Sepakbola Indonesia seperti tidak berhenti menciptakan kesedihan, duka, lara ataupun bahkan kemarahan, akan tetapi mengapa kita masih begitu mencintainya? Itu adalah pertanyaan besar yang sudah sepatutnya kita renungkan. Sepakbola Indonesia yang idealnya sebagai permainan dan hiburan, tapi kerap kali justru melenceng dari tujuan utamanya.
Meskipun demikian, rasa cinta dan gairah masyarakat sepakbola Indonesia tidak pernah padam. Adanya faktor emosional dan kenangan masa lalu masih menjadi hal yang membuat olahraga ini hilang pamor.
Dan dalam buku berjudul “Bola Kita” karya Fajar Junaedi dan Miftakhul F.S ini mampu membedah secara mendalam tentang dinamika setpakbola Indonesia berlangsung.
Secara garis besar, buku ini berisi kumpulan esai dari kisah dan juga masalah yang mengakar di sepakbola Indonesia. Dalam mengurai dan memberikan solusi penyelesaiannya, kedua penulis membaginya menjadi tiga babak yakni, “Ekonomi Politik Sepakbola”, “Sepakbola dan Fan” dan “Sepakbola, Media dan Kemanusiaan”. Di mana tiap babak atau bab terdiri dari 6-8 subbab.
Pada bab pertama berjudul tentang Ekonomi Politik Sepakbola, penulis mencoba mengurai masalah sejak era Perserikatan dan Galatama yang mengalami proses merger atau peleburan yang ternyata berdampak buruk pada membengkaknya biaya operasional. Walhasil banyak klub yang akhirnya terlalu menggantungkan pemasukan dari APBD.
Masalahnya dengan terus bergantung dengan pemerintah maka sepakbola Indonesia akan jalan di tempat. Pasalnya di negara-negara maju klub sepakbola telah menjadi industri mandiri yang profesional yang bisa menghidupi dirinya sendiri.
Dan akhirnya Kementerian Dalam Negeri melarang APBD untuk klub sepakbola pada tahun 2006 silam. Meskipun secara regulasi dan industri itu adalah hal baik, tapi masih ada beberapa klub yang belum sepenuhnya siap mandiri. Bukti ada beberapa kejadian klub telat menggaji para pemainnya.
Kemudian di bab kedua, penulis mencoba mengulas terkait suporter dan sepakbola. Terutama yang menjadi highlight adalah soal kekerasan dan konflik di dalamnya.
Yang mana menurut penulis di era digital, pertikaian antar suporter di Indonesia adalah akibat dari karakter suporter yang ingin mengejar eksistensi semu di dunia maya dan akhirnya merembet ke dunia nyata. Selain itu di bab ini penulis juga menceritakan berbagai kisah positif tentang perdamaian dari beberapa kelompok suporter.
Lantas di bab pamungkas di buku Bola Kita, penulis mencoba menggambarkan keterkaitan erat antara sepakbola, media dan kemanusiaan. Dalam hal media penulis me-notice bahwa bidang ini punya peran besar terhadap sepakbola Indonesia.
Mulai dari media koran dengan Jawa Pos-nya yang selalu menyajikan liputan berkelas dan mendalam terkait sepakbola nasional. Termasuk permasalahan media televisi publik (TVRI) yang gagal menyiarkan siaran Timnas Indonesia yang berujung pada kepemilikan hak siar swasta.
Dan Miftkahul K.S mampu menuliskan keterkaitan sepakbola dengan kemanusiaan dengan begitu emosional saat membahas kepergian Alm.Chairul Huda (Mantan kiper Persela).
Di mana legenda Laskar Joko Tingkir itu harus meninggal dunia saat pertandingan berlangsung saat Persela Lamongan melawan Persib Bandung, 15 Oktober 2017. Lewat tulisannya, Miftakhul mampu menggambarkan suasana stadion yang penuh dengan rasa sedih sekaligus rasa kehilangan dari Sang Legenda.
Meskipun buku ini tipis, namun isi buku Bola Kita ini sudah cukup merangkum beragam kisah dan masalah sepakbola Indonesia dengan sempurna. Buat pecinta sepakbola Indonesia buku ini layak kamu baca!