Setiap kali membicarakan Scott McTominay, umumnya fans Manchester United bakal antusias. Pasalnya, ia adalah jebolan akademi United.
Dalam kurun dua musim terakhir, McTominay juga memperlihatkan peningkatan performa yang signifikan. Ia sering menjadi pilihan utama di sektor tengah pada era kepelatihan Ole Gunnar Solskjaer.
Pemain bernama lengkap Scott Francis McTominay ini lahir pada 8 Desember 1996 silam di Kota Lancaster, Inggris.
Ketertarikannya terhadap sepakbola mengantarnya masuk akademi The Red Devils pada 2002 silam atau saat usianya baru menginjak 5 tahun.
Di semua kelompok umur, McTominay memamerkan aksi brilian. Saat usianya 16 tahun, dirinya sudah berada di tim U-18. Ketika berumur 18 tahun, McTominay masuk ke tim U-23.
Kesempatan debut di tim utama United diperolehnya kala berumur 20 tahun pada pengujung musim 2016/2017 silam. Ketika itu United berduel melawan Arsenal dan kalah 0-2.
Setelah itu, musim demi musim dilewatinya dengan menjadi bagian penting di sektor tengah United bersama Juan Mata, Nemanja Matic, sampai Paul Pogba.
Kilap McTominay bersama United kemudian membawanya masuk ke level Tim Nasional. Walau lahir di Inggris, ia justru memilih menjadi anggota skuad Timnas Skotlandia.
Sah-sah saja baginya untuk membela The Tartan Army. Pasalnya, McTominay punya darah Skotlandia dari sang ayah yang berasal dari Glasgow.
Debutnya di Timnas Skotlandia terjadi saat usianya 21 tahun. Ia dimainkan saat laga persahabatan melawan Kosta Rika pada 23 Maret 2018.
Pernah Menyerah Terhadap Sepakbola
Dikutip dari wawancaranya di kanal Youtube klub, McTominay berkata bahwa dulunya ia sempat ingin menyerah terhadap sepakbola dikarenakan posturnya yang tidak mendukung untuk berkarier sebagai pesepakbola professional.
Dahulu, ia memiliki postur 167 sentimeter yang mana berada di bawah standar sepakbola Eropa.
Namun berkat kejeniusan mentornya, ia kemudian mengalami pertumbuhan tinggi tubuh yang sangat signifikan, dari 167 sentimeter menjadi 193 sentimeter yang membuatnya menjadi seorang gelandang petarung yang tangguh.
Semua tahu bahwa Jose Mourinho adalah pelatih top yang selalu serius dalam hal pemilihan pemain.
Sekalipun itu pemain kelas dunia, jika Mou tidak menyukainya maka ia tidak ragu untuk menyingkirkannya.
Hal itupun yang membuat para fans agak sedikit kecewa dengan salah satu kebijakan pelatih asal Portugal tersebut.
Namun lain halnya dengan McTominay, para fans malah berterima kasih kepada pelatih yang sekarang membesut AS Roma itu karena dirinyalah yang membukakan pintu gerbang tim utama bagi McTominay.
Pemain yang sederhana dalam bermain tapi kerja kerasnya yang tiada henti bikin presensinya kian krusial dan amat dibutuhkan United.
Bahkan setelah Mou lengser dan posisinya digantikan Ole, posisi McTominay begitu paten mengisi starting line up.
Fisiknya yang mumpuni bikin ia menjadi andalan dalam melakoni duel-duel di lini tengah. McTominay juga bukan sosok yang ragu untuk menjalankan tugas-tugas kotor.
Kemampuannya tak sebatas itu karena dalam beberapa momen, dirinya juga bisa melejit sebagai pencetak gol bagi United.
Pada era Ole, McTominay acap dipasang sebagai satu dari poros ganda The Red Devils bersama gelandang asal Brasil, Fred.
Ia selalu bermain dengan sederhana karena McTominay memang bukan gelandang stylish. Aksi-aksinya sederhana dan lebih mendahulukan kebutuhan tim.
Ia ngotot dalam setiap duel sekaligus piawai melepas umpan. Dalam skema poros ganda itu, McTominay banyak menutup ruang yang ditinggalkan para fullback kanan yang merangsek ke depan. Entah itu Diogo Dalot atau Aaron Wan-Bissaka.
Di sejumlah situasi, khususnya saat membantu serangan, McTominay acap muncul dari lini kedua buat menyediakan opsi tembakan keras dari luar kotak penalti. Terlebih ia dikenal memiliki sepakan yang keras dan terarah.
Dalam urusan man marking, McTominay juga pantas diacungi jempol. Ia bisa mengawal pemain yang diinstruksikan pelatih, umumnya sang otak permainan, sepanjang pertandingan. Staminanya sungguh luar biasa.
Ia juga tipe pemain bermental baja dan vokal yang tidak takut untuk beradu mulut dengan lawannya. Sesekali, ia tampak seperti Roy Keane, salah seorang gelandang andalan United di era 1990-an dan 2000-an.
Akan tetapi, ia juga memiliki sejumlah kelemahan yang harus segera diminimalisasi. Khsusunya dalam aspek kreativitas serta karakter bermain yang kadang acap terlalu keras.
Hal itu pula yang kerap membuatnya dibandingkan dengan Darren Fletcher, gelandang The Red Devils pada rentang 2003-2015. Kebetulan, keduanya sama-sama berasal dari Skotlandia.
Mantan Striker
Kendati dikenal sebagai gelandang tangguh. McTominay dahulu adalah seorang penyerang.
Berkat hal itu pula, kualitas penyelesaian McTominay tergolong cukup oke di level profesional. Gara-gara itu pula, Ole pernah memujinya.
Kini, di era Ralf Rangnick, tentu banyak ilmu yang bakal diserap McTominay sehingga ia tetap menjadi penggawa andalan sekaligus merepresentasikan keberhasilan akademi klub menelurkan pemain berkualitas.