunya, pastilah performa yang brilian serta konsisten.

Pada musim ini, ada banyak pemain The Citizens yang menunjukkan aksi-aksi eksepsional dan membuat sang pelatih merasa optimis.

Di lini belakang, ada Joao Cancelo, Dias dan John Stones yang bermain luar biasa saban pekan.

Cancelo tergolong pemain serbabisa yang senantiasa menjawab kebutuhan Guardiola. Ketika dipasang sebagai bek kanan, ia meroket. Tatkala dimainkan sebagai bek kiri atau bahkan didorong lebih ke depan, penampilan lelaki Portugal ini juga memuaskan.

Sementara Dias dan Stones menjawab kebutuhan Guardiola akan palang pintu yang tangguh dalam bertahan serta dapat diandalkan kala menyerang. Tak heran bila keduanya kini susah dipisahkan dari starting eleven.

Di sektor tengah, ada Ilkay Gundogan yang tak henti-henti memperlihatkan kejeniusannya. Dirinya ahli menginisiasi permainan dan menciptakan peluang. Seakan tak cukup, produktivitas Gundogan juga melonjak drastis pada musim ini.

BACA JUGA:  Apakah Alex-Oxlade Chamberlain Mampu Bermain Sebagai Gelandang?

Setali tiga uang, Phil Foden juga menunjukkan peningkatan performa yang signifikan. Walau masih belia, ia sanggup memerankan tugas yang dahulu diemban David Silva.

Kini publik memahami alasan Manchester City yang tak berburu gelandang berkualitas berharga mahal saat Silva hijrah ke Real Sociedad. Pasalnya, mereka sudah punya Foden sebagai suksesor.

Berbekal tiga faktor di atas, The Citizens menggeliat dan mampu bangkit. Andai hal tersebut bisa dipertahankan plus sejumlah faktor positif lain sanggup dimunculkan, bukan tidak mungkin lemari trofi Stadion Etihad akan kedatangan anggota barunya, terutama dari kancah domestik.

Komentar
Penggemar sepakbola yang dapat disapa via akun Twitter @aplez_cfc_kw2